Integrasi Sapi-Sawit Kurangi Ketergantungan Impor

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 24 November 2013, 17:46 WIB
rmol news logo Integrasi peternakan sapi dengan kebun kelapa sawit diyakini mampu meningkatkan produktivitas sapi secara nasional. Dengan begitu, pemerintah tak perlu lagi mengimpor sapi dari Australia untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Potensi kita luar biasa, ini upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor Australia," kata Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro di sela kunjungan kerja ke Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Minggu (24/11).

Menurutnya, jumlah lahan sawit yang ada di seluruh Indonesia saat ini sebanyak 9,2 juta hektar. Apabila setiap hektar kebun sawit diternak satu ekor sapi di atasnya, maka terdapat penambahan 9,2 juta ekor sapi siap potong per tahun.

"Kalau kita hanya mengandalkan di Jawa (produksi sapi) kita tidak akan bisa bersaing. Karena selama ini 66 persen populasi sapi adanya di Jawa," kata Syukur.

Terlebih, biaya pangan peternakan sapi di Indonesia hanya 0,5 sen per hari, jauh lebih murah dibandingkan dengan di Australia yang sebesar 0,70 sen. Artinya, produktivitas sapi yang dilakukan sendiri lebih efisien ketimbang mengandalkan sapi maupun daging sapi impor.

"Kalau kita masih tergantung dengan negara lain ya kita akan terus dipermainkan negara lain. Saya bertekad menguatkan kemandirian itu," tegas Syukur.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA