Harga BBM Subsidi Tak Dinaikkan Rp 1.000 Triliun Raib Buat Subsidi

Wamen ESDM: Tahun Depan The Last Chance, Tahun 2014 Pilpres

Selasa, 04 Desember 2012, 08:56 WIB
Harga BBM Subsidi Tak Dinaikkan Rp 1.000 Triliun Raib Buat Subsidi
ilustrasi

rmol news logo Pemerintah kemungkinan besar akan menaikkan harga BBM subsidi jika kondisi perekonomian tahun depan memburuk akibat krisis global.

“Kelihatannya peluang harga BBM naik atau tidak ter­gantung kesehatan APBN (Ang­garan Pendapatan dan Be­lanja Negara) kita,” kata Direktur Pe­nyusunan APBN Kementerian Keuangan Purwi­yanto saat dis­kusi APBN 2013 di Bumi Ser­pong Damai (BSD), Ta­ngerang Selatan, akhir pekan lalu.

Menurut Purwiyanto, bebera­pa lem­baga memprediksi tahun de­pan pertumbuhan ekonomi akan me­lambat akibat dampak krisis eko­nomi dunia. Jika pen­dapatan negara tertekan, belanja negara otomatis harus dikurangi karena pemerintah tidak akan mem­per­lebar defisit.

Apalagi dengan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) mening­kat, belanja subsidi harus dite­kan un­tuk menyesuaikan belan­ja ne­gara secara keseluruhan.

“APBN 2013 menjadi tidak se­hat. Ke­naikan BBM bisa saja di­lakukan untuk penghematan yang lain,” ujarnya.

Dia memprediksi, APBN 2013 akan cukup berat. Sebab, de­ngan melam­batnya pertum­buh­an eko­nomi akan berdampak pa­da pe­nerimaan negara. Apalagi pene­rimaan pajak tahun ini dipredik­si tidak akan mencapai target.

“Prediksi kami pertum­bu­han tahun depan akan berkisar di ba­wah 6,8 persen,” katanya.

Menurutnya, salah satu cara mengurangi beban APBN adalah de­ngan menaikkan harga BBM subsidi. Sebab, program peng­hematan dan konversi BBM ke gas tidak berjalan maksimal.

Tambahan kuota BBM subsidi sebesar 1,2 juta kiloliter atau se­kitar Rp 6 triliun akan menjadi beban anggaran 2013. “Kalau 2012 ini tidak mungkin ada lagi APBN Perubahan,” ucapnya.

Ia menyebutkan, APBN 2013 pun sudah disepakati pemerintah dan DPR sehingga beban tam­bahan subsidi itu akan masuk da­lam APBN Perubahan 2013. Pem­­bayaran penambahan kuota BBM subsidi juga harus me­nung­gu hasil audit, sehingga nantinya jadi beban tahun 2013.

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi Ru­biandini mengatakan, tahun de­pan pemerintah dibolehkan me­naikkan harga BBM sub­sidi tanpa harus memenuhi syarat ter­tentu terlebih dahulu.  

“Tahun depan adalah the last chance (ke­sempatan terakhir). Apabila ta­hun depan harga BBM nggak naik, maka Rp 1.000 tri­liun akan hilang untuk subsidi,” ujar Rudi.

Menurut Rudi, subsidi BBM kira-kira Rp 250-270 triliun per ta­hun. Jika tahun depan harga BBM subsidi tidak dinaikkan, tidak ada satu orang pun yang akan berani menaikkan pada 2014 karena menjelang Pemilu Presiden (Pilpres).

Meski sudah dibolehkan me­naikkan harga BBM subsidi ta­hun depan, kata Rudi, pe­me­rintah belum pasti akan mela­ku­kannya karena keputusan itu su­dah sa­ngat politis. “Bisa di­naik­kan, tapi bukan berarti pasti naik harga­nya,” ungkapnya.

Untuk diketahui, pada APBN 2013 pemerintah diberi wewe­nang menaikkan harga BBM bersubsidi kapan saja.

Impor BBM Bikin Defisit

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) periode Oktober 2012 mengalami defisit 1,55 mi­liar dolar AS. Padahal, pada Sep­tember 2012 mengalami surplus 552,9 juta dolar AS, dan Agustus 2012 surplus 248,5 juta dolar AS.

“Neraca perdagangan Oktober defisit 1,55 miliar dolar AS, de­ngan impor 17,21 miliar dolar AS dan ekspor 15,67 miliar dolar AS,” kata Direktur Statistik Har­ga BPS Sasmito Hadi Wibo­wo di kantornya, kemarin.

Menurut Sasmito, impor me­ngalami kenaikan, lantaran ting­gi­nya impor BBM. Se­dang­kan penurunan ekspor, lantaran harga CPO (Crude Palm Oil) yang ma­sih anjlok. Harga CPO men­urun, ekspor juga ikutan menu­run. Se­cara kumulatif neraca per­da­gangan pada periode Januari-September 2012 men­capai defisit 516,1 juta dolar AS.

Kendati begitu, Sasmito me­ni­lai, hal itu wajar lantaran da­lam berdagang pasti ada untung dan rugi. “Ya namanya dagang ada saat­­nya turun ada saatnya naik,” tan­dasnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA