Pemerintah kemungkinan besar akan menaikkan harga BBM subsidi jika kondisi perekonomian tahun depan memburuk akibat krisis global.
“Kelihatannya peluang harga BBM naik atau tidak terÂgantung kesehatan APBN (AngÂgaran Pendapatan dan BeÂlanja Negara) kita,†kata Direktur PeÂnyusunan APBN Kementerian Keuangan PurwiÂyanto saat disÂkusi APBN 2013 di Bumi SerÂpong Damai (BSD), TaÂngerang Selatan, akhir pekan lalu.
Menurut Purwiyanto, beberaÂpa lemÂbaga memprediksi tahun deÂpan pertumbuhan ekonomi akan meÂlambat akibat dampak krisis ekoÂnomi dunia. Jika penÂdapatan negara tertekan, belanja negara otomatis harus dikurangi karena pemerintah tidak akan memÂperÂlebar defisit.
Apalagi dengan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) meningÂkat, belanja subsidi harus diteÂkan unÂtuk menyesuaikan belanÂja neÂgara secara keseluruhan.
“APBN 2013 menjadi tidak seÂhat. KeÂnaikan BBM bisa saja diÂlakukan untuk penghematan yang lain,†ujarnya.
Dia memprediksi, APBN 2013 akan cukup berat. Sebab, deÂngan melamÂbatnya pertumÂbuhÂan ekoÂnomi akan berdampak paÂda peÂnerimaan negara. Apalagi peneÂrimaan pajak tahun ini dipredikÂsi tidak akan mencapai target.
“Prediksi kami pertumÂbuÂhan tahun depan akan berkisar di baÂwah 6,8 persen,†katanya.
Menurutnya, salah satu cara mengurangi beban APBN adalah deÂngan menaikkan harga BBM subsidi. Sebab, program pengÂhematan dan konversi BBM ke gas tidak berjalan maksimal.
Tambahan kuota BBM subsidi sebesar 1,2 juta kiloliter atau seÂkitar Rp 6 triliun akan menjadi beban anggaran 2013. “Kalau 2012 ini tidak mungkin ada lagi APBN Perubahan,†ucapnya.
Ia menyebutkan, APBN 2013 pun sudah disepakati pemerintah dan DPR sehingga beban tamÂbahan subsidi itu akan masuk daÂlam APBN Perubahan 2013. PemÂÂbayaran penambahan kuota BBM subsidi juga harus meÂnungÂgu hasil audit, sehingga nantinya jadi beban tahun 2013.
Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudi RuÂbiandini mengatakan, tahun deÂpan pemerintah dibolehkan meÂnaikkan harga BBM subÂsidi tanpa harus memenuhi syarat terÂtentu terlebih dahulu.
“Tahun depan adalah the last chance (keÂsempatan terakhir). Apabila taÂhun depan harga BBM nggak naik, maka Rp 1.000 triÂliun akan hilang untuk subsidi,†ujar Rudi.
Menurut Rudi, subsidi BBM kira-kira Rp 250-270 triliun per taÂhun. Jika tahun depan harga BBM subsidi tidak dinaikkan, tidak ada satu orang pun yang akan berani menaikkan pada 2014 karena menjelang Pemilu Presiden (Pilpres).
Meski sudah dibolehkan meÂnaikkan harga BBM subsidi taÂhun depan, kata Rudi, peÂmeÂrintah belum pasti akan melaÂkuÂkannya karena keputusan itu suÂdah saÂngat politis. “Bisa diÂnaikÂkan, tapi bukan berarti pasti naik hargaÂnya,†ungkapnya.
Untuk diketahui, pada APBN 2013 pemerintah diberi weweÂnang menaikkan harga BBM bersubsidi kapan saja.
Impor BBM Bikin Defisit
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) periode Oktober 2012 mengalami defisit 1,55 miÂliar dolar AS. Padahal, pada SepÂtember 2012 mengalami surplus 552,9 juta dolar AS, dan Agustus 2012 surplus 248,5 juta dolar AS.
“Neraca perdagangan Oktober defisit 1,55 miliar dolar AS, deÂngan impor 17,21 miliar dolar AS dan ekspor 15,67 miliar dolar AS,†kata Direktur Statistik HarÂga BPS Sasmito Hadi WiboÂwo di kantornya, kemarin.
Menurut Sasmito, impor meÂngalami kenaikan, lantaran tingÂgiÂnya impor BBM. SeÂdangÂkan penurunan ekspor, lantaran harga CPO (Crude Palm Oil) yang maÂsih anjlok. Harga CPO menÂurun, ekspor juga ikutan menuÂrun. SeÂcara kumulatif neraca perÂdaÂgangan pada periode Januari-September 2012 menÂcapai defisit 516,1 juta dolar AS.
Kendati begitu, Sasmito meÂniÂlai, hal itu wajar lantaran daÂlam berdagang pasti ada untung dan rugi. “Ya namanya dagang ada saatÂÂnya turun ada saatnya naik,†tanÂdasnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.