Ngeri... Indonesia Cuma Punya 70 Dokter Spesialis Kanker

Jumat, 17 Februari 2012, 08:14 WIB
Ngeri... Indonesia Cuma Punya 70 Dokter Spesialis Kanker
ilustrasi/ist
RMOL.Jumlah dokter spesialis kanker di Indonesia masih sangat minim, cuma 70 orang. Makanya, penanganan pasien kanker di rumah sakit tidak optimal. Bahkan, sebagian pasien mencari terapi alternatif ke ‘orang pintar’.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, pre­valensi kanker di Indonesia men­capai 4,3 per seribu penduduk.

“Hingga saat ini, cuma ada 70 dokter spesialis kanker. Untuk satu dokter harus menangani 7.000 pasien,” kata dokter spe­sia­lis kanker dr Ronald A Hukom dalam  temu media bertema Pe­nanganan Kanker Me­nye­lu­ruh di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tiap dokter, menurut dia, tidak akan bertemu semua pasien. Pa­dahal, proses penyembuhan pe­nyakit ganas ini seharusnya di­obati hingga rangkaian terakhir.

Di Pulau Jawa saja, katanya, ada 500 ribu kasus baru kanker tiap ta­hun. Sayangnya, tidak ada pe­nambahan jumlah dokter spe­sialis kanker (onkologi medik). “Kami menyadari tidak semua dari 500.000 penderita kanker men­dapatkan pengobatan me­dis,” katanya.

Ia menambahkan, banyak di antara mereka yang berobat keluar dan sebagian besarnya lagi tidak tahu ke mana. Untuk me­ngatasi masalah ini, Perhimpunan He­ma­tologi Onkologi Medik Pe­nya­kit Dalam Indonesia (Per­hom­pedin) berupaya me­ning­kat­kan peran dokter spesialis pe­nyakit da­lam (internis) bisa membantu me­na­ngani penyakit menakutkan itu.

Perhompedin menyadari, du­kungan dokter penyakit dalam sangat diperlukan guna men­jangkau pasien kanker dan men­jembatani para dokter yang ter­libat dalam terapi.

“Dokter spesialis penyakit da­lam di seluruh Indonesia ber­jumlah 2.400 orang. Mereka bi­sa membantu kami,” katanya.

Dengan menggandeng mereka, akses penanganan terapi sistemik kan­ker secara tepat dan profe­sional bisa diterapkan. “Dokter penyakit dalam sudah punya dasar-dasar yang cukup memban­tu me­na­nga­ni kanker sampai batas tertentu, seperti pengobatan sistemik dan suportif,” ujarnya.

Ketua Perhimpunan Ahli Pe­nyakit Dalam Indonesia dr. Aru Sudoyo turut mendukung upaya penanganan pasien kanker di RS. Apalagi, Indonesia bagian ti­mur tak punya dokter spesialis kanker sama sekali.

Menurutnya, jumlah pasien kanker yang seharusnya ditanga­ni dokter tidak berimbang. Pada­hal, jumlah ideal seorang onko­logis untuk me­nangani pasien kan­ker sampai ke level menye­lu­ruh kira-kira lima pasien per hari.

Dr Aru menceritakan, ke­ba­nyakan pasien yang berobat su­dah pada stadium lanjut, yaitu tiga dan empat. “Ada yang datang ke dokter pada stadium awal. Na­mun, mereka menghi­lang seben­tar karena mencari terapi alter­natif ke ‘orang pintar’.

“Begitu terapinya gagal, mere­ka berobat lagi ke dokter. Kon­disi kan­kernya sudah stadium 3 atau 4,” kata Aru.

Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Profesor Hasbullah Tabrany me­nam­bah­kan, mengikutsertakan dokter spesialis penyakit dalam ber­tujuan mengatasi kondisi ke­sehatan pasien kanker untuk tidak bertambah akut.

“Usia harapan hidup pasien kanker di Indonesia saat ini se­makin baik, bisa 10 hingga 15 ta­hun. Namun, hal itu tentu bisa dicapai lewat kerja sama tim, bu­kan cuma murni pengobatan,” tukas Profesor Hasbullah. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA