Dimensy.id
R17

Merasa Hari Terasa Lebih Panjang dari Biasanya? Begini Penjelasan Ilmuwan NASA

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 18 Juli 2024, 11:04 WIB
Merasa Hari Terasa Lebih Panjang dari Biasanya? Begini Penjelasan Ilmuwan NASA
Ilustrasi/Net
rmol news logo Ilmuwan baru-baru ini menemukan sebuah fakta baru dan memberikan penjelasan terkait penyebab perlambatan putaran Bumi yang membuat perputaran waktu selama 24 jam menjadi terasa lebih panjang dari biasanya.

Sebuah studi menunjukkan bahwa mencairnya lapisan es di kutub menjadi penyebab planet kita berputar lebih lambat, sehingga memperpanjang hari dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Rekan penulis Surendra Adhikari dari Laboratorium Propulsi Jet NASA mengatakan melalui makalah yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, kita jadi tahu bahwa air yang mengalir dari Greenland dan Antartika menghasilkan lebih banyak massa di sekitar ekuator.

"Ini seperti saat seorang atlet seluncur indah melakukan putaran, pertama-tama mendekatkan lengannya ke badan dan kemudian merentangkannya," imbuh rekan penulis Benedikt Soja dari ETH Zurich, seperti dikutip dari CGTN, Kamis (18/7).

"Rotasi yang awalnya cepat menjadi lebih lambat karena massa bergerak menjauhi sumbu rotasi, sehingga meningkatkan inersia fisik," ujarnya.

Bumi umumnya dianggap berbentuk bulat seperti bola, tetapi lebih tepat untuk menyebutnya "oblate spheroid" yang agak menonjol di sekitar ekuator, sedikit mirip buah satsuma.

Bentuk Bumi juga terus berubah, dari dampak pasang surut harian yang mempengaruhi samudra dan kerak bumi, hingga efek jangka panjang dari pergeseran lempeng tektonik, dan pergeseran mendadak dan dahsyat yang disebabkan oleh gempa bumi dan gunung berapi.

Menurut makalah tersebut, jika Bumi berputar lebih lambat, maka panjang hari bertambah beberapa milidetik dari ukuran standar 86.400 detik. 

Penyebab perlambatan yang lebih signifikan saat ini adalah tarikan gravitasi bulan, yang menarik lautan dalam suatu proses yang disebut "gesekan pasang surut" yang telah menyebabkan perlambatan bertahap sebesar 2,40 milidetik per abad selama jutaan tahun. 

"Namun, studi baru ini sampai pada kesimpulan yang mengejutkan bahwa jika manusia terus mengeluarkan gas rumah kaca pada tingkat yang tinggi, efek pemanasan iklim akan lebih besar daripada tarikan bulan pada akhir abad ke-21," kata Adhikari. 

Antara tahun 1900 dan sekarang, iklim telah menyebabkan hari menjadi sekitar 0,8 milidetik lebih panjang, dan di bawah skenario terburuk dengan emisi tinggi, iklim sendiri akan bertanggung jawab membuat hari menjadi 2,2 milidetik lebih panjang pada tahun 2100, dibandingkan dengan kondisi dasar yang sama.

Adhikari mengatakan hal itu mungkin kedengarannya tidak terlalu penting, dan pastinya bukan sesuatu yang dapat dirasakan manusia. 

"Namun tentu saja ada banyak implikasi untuk navigasi luar angkasa dan Bumi," kata ujarnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA