Kesimpulan ini diumumkan oleh Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Kementerian Perhubungan pada hari Jumat, 14 Maret 2025, setelah melakukan analisis mendalam bersama Badan Forensik Nasional (NFS).
Menurut analisis NFS, ditemukan beberapa tanda lelehan listrik pada sisa-sisa baterai yang ditemukan di dalam pesawat.
"Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan dielektrik, yang terjadi ketika terminal positif dan negatif baterai mengalami korsleting, mungkin menjadi penyebab awal kebakaran," ungkap perwakilan NFS dalam pernyataan resminya, seperti dimuat
Yonhap.
Meskipun kondisi baterai sudah rusak parah akibat kebakaran, penyelidik menegaskan bahwa kemungkinan besar insiden ini tidak berasal dari sumber lain.
"Sangat tidak mungkin kebakaran berasal dari sumber selain baterai," tambah NFS.
Insiden ini menambah daftar panjang kasus kebakaran yang dipicu oleh baterai lithium-ion dalam transportasi udara.
Otoritas penerbangan terus mengingatkan pentingnya penyimpanan dan penggunaan baterai dengan aman selama penerbangan guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Pesawat Airbus A321 yang terbakar itu milik maskapai Air Busan, yang dijadwalkan terbang ke Hong Kong dari Bandara Internasional Gimhae, tanggal 28 Januari, pukul 22.15 waktu setempat.
Sebanyak 169 penumpang dan tujuh pramugari serta staf dievakuasi melalui seluncuran tiup.
Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korsel mengatakan, ada 3 orang yang luka ringan selama evakuasi.
BERITA TERKAIT: