Menurut Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, harga yang berlaku di pasar saat ini memperjelas posisi pemerintah yang tak berdaya menghadapi para pengusaha.
"Kenaikan harga sebenarnya efek dari dilepasnya minyak goreng kemasan ke mekanisme pasar, di saat momentum ramadhan," ujar Bhima kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (15/4).
Bhima melihat, kebijakan pemerintah saat ini tak lagi memiliki taji. Pasalnya, dicabutnya pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) membuat pengaturan pasar menjadi tak stabil.
"Ini kebijakan yang fatal mencabut HET kemarin. Sementara minyak goreng curah yang diberlakukan Rp 14.000 harganya bukan jawaban, bahkan banyak produsen dan distributor yang tidak patuh," tuturnya.
Berdasarkan catatan Bhima, harga migor curah di lapangan saat ini sudah mencapai 23.650 per liter, sedangkan di luar Pulau Jawa seperti di Sulawesi Selatan sudah mencapai Rp 41.000 per liter.
"Solusinya kembalikan ke mekanisme HET lagi, dan tegakkan peraturan termasuk cabut izin usaha produsen yang tidak mau kerjasama dengan pemerintah," demikian Bhima.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: