Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Belum Rampung Tekanan Pandemi, Kaum Ibu Kembali Dapat Kado Pahit 2022

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/raiza-andini-1'>RAIZA ANDINI</a>
LAPORAN: RAIZA ANDINI
  • Minggu, 02 Januari 2022, 08:23 WIB
Belum Rampung Tekanan Pandemi, Kaum Ibu Kembali Dapat Kado Pahit 2022
Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Kurniasih Mufidayati/nET
rmol news logo Kaum ibu rumah tangga yang masih berjibaku melawan dampak pandemi Covid-19, harus mendapat kado pahit di tahun baru 2022, yaitu melambungnya harga-harga pokok di pasaran.

Saat ini harga minyak goreng, cabai hingga telur meroket di pasaran. Sebelumnya pemerintah juga menaikkan harga gas LPG nonsubsidi dan rencana kenaikan tarif listrik nonsubsidi dan rencana penghapusan Premium dan Pertalite adalah kabar buruk bagi ibu rumah tangga yang selama pandemi terus terhimpit berbagai masalah ekonomi.

Begitu tegas Ketua DPP PKS Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) Kurniasih Mufidayati kepada wartawan, Minggu (2/1).

"Ini hadiah pahit tahun baru bagi ibu rumah tangga di seluruh Indonesia. Ibu rumah tangga adalah pihak yang langsung terdampak dari meroketnya harga-harga ini. Belum hilang dari ingatan betapa tekanan terhadap ibu rumah tangga teramat tinggi selama pandemi," tuturnya.

Ibu rumah tangga harus merangkap sebagai guru saat pembelajaran daring dan harus merangkap sebagai tenaga kesehatan saat anggota keluarga ada yang terpapar Covid-19. Mereka juga harus menghemat pengeluaran karena pendapatan suami menurun drastis atau bahkan terkena PHK karena pandemi bahkan ada yang ditinggal wafat suami karena Covid-19.

"Segala tekanan berat itu kini harus ditambah lagi dengan melambungnya harga-harga pokok. Pemerintah harus segera intervensi untuk menurunkan harga bahan pokok dan membatalkan rencana kenaikan berbagai kebutuhan energi termasuk LPG, listrik dan penghapusan Premium dan Pertalite,” katanya.

Ditambah lagi UMP yang ditetapkan dengan metode perhitungan dari UU Cipta Kerja hanya memiliki rata-rata kenaikan 1 persen saja.

"Kenaikan UMP yang hanya puluhan ribu itu kemudian dibenturkan dengan kenaikan berbagai bahan pokok dan kebutuhan energi rumah tangga, bisa jadi defisit dan kurang. Akhirnya masyarakat lagi yang dikorbankan," urainya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA