Raden Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto adalah pemimpin gerakan rakyat, pencetus ide kemerdekaan Indonesia. Ia adalah tokoh panutan yang kemampuan komplit. Sulit ditandingi tokoh pegerakan lain pada masa itu.
Tjokroaminoto menjadi tempat belajar anak-anak muda pergerakan kemerdekaan pada masa itu. Pemikirannya, banyak mempengaruhi tokoh-tokoh bangsa yang belakangan terlibat dalam proses kemerdekaan Indonesia. Mereka penerus tongkat estafet dan menjadi para pendiri bangsa (
founding fathers) Republik Indonesia.
Pokok-pokok pemikiran kebangsaan Tjokroaminoto dapat terbaca dari tulisan-tulisannya. Sejak tahun 1912, Tjokroaminoto sudah menjalani aktivitas intelektual sebagai pemikir kenegaraan dan kemasyarakatan serta aktivitas lapangan sebagai tokoh dalam pergerakan bangsa Indonesia.
Buah pemikirannya termuat dalam banyak surat kabar dan percakapan-percakapan akademis yang diadakan di rumahnya. Rumah Tjokroaminoto di Jalan Gang Peneleh VII. Surabaya menjadi tempat kost pada anak muda yang kemudian menjelma jadi tokoh bangsa pra dan pasca kemerdekaan RI.
Proklamator RI Ir Soekarno, Kartosoewiryo dan Semaun termasuk yang pernah kos di rumah Tjokroaminoto. Walau tokoh-tokoh itu punya perbedaan pandangan tentang kehidupan bernegara, namun dasar-dasarnya banyak dilandasi pokok pemikiran Tjokroaminoto .
Soekarno lebih dikenal sebagai nasionalis, Semaun dan Kartosoewiryo dikenal sebagai tokoh “kiriâ€. Kartosoewiryo ingin membentuk negara berdasar syarikat Islam. Sedangkan Semaun ingin membentuk negara berpaham sosialis. Ketiga tokoh tersebut pernah menjadi murid Tjokroaminoto. Namun, jalan perjuangan yang mereka ambil berlainan.
Kuatnya pengaruh Tjokroaminoto tak hanya di kalangan tokoh muda pergerakan kemerdekaan. Masyarakat juga menjadikannya pemimpin gerakan rakyat. Bahkan, pemerintah Belanda sampai menjuliki HOS Tjokroaminoto sebagai ‘De Ongekronnde Koning van Java,†Raja Jawa yang Tak dinobatkan alias raja tanpa mahkota.
Tjokroaminoto dijuluki sebagai guru bangsa. Gagasannya begitu kuat mempengaruhi tokoh muda seperti Soekarno, Semaun, Musso, Alimin, dan Kartosuwirjo. Pokok utama pemikiran Tjokroaminoto yang terkenal adalah tentang Islam dan Sosialisme. Pemikiran ini yang diterjemahkan dengan beragam presepsi oleh para pengikutnya.
Mengutip buku
Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia SM Kartosoewirjo yang ditulis Al Chaidar (1999), HOS Tjokroaminoto terkenal dengan kharismanya karena sikapnya yang memusuhi pemegang kekuasaan baik yang berkebangsaan Belanda maupun Indonesia. Tjokroaminoto sangat kritis terhadap penderitaan rakyat akibat penjajahan.
Tjokroaminoto menebarkan aroma demokrasi pada masa kolonial, di mana dia menegaskan bahwa pemerintah di nusantara harus dipegang dari, oleh dan untuk rakyat. Perundang-undangan Indonesia juga harus dibuat dan disepakati oleh rakyat.
Tak hanya punya pemikiran luas, Tjokroaminoto adalah seorang orator ulung. Ia yang membuat dirinya cepat menjadi pemimpin yang paling terkemuka dari gerakan rakyat yang pertama itu.
Tjokroaminoto pernah mengajukan mosi kepada pemerintah kolonial. Mosi itu menuntut hak pilih dari rakyat secara penuh, badan perwakilan mempunyai hak legislatif dan pemerintah harus bertanggungjawab kepada parlemen.
Menurut Tjokroaminoto, kemerdekaan bangsa Indonesia harus dicapai tapi kemerdekaan bukan tujuan akhir perjuangan bangsa. Kemerdekaan merupakan jembatan untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi dan mulia yaitu kemerdekaan dan berlakunya agama Islam di tanah air Indonesia dalam arti seluas-luasnya dan sebenar-benarnya.
Sebuah negara Islam merdeka dengan mencontoh negara Madinah adalah di antara harapan Tjokroaminoto bagi Indonesia pada waktu itu. “Islam itulah cita-cita kita yang tertinggi, sedangkan nasionalisme dan patriotisme itu adalah tanda-tanda hidup,†demikian pandangan Tjokroaminoto tentang kebangsaan.
“Kita sanggup akan melakukan Islam dengan seluas-luasnya dan sepenuh-penuhnya. Pertama-tama adalah kita muslim, dan di dalam kemusliman itu adalah kita nasionalis dan patriot, yang menuju kemerdekaan negeri, tumpah darah kita. Tidak Cuma dengan perkataan-perkataan yang hebat dalam vergadering saja, tetapi pada tiap- tiap saat bersedia juga menjadikan korban sejalan apa yang ada pada kita untuk mencari kemerdekaan negeri tumpah darah kita,†kata Tjokroaminoto.
Sedangkan konsepsi kemasyarakatan dan kenegaraan dapat ditemukan dalam buku Islam Sosialisme. Buku tersebut ditulis Tjokroaminoto berdasarkan literatur-literatur yang ditulis para pemimpin Islam di India dan pemikiran-pemikiran dari barat.
Menurut Tjokroaminoto, seorang muslim sejati harus menjadi sosialis dan demokrat sekaligus. Dia menolak historis materialisme dan kapitalisme.
“Islam menolak faham historis materialisme karena faham ini berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari benda, untuk benda dan kembali pada benda. Hal ini bertentangan dengan Islam karena dalam ajaran Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Sang Khalik karena dia berasal dari Nya,†kata Tjokroaminoto.
Sedangkan, paham kapitalisme mementingkan individu, kebebasan dalam mencari keuntungan tanpa menghiraukan segi sosial dan kemanusiaan. Lebih tegasnya masyarakat yang ideal dalam konsep Tjokroaminoto adalah masyarakat sosialis yang religius.
Sedang konsepsi tentang kenegaraan adalah pemerintah yang bersendikan demokrasi murni dan musyawarah.
Penulis Buku
Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Priggodigdo, menyebut, organisasi Sarekat Islam (SI) pada era 1920-an sebagai suatu gerakan nasionalistis-demokratis-religius-ekonomis karena pengaruh pemikiran HOS Tjokroaminoto.
Selanjutnya, gagasan tentang zelfbestuur (pemerintahan sendiri) bagi rakyat Indonesia yang kemudian dimanifestasikan dalam perjuangan kemerdekaan.
Tjokroaminoto dikenang Bung Karno antara lain karena rumahnya 'dapur nasionalisme'. “Aku meresapi lebih banyak lagi persoalan politik di rumah Pak Tjokro, dapur dari Nasionalisme,†kata Bung Karno dalam buku autobiagrafinya.
Tjokroaminoto adalah orang Indonesia pertama yang dengan berani mencetuskan ide kemerdekaan, atau setidaknya memunculkan wacana agar bahwa rakyat Indonesia sudah seharusnya memiliki pemerintahan sendiri, tidak lagi menjadi jajahan Belanda atau bangsa-bangsa asing lainnya.
Tjokroaminoto juga merupakan Bapak Mertua Bung Karno. Istri pertama Soekarno, Siti Oetari, merupakan putri sulung dari HOS Tjokroaminoto.
Berkat jasa-jasanya, pada tahun 1961, atas nama Pemerintah Republik Indonesia, Raden Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno.
BERITA TERKAIT: