Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bangsa Arab Dan Kesadaran Yang Terlambat

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Selasa, 04 Agustus 2020, 12:57 WIB
Bangsa Arab Dan Kesadaran Yang Terlambat
Unta di gurun pasir/Net
"LEBIH baik terlambat daripada tidak sama sekali", demikianlah kira-kira ungkapan pepatah lama yang cocok untuk menggambarkan kondisi bangsa Arab saat ini.

Bangsa Arab pernah berjaya dalam bidang sain dan teknologi, termasuk pada bidang kedokteran dan astronomi, sehingga menghasilkan berbagai macam produk industri modern di zamannya. Puncak kejayaannya ketika Bani Abbasiyah yang berkuasa di Bagdad dipimpin oleh Harun Al Rasyid yang dilanjutkan oleh putranya Al Makmun.

Dalam periode bersamaan Bani Umayyah yang berkuasa di Andalusia mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin oleh Abdurrahman Addakhil yang dilanjutkan oleh putranya Hisham.

Sejak Bagdad diserbu bangsa Mongol yang mengakibatkan runtuhnya dinasti Abbasiyah, dan kekalahan umat Islam dari Spanyol, menandakan berakhirnya kekuasaan bani Umayyah di Andalusia, bangsa Arab terpuruk sampai sekarang.

Sempat muncul tanda-tanda kebangkitan dari Mesir, ketika gerakkan tajdid yang dimotori oleh Jamaluddin Al Afghani, diikuti oleh Muhammad Abduh, kemudian Rasyid Ridha. Sayang gerakan ini kemudian dipadamkan sendiri oleh penguasa Mesir yang khawatir kekuasaannya akan terancam, bila gerakan ini dibiarkan berkembang.

Para penguasa di negara-negara Arab, walau dengan kadar yang berbeda melakukan hal yang serupa sampai sekarang. Lebih fatal lagi rezim-rezim boneka yang naik tahta atas bantuan negara asing, berkolaborasi dengan penjajah untuk membungkam setiap gerakan yang dianggap mengancam kekuasaannya.

Karena itu, munculnya Uni Emirat Arab (UEA) yang berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang diberi nama Barakah ini, menimbulkan harapan baru bagi bangsa Arab, setelah lama lelap dalam tidurnya. UEA merupakan negara Arab pertama yang memiliki PLTN, dan menjadi negara ke-33 di dunia yang mengoperasikannya.

Berbicara masalah teknologi nuklir bukan saja terkait langsung dengan energi besar kebutuhan listrik di semua jenis industri modern, akan tetapi juga terkait dengan teknologi tinggi yang berhubungan dengan dunia kedokteran, pertanian, peternakan, obat-obatan, dan bidang-bidang lain terkait kebutuhan manusia.

Sebelumnya UEA juga berhasil mengirim astronotnya bernama Hazza Al Mansoori ke stasiun ruang angkasa bersama astronot Amerika dan Rusia. Mengiringi keberhasilan ini UEA juga sukses mengorbitkan satelitnya yang diberi nama Al Amal yang berarti "harapan" dengan menggunakan roket H-IIA buatan Jepang.

Selain UEA, negara Arab Teluk yang pandai memanfaatkan kekayaan alamnya yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam untuk memajukan bangsa dan negaranya adalah Qatar. Hanya saja Qatar lebih fokus pada dunia bisnis, khususnya dunia penerbangan, pariwisata dan olahraga, serta perbankan dan telekomunikasi.

Dibanding tetangga-tetangganya seperti Turki, Iran, Israel, dan Pakistan, dalam penguasaan sain dan teknologi, serta kemampuan dalam pengembangan berbagai produk industri modern, termasuk dalam memproduksi senjata canggih, sesungguhnya bangsa Arab telah tertinggal sangat jauh.

Dunia Islam tentu berharap negara-negara Arab lain segera sadar, kemudian mengikuti jejak UEA dan Qatar, jika tidak ingin tertinggal semakin jauh. Menghabiskan energi untuk perebutan kekuasaan di dalam negri atau persaingan perebutan kepemimpinan antar negara Arab, terbukti hanya membuat mereka semakin hancur dan terpuruk.

Jika merujuk pada Al Qur'an sebagai sumber utama ajaran Islam, para ulama mengelompokkan ayat-ayat yang ada di dalamnya menjadi ayat-ayat qauliah dan ayat kauniah.

Ayat-ayat qauliah berisi berbagai penjelasan tentang keberadaan Allah, surga dan neraka, serta berbagai bentuk ibadah seperti shalat, zakat, puasa, haji, dan sebagainya. Sedangkan  ayat-ayat kauniah terkait dengan perintah untuk memperhatikan dan merenungkan seluruh ciptaannya, seperti langit, bumi dan lautan, termasuk manusia, tanaman, dan hewan yang menghuninya. Pada ayat kauniah inilah ilmu sain dan teknologi yang perlu digali.

Menurut Syech Thantawi Jauhari dari Mesir, dalam Al Qur'an setidaknya ada 750 ayat yang termasuk kategori ayat kauniah dibanding hanya 150 ayat yang masuk kategori ibadah yang kemudian melahirkan ilmu fiqih. Ribuan kitab fiqih telah dilahirkan dari tangan para ulama dan terus dibuat sampai sekarang, sementara buku terkait dengan sain modern yang dibuat ilmuwan Muslim jumlah sangat terbatas.

Padahal di dunia Arab sendiri para ilmuwan dari keduanya dipanggil dengan panggilan yang sama yakni: "Ulama". Karena memang Islam tidak membedakan ilmu agama dan bukan agama, atau tidak ada dikotomi ilmu dunia dan ilmu akhirat.

Begitu juga hadits-hadits atau sunnah terkait membersihkan gigi menggunakan siwak, pengobatan tradisonal bekam, memelihara janggut, celana cingkrang, dan sunah-sunah yang mudah dan murah, semarak didengungkan dan dipraktikan sebagai implementasi girah Islamiah. Ada kekhawatiran dari sejumlah ilmuwan sosial, jangan-jangan fenomena ini merupakan indikator kemalasan dan kebodohan yang terjangkit pada sejumlah masyarakat Muslim.

Sementara kewajiban menuntut ilmu termasuk sain dan teknologi dan berbagai bentuk eksperimen ilmiah yang  menuntut ketekunan dan kerja keras yang biasanya sulit, mahal, dan berisiko tinggi kurang mendapat perhatian.

Padahal sudah menjadi sunnatullah bahwa sukses itu identik dengan kesulitan, yang menuntut pengorbanan tenaga, fikiran, air mata, bahkan tidak jarang darah atau nyawa untuk meraihnya. Wallahua'lam. rmol news logo article

Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA