Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dampak Penaklukan Konstantinopel

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Minggu, 26 Juli 2020, 09:17 WIB
Dampak Penaklukan Konstantinopel
Penaklukan Konstantinopel/Net
POLEMIK Hagia Sophia akibat pengalihan fungsi menjadi masjid oleh Erdogan di masa pageblug corona masih merajalela, merangsang minat saya untuk berupaya mempelajari sejarah geokultural peradaban Eropa.

Masa Kegelapan

Sebagai umat Nasrani, saya bangga atas peradaban Nasrani yang terbukti berpengaruh terhadap peradaban umat manusia sampai masa kini. Namun bukan berarti saya membutatulikan diri terhadap sejarah peradaban di planet bumi.

Meski penulisan sejarah dunia didominir bangsa-bangsa Eropa, namun tidak bisa diingkari bahwa peradaban Eropa sempat relatif mandeg pada masa yang disebut sebagai Abad Pertengahan yang juga kerap disebut sebagai Masa Kegelapan.

Pada masa yang dianggap gelap itu peradaban Eropa berada di bawah kekuasaan gereja. Pada masa supremasi gereja praktis segenap aspek peradaban didominir oleh kekuasaan agama yang berkuasa menentukan pemikiran sains mau pun selera dalam kesenian.

Wake Up Call

Meski tidak secara langsung mengalaminya sendiri, namun dapat saya simpulkan bahwa pada masa yang disebut kegelapan itu apa yang disebut sebagai sains di Eropa sedang hibernasi.

Sementara dari Timur Tengah dan Asia Barat bangkit bangsa-bangsa penganut agama bukan Nasrani, yaitu Islam yang ternyata justru aktif mengembangkan pemikiran ilmu pengetahuan seperti kimia, aljabar, medis, fisika, astronomi, filsafat yang leluasa berkembang di luar kekuasaan lembaga keagamaan.

Bahkan di bidang militer dan politik dengan bekal iptek dan sains masyarakat Islam membuktikan berhasil digdaya merambah masuk ke benua Eropa melalui Portugis dan Spanyol dan mencapai puncak dengan penaklukan Konstantinopel yang kemudian menjadi Istanbul.

Al Hambra, Cordoba, Sevilla, Toledo merupakan warisan peradaban Islam di bumi Eropa. Penaklukan Konstaninopel berperan sebagai Wake-Up-Call bagi bangsa-bangsa Eropa untuk melahirkan gerakan peradaban baru yang lebih terbuka bagi sains dan seni.

Para pemuka Nasrani akhirnya tersadar bahwa politik menutup diri dari sains dan seni membuat masyarakat Eropa terlena sehingga tertinggal oleh masyarakat Timur Tengah, Asia Barat dan Afrika Barat yang berhasil mengembangkan sains dan filsafat sebagai landasan pengembangan daya militer dan politik.

Renaissance

Pada hakikatnya para tokoh Renaissance seperti Leonardo da Vinci, Martin Luther, Montaigne, Desiderius Erasmus, Copernicus, Galileo Galilei, Luca Pacioli, Nicollo Tartaglia, Gerolamo Cardano berikhtiar mengejar ketertinggalan peradaban Eropa dengan lebih cermat dan seksama mempelajari segenap pemikiran iptek serta selera seni yang dihadirkan oleh peradaban Islam.

Bahkan pengaruh peradaban Islam masih terasa pada masa Jugendstil, Art-Nouveau dan impressionesime Eropa pada awal abad XX.

Akibat Renaissance lahirlah era ekplorasi sebagai masa kebangkitan semangat bangsa Italia, Spanyol, inggris, Prancis, Jerman, Belanda, memperluas Lebensraum mereka sampai ke Afrika, Asia (termasuk Nusantara kini Indonesia) bahkan kemudian merambah ke benua baru yang disebut Amerika dan Australia.

Pada hakikatnya kolonialisme dan imperialisme berawal pada Renaissance sebagai satu di antara sekian banyak  dampak penalukan Konstaninopel yang dirubah nama oleh sultan Muhammad Al Fatih menjadi Istanbul.

Dampak penaklukan Konstantinopel merangsang nafsu bangsa Eropa menjelajah kemudian menjajah benua luar Eropa sehingga mempengaruhi peradaban marcapada juga berdampak sampai ke kawasan Nusantara yang kemudian disebut oleh kaum penjajah sebagai Hindia Belanda serta sejak 17 Agustus 1945 diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Indonesia! Merdeka! rmol news logo article

Penulis adalah pembelajar geokultural dunia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA