Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meluruskan Pamor Diskriminasi

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 17 Juni 2020, 21:40 WIB
Meluruskan Pamor Diskriminasi
Jaya Suprana/Ist
GLOBALISASI pageblug Corona meningkatkan popularitas imnunitas ke arah positif. Namun globalisasi huru-hara anti diskriminasi akibat wafatnya George Floyd meningkatkan popularitas diskriminasi ke arah negatif.

Terminologi diskriminasi jelas bukan bahasa asli Indonesia. Diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “discrimination” yang menurut Oxford Dictionary berarti “The unjust or prejudicial treatment of different categories of people, especially on the grounds of race, age, or sex“. Sementara menurut KBBI, diskriminasi bermakna  pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya).

Diskriminasi
 
Adalah sang mahaguru sosiologi hukum, Prof DR. Satjipto Rahardjo S.H. yang menyadarkan saya bahwa diskriminasi tidak selalu buruk bahkan dibutuhkan dalam kehidupan sosial umat manusia yang justru beradab. Bahkan secara etologis, manusia bisa belajar bersikap dikriminatif yang positif dan konstruktif dari satwa. Misalnya bagaimana secara naluriah margasatwa bersikap diskriminatif melindungi para balita satwa mau pun lanjut usia yang tidak mampu melindungi diri sendiri.

Tanpa berniat diskriminatif terhadap bahasa asing terpaksa saya mengaku lebih sreg terhadap pemaknaan Kamus Besar Bahasa Indonesia ketimbang Oxford Dictionary. Kamus Besar Bahasa Inggris Oxford menggunakan kata sifat “unjust” dan “prejudical” yang memang terkesan negatif padahal pada kenyataan diskriminasi tidak selalu bersifat negatif.
 
Jenis Kelamin
 
Contoh diskriminasi positif adalah diskriminasi terhadap kaum perempuan yang memeroleh fasilitas serba positif dalam sistem ketenagakerjaan Indonesia. Terbukti hanya pekerja perempuan yang memperoleh hak atas cuti menstruasi dan cuti hamil yang sama sekali tidak diberikan kepada para pekerja lelaki.

Sayang setriliun sayang, diskrimasi negatif diberikan bagi para pekerja lelaki termasuk saya terbukti bahwa saya ditertawakan sebagai ngawur plus tidak waras ketika menuntut fasilitas cuti menghamili bagi pekerja lelaki.

Secara etika sosial kaum perempuan juga diuntungkan oleh diskriminasi jenis kelamin sementara anak-anak diuntungkan oleh diskriminasi usia. Terbukti pada saat musibah kapal tenggelam maka para perempuan dan anak-anak satu per satu maupun bersamaan dipersilakan untuk masuk sekoci penyelamat, sementara para lelaki bangga mengikhlaskan diri untuk satu persatu ataupun bersamaan ikut tenggelam bersama kapal yang tenggelam.

Maka ada Menteri Urusan Perempuan sementara tidak ada Menteri Urusan Lelaki agar kaum lelaki mengurusi diri sendiri mereka masing-masing. Sebagai lansia, saya juga merasa diperlakukan secara tidak adil bahwa ada Menteri Perlindungan Anak-Anak sementara tidak ada Menteri Perlindungan Lansia.
 
Diuntungkan
 
Sebagai seorang lansia berdasar daftar kelompok usia yang dibakukan WHO Old Normal, saya merasa diuntungkan oleh diskriminasi usia yang berupaya menjamin saya memperoleh tempat duduk di dalam sebuah bus atau kereta api bawah tanah yang dipadati penumpang berjubel. Sebagai lansia saya Gede Rumangsa merasa lebih dihormati oleh mereka yang menganut paham sopan santun di samping mau dan mampu merasa lebih muda ketimbang saya.

Sungguh sangat sayang setriliun sayang bahwa kini WHO telah memaklumatkan kategori usia New Normal. Akibat berubah pikiran maka WHO New Normal menggolongkan manusia berusia 66 sampai dengan 79 tahun masih sebagai manusia setengah baya. Sementara saya yang kini berusia 72 tahun sebenarnya sudah terlanjur terbiasa menikmati kenikmatan fasilitas istimewa bagi manusia lanjut usia. rmol news logo article
 
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA