Setelah sebelumnya tantangan diterima oleh dosen Universitas Indonesia, Djamester Simarmata dan senat mahasiswa. Kini, wartawan senior, Edy Mulyadi juga menerima tantangan tersebut.
Edy Mulyadi mengaku tantangan itu tidaklah terlalu serius. Bahkan, terlalu berlebihan jika tantangan itu harus diladeni seorang ekonom ulung.
"Saya juga siap meladeni tantangan itu. Tidak perlu ekonom akal sehat macam Rizal Ramli, Ichsanodin Norsy, cukup saya saja yang jawab," ujar Edy Mulyadi dalam akun video yang diungga Suara Keadilan di planform YouTube, Minggu (7/6).
Edy yang juga Sekjen GNPF Ulama ini, hanya memberikan catatan bahwa debat harus digelar di ruang publik dan disiarkan di televisi. Bukan hanya berdebat di kantor Luhut.
"Harusnya debat soal utang luar negeri jangan di kantornya, tapi di depan publik. Siarkan secara live di beberapa stasiun televisi. Dengan begitu rakyat akan paham dan tercerahkan," katanya.
"Kalau di kantor dia bukan debat, jadi ngerumpi sambil minum kopi. Paling dikasih cemilam roti sumbu (singkong) goreng," imbuhnya.
BERITA TERKAIT: