Dalam sesi Kunjungan Lapangan, Amran bertandang ke lahan persawahan di 1475, Hirabara-Shi, Niigata-Ken untuk mempelajari budidaya padi di Jepang. Petani padi di Jepang memang dikenal memiliki tingkat kesejahteraan yang memadai. Untuk menimba ilmu yang diterapkan petani negeri Sakura, Pemerintah Indonesia setiap tahun mengirim para petani muda untuk program magang.
Mengunjungi dan mengamati lokasi persawahan padi Niigata, Menteri Pertanian menyaksikan derasnya aliran air irigasi pada saluran tersier yang terlihat asri. Menteri Pertanian berdialog dengan petani padi Masato Shuto didampingi petani muda yang magang pada Shuto, Ahmad Sri Maulana, pemuda tani asal desa Kalibuntu, Pabedilan, Cirebon, perwakilan dari P4S Ikamaja Garut.
Dari dialog dengan petani terungkap bahwa petani Jepang mendapatkan fasilitas yang sangat memadai dalam melakukan usahataninya. Fasilitas pemerintah yang paling menonjol adalah tersedianya sarana produksi yang memadai dan diserapnya hasil produksi oleh Japan Agriculture, Koperasi Pertanian Jepang (JA).
“Kami sudah menggunakan teknik mekanisasi pertanian. Mulai tanam sampai panen. Kami kesulitan tenaga kerja. Maka dari itu kami menggunakan petani muda asal Indonesia. Maulana tinggal bersama kami. Sudah saya anggap keluarga. Dia bersemangat kerja dan kemampuan bahasa Jepangnya lebih bagus daripada Senpainyaâ€, jelas Shuto.
Japan Agriculture memberi bantuan pembiayaan tanpa bunga untuk pembelian pupuk dan pestisida setara Rp13 juta per hektare (Rp8 juta untuk pupuk dan Rp5 juta untuk pestisida). Untuk benih padi Japonica, petani menyediakan secara mandiri.
“Satu hektar berapa biayanya dan juga berapa kilo hasilnya? Dijual ke mana dan berapa harganya ?†tanya Amran penasaran.
“Produktivitas padi di sini rata-rata 4,3 ton gabah kering giling (GKG) per hektare dengan harga setara Rp30 ribu per kilogram yang semuanya ditampung oleh Japan Agriculture. Kami hanya simpan sedikit untuk kebutuhan konsumsiâ€, jawab Shuto.
Dengan begitu rata-rata petani padi Jepang mendapatkan penghasilan setara Rp 130 juta per musim tanam. Pertanaman padi di Jepang hanya 1 kali selebihnya digunakan untuk usahatani hortikultura.
Bercermin pada petani Jepang, petani padi Indonesia semestinya bisa sesejahtera petani Jepang mengingat produktivitas petani padi Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan petani Jepang, 5.2 ton GKG per hektare dibanding 4.3 ton GKG per hektare.
Faktor utama penentu tingginya pendapatan petani padi Jepang adalah harga gabahnya Rp30 ribu GKG per kilogram dibandingkan Rp4.600 ribu GKG per kilogram.
BERITA TERKAIT: