Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengenang Arahan Cak Nur

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Sabtu, 11 Mei 2019, 06:35 WIB
Mengenang Arahan Cak Nur
Cak Nur/Net
TERUS terang saya tak kunjung henti gagal paham tentang konon rentetan bom bunuh diri di Srilanka merupakan balas dendam terhadap penembakan massal di masjid di Selandia Baru yang dilakukan oleh manusia tidak jelas kewarasan pikirannya itu. Angkara murka balas dendam itu menggugah kenangan saya kepada arahan almarhum Cak Nur.

Arahan

Saya pertama kali jumpa Prof. Dr. Nurcholis Madjid pada acara makan siang bersama Pangeran Charles di Hotel Borobudur, Jakarta dalam rangka kunjungan sang Putera Mahkota Kerajaan Inggeris ke Indonesia pada belahan akhir 1989.

Sejak perjumpaan itu, saya berupaya menimba pelajaran tentang Islam dari Cak Nur. Menarik, cara Cak Nur mengajar saya. Lazimnya beliau mendengar pertanyaan saya namun tidak langsung memberikan jawaban. Kemudian pada pertemuan selanjutnya, beliau memberi saya buku-buku yang berisi jawaban atas pertanyaan saya. Cak Nur mempersilakan saya mencari sendiri jawaban atas pertanyaan saya. Cak Nur tidak menggurui namun mengarahkan saya.

Dendam

Misalnya saya pernah bertanya mengenai suatu jenis perasaan buruk yang disebut sebagai "dendam". Maka pada pertemuan selanjutnya, Cak Nur membawa beberapa buku lalu mempersilakan saya untuk mencari sendiri jawaban pertanyaan saya tentang "dendam". Di dalam beberapa buku tersebut, saya menemukan beberapa kalimat mutiara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". [al-A’râf/7:199].

Lalu tersurat pula bahwa "Dan balasan suat kejahatan ialah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allah. Dan Allah tidak menyukai orang orang yang zalim". (QS Asy Syura : 40); "Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat (bertengkar)". (HR Muslim ); "Pemutus silaturahmi tidak akan masuk surga". (Muttafaq Allah); "Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kita dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang baik". (QS Fushshilat: 34); "Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah dengan amal shalih". (HR Tirmidzi); "Dan orang orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf pada orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan". (QS Ali Imran: 134).

Keluhuran

Mohon dimaafkan apabila dengan segala kedangkalan daya pikir sebagai insan manusia yang tidak sempurna ini, saya keliru memetik serta menyimpulkan kata-kata mutiara indah dari buku-buku pemberian Cak Nur. Berkat arahan Cak Nur, saya tersadar bahwa pada hakikatnya memaafkan sama sekali bukan merupakan kehinaan dan ketidakberdayaan. Justru sifat memaafkan merupakan cermin kebesaran jiwa dan kekuatan nurani.

Pada dasarnya ada kesanggupan manusia untuk melakukan balas dendam. Namun kemampuan untuk tidak melakukan balas dendam  justru merupakan ungkapan keluhuran budi pekerti  sebagai landasan ketenangan, ketentraman, kemuliaan serta keperkasaan yang tidak akan hadir tatkala manusia melampiaskan api dendam. rmol news logo article

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA