Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Etika Politik Dalam Al-Qur'an (40)

Pelajaran Diplomasi Publik (6)

Diplomasi Hudaibiyyah (2)

Selasa, 12 Maret 2019, 08:33 WIB
Pelajaran Diplomasi Publik (6)
Nasaruddin Umar/Net
PILIHAN kebijakan Nabi meskipun agak kontroverso tetapi ternyata pada akhirnya itu yang terbaik. Sekiranya para pelintas batas kaum kafir Quraisy harus ditahan di Madinah maka sudah barang tentu akan memberikan beban ekonomi tambahan bagi masyarakat Madinah yang sudah keban­jiran pengungsi dari Mekkah. Sebaliknya ka­lau para pelintas batas dari Madinah ditahan di Mekkah dibiarkan, karena pasti mereka itu para kader dan dapat melakukan upaya politik pecah-belah di antara suku-suku yang ada di dalam masyarakat Quraisy. Pada saat bersamaan, Rasulullah terus menggalang pengaruh dengan kabilah-kabilah pinggiran dan karena kepiawaiannya, maka Rasulullah berhasil memukau sejumlah kabilah-kabilah kecil dan bersatu di bawah kekuatan Rasu­lullah. Kabilah-kabilah yang tadinya terpecah belah di kawasan Yatsrib (Madinah), Rasu­lullah berhasil disatukannya, terutama dua suku besar yaitu suku 'Aus dan suku Khaz­raj. Akhirnya kekuatan umat Islam yang juga didukung oleh umat Agama lain semakin be­sar. Pada saat bersamaan, diplomasi publik dan diplomasi internasional Rasulullah jalan terus, melampaui batas-batas geografis Arab, termasuk menjalin kerjasama dengan negara adidaya Romawi Bizantium di Barat dan Persia di Timur.

Kafir Quraisy Mekkah semakin terkucil karena kabilah-kabilah kecil yang berada di bawah pengaruhnya satu per satu mening­galkannya dan bergabung dengan kekuatan Rasulullah. Pengaruh Rasulullah semakin tak terbendung. Namun tidak berarti kaum kafir tidak memiliki kekuatan. Sisa-sisa kekuatan mereka sewaktu-waktu dihimpun untuk me­nyerang kekuatan Rasulullah, tetapi kekua­tan-kekuatan mereka tetap dipatahkan. Ten­tara-tentara kaum kafir Quraisy seringkali kehilangan fokus sehingga meskipun jum­lah mereka besar tetapi mereka tetap tidak berdaya menghadapi pasukan Rasulullah yang sudah dilatih dengan menghadirkan pelatih-pelatih asing profesional, termasuk di antaranya yang amat terkenal sebagai arsi­tek perang Rasulullah, yaitu Salman al-Fari­si, seorang expertist perang dari Persia.

Keunggulan diplomasi dan strategi Ra­sulullah memang betul-betul menakjubkan. Suatu ketika tahanan Perang Badar yang dutahan di depan mesjid menimbulkan persoalan. Rasulullah meminta pendapat para sahabatnya. Umar mengusulkan laki-lakinya berlaku hukum perang, dibunuh dan perem­puannya dijadikan budak. Abu Bakar ber­pendapat lain. Ia mengusulkan agar tawa­nan perang dimanfaatkan potensinya untuk kekuatan umat Islam di Madinah. Rasulullah memilih pendapat Abu Bakar. Rasulullah kemudian meminta para sahabatnya untuk memilah-milah tawanan perang lalu mere­ka diminta untuk mengajar dan membebas­kan masyarakat Madinah dari buta huruf dan buta keterampilan. Pembebasan bersyarat ini memperoleh hasil ganda, selain menin­gkatkan kekuatan potensi ekonomi umat, kebijakan ini juga membuat para tawan­an perang berbalik mendukung Rasulullah dan menganut agama Islam dengan sadar tanpa paksaan, karena mereka baru sadar akan keluhuran budi pekerti Rasulullah dan keagungan ajaran Islam yang dilihatnya san­gat berbeda dengan apa yang mereka den­gar dari pimpinannya.

Dari kenyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesuksesan misi Rasu­lullah karena ia selalu menyikapi setiap per­soalan dengan tenang dan dengan berfikir jernih.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA