Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pupuh Eksistensialis

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Minggu, 03 Februari 2019, 06:52 WIB
Pupuh Eksistensialis
DALAM upaya mempelajari alam pemikiran yang disebut sebagai eksistensialisme, secara kebetulan saya menemukan sebuah  uraian Wikipedia tentang Kakawin Arjuna Wiwaha mahakarya Empu Kanwa pada masa Prabu Airlangga yang mendirikan kerajaan Kahuripan pada abad XI.

Pupuh
Pada uraian tersebut ditampilkan sebuah foto dalang wayang kulit dilengkapi sebuah Pupuh  “hanânonton ringgit manaÅ‹is asekel mūďa hiďepan/ huwus wruh towin yan walulaÅ‹ inukir molah aÅ‹ucap / haturniÅ‹ wwaÅ‹ tresnêŋ wisaya malahā tar wihikana/ ri tatwanyân māyā sahana-hananiÅ‹ bhāwa siluman" .

Ketika membaca Pupuh tersebut di dalam bahasa aslinya, sanubari saya tidak tersentuh sebab saya tidak mengerti maknanya. Saya anggap Pupuh itu berkisah tentang sesuatu biasa-biasa saja tanpa kebutuhan atas kedalaman pemikiran.

Terpesona
Namun setelah kemudian saya membaca alih-bahasa Pupuh tersebut ke dalam bahasa Indonesia “Ada orang menonton wayang, menangis, sedih, kacau hatinya/ Telah tahu pula, bahwa kulit yang dipahatlah yang bergerak dan bercakap itu/ Begitulah rupanya orang yang lekat akan sasaran indria, melongo saja, sampai tak tahu/ Bahwa pada hakikatnya mayalah segala yang ada, hanya ilusi saja “ langsung saya terpana takjub akibat merasa amat sangat terpesona. Mungkin perasaan yang saya rasakan itulah yang dimaksud oleh John Dewey sebagai “art as an experience”.

Ilusi
Ternyata Pupuh tersebut bukan sembarang Pupuh sebab secara arif mengungkap inti makna mahakarya pemikiran mendalam setara para mahapemikir abad XIX-XX semisal Kiekergaard, Nietzsche, Heidegger, Sartre, Russel, Wittgenstein, Camus, Dewey dan lain sebagainya. Menakjubkan betapa Pupuh sebagai  warisan mahakarya kearifan Nusantara abad XI  telah menyadari bahwa segala sesuatu yang hadir pada kenyataan kehidupan pada hakikatnya “hanya” merupakan maya alias ilusi persepsional akibat keterbatasan daya pengindriaan manusia belaka. [***]
Penulis adalah pembelajar makna kehidupan 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA