Ibn Haitsam keahliannya bukan hanya Optik tetapi juga matematika dan fisika. Ia disebut BaÂpak Optik karena berhasil memecahkan probÂlem Optik dengan analogi matematik tingkat empat yang sampai sekarang masih diabadiÂkan dengan Alhazen's Problem. Inti problem itu ialah sebuah kaca yang berbentuk silinder cekung bulat atau cembung bundar, dapat diÂgunakan untuk mencari di mana letak sebuah benda. Dari kaca tersebut dapat diperoleh panÂtulan cahaya pada mata yang letaknya tertentu". Ibn Haitsam kemudian mengembangkan fungsi Optik yang ditemukannya untuk memecahkan berbagai pronlem lain. Termasuk ia mengubah telaah Optik yang sebelumnya didasarkan atas teori Euclide dan Ptolemeus menjadi sains yang betul-betul baru dan orisinal.
Ibn Haitsam juga mengevaluasi teori EuÂclides-Ptolemeus yang beranggapan bahwa benda terlihat karena mata memancarkan sinar kepada benda. Ia menegaskan dengan melaÂlui berbagai eksperimen bahwa sinar cahaya bergerak mulai dari obyek dan berjalan menuÂju mata. Benda terlihat karena ia memantulkan sinar ke mata. Teorinya inilah kelak menjadi cikal bakal temuan rekayasa Optik yang hingga sekarang sudah sedemikian fantastic. Teori ini pun juga mempunyai andil di dalam penelaaÂhan anatomi dan penyakit mata.
Seperti ilmuan Islam lainnya, Ibn Haitsam juga menguasai ilmu-ilmu keagamaan seperti teologi, filsafat, dan ilmu fikih. Ia juga dilaporÂkan memiliki banyak karya tetapi yang sampai di tangan kita sekarang ialah Kitab al-Manazil (
Book of Optics) yang terdiri atas tujuh jilid dan setiap jilidnya berisi rata-rata 1000 halaman. Buku ini menurut Charles merupakan buku sains modern pertama tentang Optik. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke 16 dengan judul
Opticae ThesauÂrus. Dari buku inilah mempengaruhi lahirnya karya-karya berikutnya. Menurut Will Durant (1952), tanpa buku Ibn Haitsam tidak mungkin ada Rogel Bacon dan Kepler. Bahkan ada yang menuding Roger Bacon yang terkenal sebagai nabinya ilmuan Barat, yang popular dengan buku Optics-nya, sesungguhnya hampir merÂupakan terjemahan sempurna dari karya Ibn Haitsam. Beberapa artikel ilmiah bahkan menÂghujat Roger Bacon sebagai seorang plagiator besar di zamannya.