Posisi jazirah Arab saat itu tidak pernah seÂcara langsung bersentuhan dengan central power kedua negara adidaya itu karena KaÂwasan ini samasekali tidak dihitung sebagai Kawasan yang memiliki potensi secara ekonoÂmi. Bentangan luas ini hanya diisi oleh kabilah-kabilah tradisional yang amat primitif, kecuali ada kantong-kantong tertentu yang memiliki mata air lokal (
wadi/oasis). Kantong-kantong ini juga tidak efektif dan tidak efisien untuk diperÂebutkan karena cost ekonominya sangat tinggi, karena selain jauh, terlalu luas, dan wilayahÂnya gersang, juga penduduknya terkebelakang (
badawa/tribal).
Justru di wilayah yang tidak pernah diperhiÂtungkan ini lahir seorang tokoh luar biasa itu mampu menundukkan kedua pusat peradaban dan negeri adidaya dalam tempo yang relatif singkat. Meskipun berbeda kawasan dan laÂtar belakang budaya, keduanya memiliki perÂadaban yang maju. Keduanya masing-masing memilki kawasan subur untuk pertanian dan peÂternakan, meskipun tidak secara keseluruhan. Keduanya juga masing-masing mengembangÂkan tradisi perdagangan antar negeri. Corak perkotaan dan cikal-bakal
civil society menÂjadi ciri khas kedua negeri ini. Produk-pruduk andalan dan kerajinan masing-masing wilayah dipasarkan melalui tradisi perdagangan, baik melalui laut maupun melalui daratan.
Perkembangan kebudayaan dan peradaban kedua kawasan ini ikut membentuk wawasan Nabi Muhammad sebagai seorang anak muda-cerdas yang pernah melang-lang buana memÂbawa barang dagangan bosnya, Siti Khadijah, yang kemudian menjadi isterinya. Tidak heran ketika Nabi Muhammad Saw diamanati menjaÂdi pemimpin Madina dengan mudah mengadaÂkan hubungan diplomatic dan ekonomi denÂgan negri-negri tetangganya. Surat-menyurat dan utusan misi-misi khusus yang dikirim Nabi ke berbagai pusat kerajaan dan pemerintahan dianggap salahsatu factor yang mendatangÂkan benefit, baik dalam kapasitasnya sebaÂgai pemimpin politik di Madinah/negeri muslim maupun sebagai pemimpin spiritual (Islam).
Akar historis tradisi budaya dan peradaban
Irano-Semit di Timur dan Afro-Erasia di Barat diÂakomodasi di dalam kepemimpinan Nabi. PenÂgiriman misi dagang, misi ilmu pengetahuan, misi politik, dan misi agama ke berbagai negÂara dilakukan untuk memperkaya sumber daya manusia yang handal dan kompetitif. SahaÂbat-sahabat dekatnya di Madinah belakangan menjadi gubernur atau kepala pemerintahan di daerah yang baru diambil alih, misalnya MuawiÂyyah diangkat menjadi Gubernur di Syiria, terÂmasuk wilayahnya adalah Yordania. Amru bin Ash diangkat menjadi Gubernur Mesir. Musa Al- Asy'ari diangkat menjadi Gubernur Kufah.