Demokratisasi Orkes

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Kamis, 22 November 2018, 07:20 WIB
Demokratisasi Orkes
I Musici Di Roma/Net
SAYA terpesona aura demokrasi pada orkes gamelan yang pada hakikatnya merupakan bukti bahwa sebuah orkes tidak membutuhkan konduktor.

“Rahasia”

Pada masa mencari nafkah sambil menuntut ilmu di Jerman, saya sempat berjumpa dengan Generalmusikdirektor Theater Münster yang juga pernah mengajar di Folkwanghochschule Essen, Jerman, Reinhard Peters.

Secara pribadi kepada saya, Reinhard Peters mengakui bahwa sebenarnya sebuah orkes tidak butuh konduktor, namun tidak berani terbuka mengungkap “rahasia” tersebut ke umum karena profesi konduktor terlanjur sudah menjadi sumber nafkah dirinya sendiri.

Dengan mata telinga kepala sendiri, saya sempat menyaksikan Reinhard Peters membuktikan bahwa sebenarnya orkes tidak butuh konduktor dengan secara berturut pada suatu pergelaran konser mempergelar sebuah konserto piano disusul sebuah konserto biolin mahakarya Johan Sebastian Bach di mana Peters berperan sebagai solois pada pianoforte maupun pada biolin diiringi orkes simfoni teater Muenster tanpa konduktor.

Reinhard Peters sepaham dengan Vladimir Askhenazy, Daniel Barenboim, Muray Perahia dalam kerap tampil sebagai solois diringi orkes tanpa konduktor.

Nirkonduktor

Semula kelompok musisi bermusik bersama secara demokratis. Pada masa sebelum era Klasik, tidak ada insan berperan sebagai pemimpin dengan isyarat tangan, mimik tubuh, gerak tubuh sambil berdiri di depan orkes dan membelakangi penonton.

Pada era Barok, yang memimpin suatu pergelaran musik orkestral adalah para concertmaster atau harpsikordis. Orkes masa kini yang paling saya kagumi adalah I Musici Di Roma tidak pernah punya konduktor sama halnya dengan Prague Chamber Orchestra dan Die Zagreb Solisten yang tidak diragukan lagi merupakan para kelompok musisi paling terkemuka sejak abad XX sampai jamanow.

Meski secara formal memiliki kondukor namun orkes New York Philharmonic sengaja selalu mempergelar overtur Candide tanpa konduktor demi mengenang sang mahakomposer penggubah Candide merangkap sang mahakonduktor, Leonard Bernstein  yang meninggalkan dunia fana pada tahun 1990.

Demokratis


Pada abad XXI, orkes generasi milineal makin bersemangat mendirikan orkes nirkonduktor seperti  East Coast Chamber Orchestra, Advent Chamber Orchestra, A Far Cry, Spira Mirabilis, Arizona Chamber Orchestra, Kaleidoscope Chamber Orchestra, Prometheus Chamber Orchestra,  Ars Nova Chamber Orchestra yang menganut mazhab kepemimpinan demokratis maka menghindari  konduktor sebagai simbol otoriter.

Insyaallah, pada tanggal 27 Januari 2019, Jaya Suprana School of Performing Arts akan menyelenggarakan konser merayakan 263 tahun Wolfgang Amadeus Mozart dengan menampilkan  Eine Kleine Nachtmusik dipergelar oleh orkes kolintang dan Konserto Piano nomor 21 dalam C dengan solis pianis tunanetra-autis aIndonesia, Michael Anthony diiringi orkes simfoni.

Baik orkes kolintang maupun orkes simfoni mempergelar mahakarya Mozart tanpa konduktor. [***]

Penulis adalah pianis, komponis, pendiri Jaya Suprana School of Performing Arts

< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA