Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Muhadjir Effendy: Sekolah Yang Menyulitkan Siswa Korban Gempa, Dana BOS-nya Akan Kami Cabut

Selasa, 23 Oktober 2018, 10:02 WIB
Muhadjir Effendy: Sekolah Yang Menyulitkan Siswa Korban Gempa, Dana BOS-nya Akan Kami Cabut
Muhadjir Effendy/Net
rmol news logo Setidaknya sekitar 2.736 sekolah terkena dampak bencana di Palu, Donggala, dan Sigi Sulawesi Tengah.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Lantas bagaimana penangan­an dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk lembaga pendidikan terkait bencana ini? Berikut pemaparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

Berapa sekolah yang terkena dampak bencana di Sulawesi Tengah?

Di Palu itu data terakhir ada 2.700-an sekolah yang terkena dampak. Mulai dari yang san­gat berat termasuk yang teng­gelam dan yang rusak ringan. Tapi kemungkinan yang harus dibangun total itu sekitar 500 sekolah mulai di Palu, Donggala, maupun Sigi. Kemendikbud bersama dinas pendidikan se­tempat sementara membuat sekolah darurat. Tenda dan bangunan darurat atas inisiatif masyarakat yang ditunjang oleh Kemendibud, seperti terpal dan biaya pengerjaannya.

Sampai kepan sekolah daru­rat menampung siswa yang menjadi korban bencana alam di Sulteng?
Kami perkirakan hanya dua sampai tiga bulan. Sebab Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga tengah membangun sekolah semi per­manen. Jadi setelah sekolah tersebut berdiri maka siswa yang di sekolah darurat pindah ke sana. Nanti sekitar dua tahun di semi permanen lalu mereka pindah di sekolah permanen yang menjadi tanggung jawab Kementerian PUPR. Sementara Kemendikbud dan pemda itu hanya membenahi sekolah-sekolah yang mengalami rusak ringan saja.

Sekolah darurat fungsinya apa?
Untuk belajar siswa termasuk untuk rehabilitasi trauma. Jadi konsulin trauma. Memang dalam sebulan ini lebih banyak pada konsuling kemudian proses be­lajar mengajar yang normal. Hal tersebut sesuai dengan Intruksi Presiden agar Kemendibud segera memulihkan kegiatan belajar dan mengajar. Maka yang kami lakukan memberikan perlengkapan belajar dan men­gajar. Kemudian memberikan tunjangan khusus kepada guru agar mereka segera bekerja.

Kabarnya tenda darurat yang didirikan Kemendikbud baru 18?
Ketika saya berkunjung ke Palu memang ada harian Jakarta yang meliput baru 18 tenda yang didirikan.

Memang dari Kemendikbud ada masalah karena stok tenda Kemendikbud sudah diguna­kan untuk korban bencana di Nusa Tenggara Barat.

Memang Kemendikbud pu­nya stok berapa?

Kurang lebih kita punya 1400-an tenda dan itu semua sudah dipasang di NTB. Sebab di NTB itu ada 1.700 sekolah lebih yang terkena dampak dan membu­tuhkan tenda. Termasuk yang di Sumbawa. Kemudian di Sulteng kami baru bisa mendirikan 18 tenda. Namun untuk sekarang ini kami sudah dlmendapatkan bantuan tenda dari UNICEF sekitar 450. Adapun 200 tenda di antaranya sudah didirikan.

Kalau siswa korban bencana yang ingin pindah ke sekolah daerah lain bagaimana?
Hal tersebut sudah banyak dilakukan siswa. Terutama di sekitar Provinsi Sulteng mereka sudah diterima. Hari-hari ini saya dapat laporan siswa sudah mulai masuk sekolah di tempat mereka mengungsi. Sedangkan kami minta untuk diterima dan tidak ada pemungutan biaya. Dasar hukun hal ini cukup pera­turan menteri. Saya pun sudah edarkan peraturan menteri agar siswa yang terkena musibah baik di NTB maupun Sulteng agar diterima di sekolah terdekat. Mereka juga akan ikut serta ujian nasional. Terutama daerah gempa akan kami berikan kebi­jakan khusus ketika masuk ujian nasional.

Belakangan ada berita be­berapa sekolah di Yogyakarta menyulitkan siswa korban gempa yang ingin sekolah di sana. Bagaimana itu?

Pasti menerima kok.

Kalau kenyataannya de­mikian bagaimana?

Sanksilah sebab mereka harus menerima. Sanksi beratnya dana bantuan operasional sekolah (BOS) kami cabut. Tapi selama ini belum ada laporan sekolah yang menolak.

Apa yang mesti dibenahi dari pendidikan di Indonesia?

Begini, penyelenggaraan pen­didikan yang baik dan berkuali­tas itu merupakan aspek penting yang akan menentukan masa de­pan kehidupan negara itu sendiri. Selain itu, pastinya diperlukan inovasi dan kreativitas dari para penyelenggara pendidikan untuk merespon setiap kebutuhan dan kemajuan zaman ya.

Tapi sampai saat ini masih ada saja yang mengkotak-kotakan kualitas lembaga pendidikan?
Jangan ada lagi penyebutan identitas terkait sekolah favorit dan tidak favorit. Semua menjadi lembaga pendidikan yang favorit sesuai dengan potensi dan ciri khas masing-masing. Meski demikian tetap perlu adanya ker­jasama, kolaborasi, dan sinergi di antara sekolah-sekolah yang ada. Sehingga kualitas penye­lenggaraan pendidikan bisa diwujudkan secara merata.

Artinya pemerataan kuali­tas itu sangat penting?
Ya untuk mendapatkan pem­erataan kualitas itu diperlukan kerja sama antara pendidikan yang satu dengan yang lainnya. Jadi Kualitas jangan hanya ada di satu sekolah saja namun perlu adanya pemerataan pencapaian kualitas.

Sehingga ke depan tidak ter­jadi kesenjangan kualitas di antara lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA