"Ini masa (ada yang bilang) Pak, masih kurang. Kebutuhan (untuk menutupi defisit) buÂkan Rp 4,9 triliun. Lha, kok, enak banget ini. Kalau kurang minta, kalau kurang minta. Ini kebangetan sebetulnya. Kalau tahun depan masih diulang, kebangetan," kata Presiden Jokowi.
Berikut tanggapan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek:
Bagaimana Anda menangÂgapi kritik yang disampaikan Presiden Jokowi terkait peÂnyelesaian defisit anggaran BPJS? Hubungannya dengan BPJS saya kira mesti dibenahi secara substansi atau berkelanjutan. Artinya setiap manusia di mana saja harus mempunyai jaminan kesehatan. Tahun depan sudah ada 250 juta orang yang punya jaminan kesehatan baik orang kaya maupun miskin. Nah, bagi yang tidak mampu, maka preminya dibayar pemerintah, karena mereka juga berhak masuk rumah sakit. Hal ini bisa kami bantu screening yang dilakukan.
Presiden Jokowi mengaÂtakan seharusnya persoalan BPJS Kesehatan bisa diseleÂsaikan di tingkatan menteri. Bagaimana itu?Betul, itu dengan koordinasi dari Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
Lantas imbauan Anda keÂpada masyarakat untuk menÂgurangi defisit ini apa?Kami perlu menggingatkan masyarakat agar mengubah perilaku supaya sadar, sakit itu tidak enak. Bukan hanya biaya, tapi juga tidak produktif. Karena itu kita harus menjaga BPJS agar mereka jangan membayar yang sakit itu terlalu banyak. Sebab prinsipnya memang itu. Misalnya kami periksa tensi darah supaya tidak tinggi dan kami jaga supaya tidak sakit jantung.
Soal lain. Saat ini Anda gencar mempromosikan isÂtilah pasar sehat. Apa subÂstansinya?Jadi saya kira pasar sehat memang penting. Pertama tenÂtu dari sisi ruang. Sisi ruang itu artinya udara yang bersih sehingga bisa berjalan baik. Jadi kunjungan kami ke Pasar Kramat Jati melihat sisi ruang tempat pembuangan akhirnya (jamban) atau toiletnya bagus sekali dan bersih. Saya tetap mengingatkan dan meminta untuk dijaga kebersihannya. Artinya memang orang itu harus tanggung jawab untuk mengeÂluarkan uang Rp 1.000-Rp 2.000 demi kebersihan. Pun kebersiÂhan toilet itu merupakan tangÂgung jawab bersama. Kemudian kami juga akan meningkatkan tempat laktasi.
Kenapa demikian?Karena pedagang-pedagang ini banyak yang ibu-ibu meÂnyusui. Sehingga mereka bisa melakukan laktasi dan menyÂimpannya di dalam kulkas untuk dibawa ke rumah. Satu lagi dari pemeriksaan kesehatan jadi tekanan darah gula darah. Dua faktor itu dulu yang kami lakuÂkan untuk mereka akhirnya sadar bahwa kesehatan itu penting. Yang saya jelaskan ini persoalan dari tata ruang.
Selain itu?Setelah itu dari isinya. Kami melihat isinya campur. Maksudnya kami melihat ada yang organik seperti jual sayur-mayur dan sebagainya. Ada bahan pangan dan ada bahan pakaian atau bahan yang non-organik. Tentunya yang organik seperti sayuran ataupun makanan kami maunya yang bersih ya. Artinya tidak ada lalat yang wara-wiri dan sebagainya. Tikus juga, apalagi kalau ada ikan mengingat tikus senang sekali di air yang mengalir. Saya sempat melihat sisa sayuran dijadikan kompos, dan ini bagus sekali. Sampah pun ditata dengan bersih.
Baik isi maupun sarana ini untuk masyarakat untuk kota seÂmua. Jadi kita juga membelinya bahan-bahan yang bagus dan sehat.
Kramat Jati termasuk katÂegori pasar sehat?Iya, saya lihat cukup baik dalam hal ini mudah-mudahan lebih ditingkatkan lagi.
Soal imunisasi bagaimana itu?Sampai kemarin cakupan angka secara nasional mencaÂpai 62,71 persen meningkat. Ya dilanjutkan sampai akhir Oktober. Nanti kami lihat lagi tetap dilakukan dengan bulan imunisasi anak sekolah.
Negara tetangga Papua Nugini saat ini tengah darurat polio. Langkah konkret apa yang dilakukan Kemenkes untuk mencegah agar virus tersebut tidak menyebar ke Papua?Kami tetap berhati-hati dan menjaga Papua dengan memÂberikan polio di imunisasi dasar, lengkap untuk mencegah penyeÂbaran di warga Papua. Selain itu juga diberbarengi dengan pemberian vaksin campak dan rubella. Saat ini, pemberian vaksin polio kami utamakan pada wilayah perbatasan Papua dan Papua Nugini. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk masalah ini. Jadi kami upayakan agar segera teratasi. ***
BERITA TERKAIT: