Saksi terakhir yang diperiksa untuk perkara Asiong adalah Juliati dan Vanken Davis Vincent Efendy. Istri dan anak Asiong itu terlibat memusnahkan baÂrang bukti dengan cara dibuang ke sungai.
Pemusnahan dilakukan tidak laÂma setelah tim KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT). Namun bisa terendus setelah mendapati bungker di rumah Asiong dalam keadaan kosong.
Seorang petani menjadi saksi pembuangan barang bukti dari atas jembatan di Rantau Utara, Labuhanbatu.
Barang bukti yang dibuang ke sungai berupa dokumen-dokuÂmen yang diduga terkait proyek dan perangkat elektronik.
Jurubicara KPK Febri Diansyah membenarkan pemeriksaan terhadap istri dan anak Asiong terkait pemusnahan barang bukti. "Penyidik ingin memastiÂkan apakah upaya penghilangan barang bukti dilakukan atas perintah tersangka (Asiong) atau atas inisiatif saksi," katanya.
Keterangan dari pihak keÂluarga ini melengkapi berkas perkara Asiong. Menurut Febri, berkas perkara Asiong memuat keterangan 35 saksi. Termasuk saksi petani tadi.
Pelimpahan berkas perkara ke penuntutan telah dilakukan Jumat pekan lalu. Jaksa penunÂtut umum KPK tengah menyÂusun surat dakwaan sebelum perkara Asiong dilimpahkan ke pengadilan.
Asiong didakwa dengan Pasal 5 ayat 1 atau Pasal 13 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) tentang peÂnyuapan. "Rencananya sidang di (Pengadilan Tipikor) Medan," sebut Febri.
Asiong diduga menyuap Bupati Pangonal Harahap untuk mendapatkan proyek infrastrukÂtur Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.
Menurut Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, pelaku suap ini menggunakan modus baru. Bupati Pangonal membuat kode rumit untuk daftar proyek dan perusahaan yang mendapat jatah menggarapnya.
"Kode ini merupakan komÂbinasi angka dan huruf yang apabila dilihat secara kasat mata tak akan terbaca sebagai sebuah daftar jatah dan fee proyek di Labuhanbatu," papar Saut.
Transaksi suap juga menggunakan modus baru. Pihak yang menyerahkan maupun menerima uang suap adalah orang-orang di luar lingkaran pelaku.
Asiong menandatangani cek senilai Rp 576 juta. Cek diserahÂkan kepada Afrizal Tanjung untuk dicairkan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumut Cabang Rantau Parapat.
Setelah cek dicairkan, uangÂnya dibagi tiga. Afrizal mengamÂbil Rp 15 juta untuk dirinya. Uang Rp 61 juta ditransfer ke rekebing Asiong. Sisanya Rp 500 juta dimasukkan kantong kresek hitam dan dititipkan kepada H, pegawai bank.
Uang Rp 500 juta itu akan diambil Umar Ritonga, kerabat Pangonal. Setelah bank tutup operasional, Umar datang unÂtuk mengambil uang itu dari H. Keluar dari bank, Umar disergap tim KPK. "UMR melakukan perlawanan dan hampir menaÂbrak pegawai KPK yang sedang bertugas saat itu," tutur Saut.
Tim KPKsempat mengejar Umar yang kabur membawa uang suap. "Saat itu kondisi hujan dan sempat terjadi kejar-kejaran antara mobil tim KPK dan UMR hingga kemudian UMR diduga berpindah tempat. Sempat pergi ke lokasi kebun sawit dan daerah rawa sekitar lokasi," kata Saut.
Tim KPK akhirnya menghenÂtikan pengejaran dan menyasar pihak lain yang terlibat suap.
Meski uang suap belum ditemukan, tim menyita bukti pencairan cek. Uang Rp 500 juta itu diduga bagian dari Rp 3 miliar fee proyek Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantau Parapat, yang diminta Pangonal kepada Asiong.
Kilas Balik
Bupati Labuhanbatu Raup Duit Proyek Rp 40 MiliarBupati Pangonal Harahap diduga meraup duit hingga Rp 40 miliar dari proyek-proyek Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu.
"KPK sedang melakukan identifikasi dugaan penerimaanterkait proyek-proyek di Labuhanbatu, dengan jumlah samÂpai saat ini sekitar Rp 40 miliar," kata juru bicara KPK Febri Diansyah.
Menurutnya, temuan ini diperÂoleh dalam pengembangan peÂnyidikan kasus penerimaan suap Rp 500 juta dari Efendy Sahputra alias Asiong, pemilik PT Binivan Konstruksi Abadi. "Penyidik masih terus mendaÂlami dugaan penerimaan (uang) lainnya," katanya.
Untuk menelusuri ke mana duit proyek itu, lembaga antiraÂsuah menelisik harta Pangonal. "KPK melakukan pemetaan aset yang diduga berasal dari fee proyek," ujar Febri.
Aset yang ditengarai berasal dari hasil korupsi bakal disita. "Untuk kepentingan asset recoverydalam kasus ini," lanjutnya. Penyitaan aset merupakan upaya mengembalikan kerugian negara akibat korupsi yang dilakukan Pangonal.
Untuk mencegah aset Pangonal--yang tengah dilacak--dipindahtangankan diam-diam, Febri mengimbau masyarakat membantu menyampaikan inÂformasi ke KPK.
"Jika ada pihak-pihak di Labuhanbatu atau Sumatera Utaraditawari aset terkait tersangka PHH(Pangonal Harahap) agar berhati-hati dan segera memberÂikan kepada KPK," imbaunya.
Sejauh ini, KPK telah mengeÂtahui Pangonal memiliki rumah di Jalan Pelajar Timur Nomor 168 Lingkungan VI, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan.
Dari muka, rumah itu terlihat biasa. Yang mencolok pagar besi yang membentengi hingga atap teras. Ketika mengintip dari samping, baru terlihat rumah itu memanjang ke belakang.Di bagian belakang terdapat banÂgunan dua lantai. Mobil Toyota Alphard kerap terlihat parkir di teras rumah.
Rumah ini pun jadi sasaran penggeledahan KPK untuk menÂcari bukti korupsi Pangonal.
Pangonal ditangkap KPK usai penyerahan uang suap Rp 500 juÂta. Uang bagian dari Rp3 miliaryang diminta Pangonal keÂpada Asiong untuk 'fee' proyek Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rantau Parapat.
Pangonal dan Asiong tak bertemu langsung untuk penyerahan fulus. Asiong menandaÂtangani cek senilai Rp 576 juta. Cek diserahkan kepada Afrizal Tanjung untuk dicairkan di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumut Cabang Rantau Parapat.
Setelah cek dicairkan, uangÂnya dibagi tiga. Afrizal mengamÂbil Rp 15 juta untuk dirinya. Uang Rp 61 juta ditransfer ke Asiong. Sisanya Rp 500 juta dimasukkan kantong kresek hitam dan dititipkan kepada H, pegawai bank.
Uang Rp 500 juta itu akan diambil Umar Ritonga (UMR). Setelah bank tutup operasional, Umar datang untuk mengambil uang itu dari H. Keluar dari bank, Umar disergap tim KPK. "UMR melakukan perlawanan dan hampir menabrak pegawai KPK yang sedang bertugas saat itu," tutur Wakil Ketua KPK Saut Situmorang.
Tim KPK sempat mengejar Umar yang kabur membawa uang suap. "Saat itu kondisi hujan dan sempat terjadi kejar-kejaran antara mobil tim KPK dan UMR hingga kemudian UMR diduga berpindah tempat. Sempat pergi ke lokasi kebun sawit dan daerah rawa sekitar lokasi," kata Saut. ***
BERITA TERKAIT: