Tidak lama setelah Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail, Siti Sarah pun melahirkan Nabi Ishaq. Turunan Bani Israil menganggap diri mereka lebih mulia dan terhormat karena laÂhir dari seorang isteri yang sah, isteri pertama Nabi Ibrahim yang beretnik Israel. SedangÂkan Nabi Ismail lahir dari ibu mantan budak. Bahkan ada yang tidak mengakui Nabi Ismail sebagai anak Nabi Ibrahim karena ibunya seÂorang budak. Padahal, di dalam Bible sendiri, Ismail dan Ishaq, diakui sebagai putra-putra Nabi Ibrahim, sebagaimana disebutkan daÂlam Kitab Kejadian dalam Al-Kitab: "Abraham mencapai umur seratus tujuh puluh lima taÂhun, lalu ia meninggal….. Dan anak-anaknya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela….." (Kejadian 25 : 7-9).
Banyak cerita terkesan memojokkan dan mendiskreditkan Siti Hajar. Termasuk yang paling monumental ialah mantan budak, merampas suami bosnya sendiri, dan diuÂsir dari rumah bekas majikannya jauh-jauh, lalu ia ditelantarkan dengan bayinya di pingÂgir kota Mekkah. Namun beberapa sumber mutaakhir menceritakan kalau Siti Hajar tidak pernah menjadi budak, bahkan ia adalah puÂtri seorang raja terkemuka di Mesir, ada yang mengatakan putri Raja Fir'aun ketiga. Ia terÂtarik bergabung dengan keluarga Nabi IbraÂhim dan isterinya dalam kapasitasnya sebagai seorang pengikut ajaran Tauhid yang dianut Nabi Ibrahim. Perkawinannya dengan Nabi Ibrahim sesungguhnya atas restu Siti Sarah yang sudah lanjut usia sementara suaminya terus saja berdoa memohon anak keturunan kepada Allah Swt yang nantinya akan melanÂjutkan misi kenabian yang dibawa suaminya.
Kita tidak tahu, sumber dari mana yang meÂnegaskan Siti Hajar sebagai mantan budak Nabi Ibrahim. Al-Qur'an sendiri samasekali tidak pernah menyebut Siti Hajar sebagai buÂdak atau mantan budak. Citra negatif yang dibangun terhadap pribadi Siti Hajar boleh jadi memiliki nuansa etnik dari orang-orang Israel yang mengaku turunan Nabi Ibrahim dengan pasangan Siti Sarah. Hingga saat ini ketuÂrunan Nabi Ishaq terus merendahkan anak keturunan Nabi Ismail. Mereka menganggap diri mereka etnik yang tidak pantas disejajarÂkan dengan turunan Nabi Ismail.
Meskipun Siti Hajar dianggap budak, tetapi ia dimuliakan oleh Al-Qur'an dengan berbaÂgai ungkapan positif. Dialah yang melahirkan Nabi Ismail yang diklaim anak muda paling taat karena mengikhlaskan dirinya disembeÂlih demi perintah Tuhannya. Siti Hajar sendiri hingga saat ini terus dikenang karena meskipÂun dikatakan mantan budak dan berasal dari etnik Afrika yang berkulit gelap, tetap mulia di sisi Allah Swt. Bahkan ia satu-satunya manuÂsia yang dimakamkan di bundaran Hijir Ismail yang hingga saat ini diputari oleh para jamaah haji dan umrah.