Harapan KosongNamun ternyata harapan yang terbesit itu sekedar harapan kosong akibat tidak terwujud pada kenyataan. Ternyata para pendukung Jokowi dan Prabowo sama sekali tidak peduli kedua junjungan mereka saling mesra berpelukan.
Terbukti mereka malah makin bersemangat saling hujat-menghujat, fitnah-memfitnah, hadang-menghadang, ancam-mengancam, gebuk-menggebuk dengan penuh kebencian seolah musuh bebuyutan dendam tujuh turunan padahal para anggota capres fans-club adalah sesama bangsa Indonesia yang tersohor sebagai bangsa ramah tamah bahkan adil dan beradab berkat menganut falsafah Pancasila.
PrihatinSuasana kebencian pada hakikatnya malah lebih memprihatinkan ketimbang di masa penjajahan sebab sebenarnya sama sekali tidak ada bangsa asing yang wajib dibenci akibat semuanya sesama bangsa Indonesia yang sama sama berbahasa Indonesia, berbudaya Indonesia dan hidup bersama di Indonesia.
Mungkin memang benar bahwa bangsa Indonesia belum siap menganut paham demokrasi yang mungkin memang tidak cocok untuk bangsa Indonesia yang terlanjur terbiasa ratusan tahun hidup dalam suasana dijajah bangsa asing setelah sebelumnya terbiasa ribuan tahun hidup dalam suasana monarki di mana sudah terbiasa rakyat mengabdi kepada penguasa bukan sebaliknya.
Hukum
Kebebasan berpendapat dan mengungkap pendapat hanya dibenarkan selama pendapat sesuai dengan pendapat diri sendiri.
Kebebasan berpendapat diterjemahkan menjadi kebebasan menghina dan lebih celaka lagi bahwa ternyata yang boleh menghina hanya diri sendiri terhadap orang lain bukan sebaliknya.
Jika orang lan yang menghina diri sendiri maka hukumnya wajib dilaporkan ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik atau bahkan makar karena membahayakan NKRI. Jika diri sendiri menghina orang lain maka berarti membela NKRI dan Pancasila. Hukum harus tajam untuk orang lain sambil tumpul bagi diri sendiri.
KekuasaanDi panggung politik tidak ada kerakyatan apalagi kemanusiaan karena yang ada cuma kerakusan atas harta-benda dan kekuasaan.
Yang sudah kayaraya masih ingin lebih kayaraya lagi. Yang belum berkuasa ingin merebut kekuasaan sementara yang sedang berkuasa ingin mempertahankan kekuasaan bahkan lebih berkuasa lagi sehingga kekuasaan tidak lagi menjadi sekadar alat namun sudah tujuan pembangunan.
Bahkan demi mempertahankan bahkan menambah kekuasaan pihak yang sedang berkuasa tak segan menghalalkan segala cara termasuk cara yang sempurna melanggar hukum.
Rakyat miskin yang di dalam UUD 1945 disebut sebagai tanggung jawab negara pada kenyataan malah digusur secara sempurna melanggar hukum.
Penguasa tidak boleh dikritik maka siapa berani mengkritik langsung dituduh makar.
Demi kekuasaan tak segan rakyat dibenturkan dengan sesama rakyat agar yang berkuasa tidak bisa disalahkan. Percuma, Jokowi dan Prabowo mesra berpelukan.
[***]
Penulis mendambakan tiada benci di persada Nusantara