Terdakwa kasus suap pembahasan anggaran proyek Bakamla, Fayakhun Andriadi pernah menyuruh anak buahÂnya, Agus Gunawan mengantar tas kepada Irvanto. Agus naik ojek ke showroom Irvanto di Kemang. "Kurang lebih saya menunggu 10-15 menit, lalu Pak Irvan datang," kata Agus bersakÂsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta kemarin.
Agus lalu menyerahkan tas kepada Irvanto. "Pak Irvan membuka tas, ada lima bundel dolar Singapura. Kalau satu bundel itu 100 ribu, kurang lebih total 500 ribu dolar Singapura," ungkapnya.
Setelah menyerahkan tas, Agus menemui Fayakhun. Ia melapor sudah mengantarkan "titipan". "Belakangan saya baru tahu ternyata dia (Irvanto) keponakan Pak Novanto," sebut Agus.
Dalam penyidikan kasus ini, Irvanto pernah diperiksa KPK pada 24 April 2018. Rencananya, jaksa KPK bakal menghadirkan Irvanto sebagai saksi di sidang Fayakhun.
Pada sidang kasus ini terdahuÂlu, jaksa KPK pernah mengungÂkapkan percakapan Fayakhun dengan Erwin Arief, Managing Director Rohde & Schwarz Indonesia, via WhatsApp (WA).
Fayakhun curhat mendapat peÂsan dari Setya Novanto (SN) via BlackBerry Messenger (BBM). Novanto 'mengancam' akan memindahkan Fayakhun dari keanggotaan Badan Anggaran (Banggar) Komisi I DPR jika tak bisa membereskan urusan Bakamla.
Lewat Erwin, Fayakhun meÂnagih agar fee proyek Bakamla segera dicairkan. "Senin saya sudah sampai Jakarta saya beÂresin ke SN. Kalau sampai nggak beres saya selesai sampai di sini bro. Abis saya."
Dalam percakapan WA denÂgan Erwin 29 Agustus 2016, Fayakhun kembali menyingÂgung Novanto. "Bro tolong ASAP (
As Soon As Possible). Saya sudah diperintah SN untuk ketemu Saidah, ASAP." Saidah yang dimaksud adalah Fahmi Darmawansyah, calon penggÂarap proyek satellite monitoring dan drone Bakamla.
Dalam perkara ini, Fayakhun didakwa meminta fee 1 atas pembahasan anggaran proyek Bakamla tahun 2016 Rp1,2 triliun. Fayakhun menerima 911.480 dolar Amerika (AS) atau setara Rp12,2 miliar.
Pada sidang kemarin, Agus juga mengungkapkan diperinÂtah Fayakhun untuk mencari rekening di luar negeri. "Dia (Fayakhun) bilang, Gus tolong carikan rekening di luar negeri. Teman saya mau bayar utang," kata Agus menirukan perintah Fayakhun.
Agus lalu menemui Lie Ketty, pemilik toko Serba Cantik Melawai. Lie Ketty memberiÂkan lima rekening di luar negÂeri. Yakni rekening atas nama Hangzhou Hangzhong Plastic dan Guangzhou Ruiqi Oxford Cloth Co.Ltd. Kedua perusahaan tersebut ada di Cina.
Kemudian, rekening atas nama Omega Capital Aviation Limited serta rekening milik Abu Djaja Bunjamin. Keduanya ada di Singapura. Sementara satu reÂkening lagi merupakan account di JP Morgan.
Fahmi Darmawansyah menÂgirim
fee untuk Fayakhun ke rekening-rekening itu. Yakni 200 ribu dolar AS ke rekening Hangzhou Hangzhong Plastic dan 100 ribu dolar AS ke rekÂening Guangzhou Ruiqi Oxford Cloth Co.Ltd.
Kemudian, 110 ribu dolar AS ke rekening Omega Capital Aviation Limited di Bank UBS Singapura. Terakhir, 490 riÂbu dolar AS ke rekening Abu Djaja Bunjamin di Bank OCBC Singapura.
Fayakhun lalu mencairkan uang itu lewat Lie Ketty. Lagi-lagi, Agus yang disuruh. "Diminta untuk ambil rupiah ke Ci Ketty. Ada Rp 800 juta. Itu untuk Basri Baco," ungkap Agus.
Agus tak ingat tanggal perÂsis penyerahan uang kepada Basri. "Tapi penyerahan di Hotel Fairmount tahun 2016," katanya.
Basri adalah Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar DKI Jakarta. Sementara Fayakhun Ketua DPD Golkar DKI saat itu. ***
BERITA TERKAIT: