Bekas Panglima TNI Djoko Santoso disebut-sebut bakal jadi ketua timses Prabowo-Sandiaga. Kubu Jokowi-Ma'ruf yang juga hanya mengungkap inisial sang calon ketua timses, 'M'. Banyak kalangan memprediksi, jika Prabowo menetapkan Djoko Santoso, maka Jokowi akan mengangkat Moeldoko. Kalau ini yang terjadi, maka Pilpres 2019 adalah juga 'perÂtarungan' dua bekas Panglima TNI. Berikut pernyataan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto terkait bakal calon ketua timses Jokowi-Ma’ruf.
Bagaimana perkembangan pembentukan tim kampanye?
Jokowi masih menimbang-nimbang yang terbaik di antara calon.
Kabarnya pengumuman tim kampanya nasional Jokowi-Maruf Amin akan diumumkan awal pekan nanti apa betul? Ya betul, Pak Jokowi terus menimbang-nimbang yang terÂbaik di antara para calon. Akan tetapi pada intinya kami kolekÂtif kolegial. Kami merupakan gabungan kekuatan partai, para relawan, dan rakyat itu sendiri. Kekuatan kami di DPR mencapai 62 persen, sehingga ini membanÂgun optimisme karena pergeraÂkan mesin darat cukup efektif. Ditambah dari komunikasi poliÂtik yang mengedepankan model kepemimpinan Pak Jokowi yang mencari solusi atas berbagai masalah bangsa dengan komitÂmen kerakyatannya, dengan pemimpin yang turun ke bawah menjadi modal dasar kami. Dengan demikian siapapun yang ditunjuk oleh Pak Jokowi, kami siap bekerja sama dengan sebaik-baiknya.
Mahfud MD nantinya masuk enggak dalam tim?Kita lihat nanti dari keputusan Pak Jokowi. Pak Mahfud adaÂlah sosok tokoh nasional yang memiliki pengalaman luas, siapa yang dijadikan oleh Pak Jokowi tentunya kami siap bekerja sama. Tapi intinya Pak Mahfud, Ibu Mega kemudian Buya Syafii itu kan sudah tergabung dalam BPI (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Nah, kami terikat oleh aturan undang-undang bahwa mereka yang masuk di dalam susunan pemerintahan negara, termasuk badan-badan negara memang sesuai dengan ketentuan KPU.
Dengan demikian sosok yang menjadi ketua, adalah sosok yang mempunyai pengalaman luas, yang merepresentasikan keindonesiaan kita. Sosok yang akan memipin dengan strategi yang positif, bukan dengan strategi yang menghancurkan pihak lain. Sosok yang mampu menjadi gambaran kepemimpiÂnan Pak Jokowi yang menyeÂlesaikan masalah bangsa dan negara.
Dari PPP (Partai Persatuan Pembangunan) melempar iniÂsial M. Bakalan plot twist engÂgak nih?Ya apa yang terjadi dengan Pak Mahfud MD bukan inÂsiden. Itu gambaran yang jauh lebih beradab, dari pada politik uang yang mewarnai penetaÂpan paslon dari pasangan Pak Prabowo, dengan demikian diÂnamika pasti terjadi. Tetapi kami pastikan untuk penetapan ketua TKN (Tim Kampanye Nasional) itu sepenuhnya kami serahkan kepada Pak Jokowi dan Kiai Maruf, karena sesuai dengan keÂtentuan undang-undang bahwa TKN ditentukan oleh paslon.
Farhat Abbas kan jadi salah satu jubir. Tidak takut blunÂder?Kalau kami lihat dari seluruh
influencer. Jadi kami luruskan, pelatihan-pelatihan itu adalah untuk mencari jubir. Nanti jubir hanya sekitar 5-7 orang. Nah, di luar itu para influencer, para jurkam yang sejak awal kami latih dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, mereka yang menyatakan niat tentu saja kaÂmi ajarkan, kami imbau untuk mengedepankan watak politik yang membangun peradaban untuk bicara hal yang positif tentang bangsa dan negara, tentang kontestasi tidak saling menjatuhkan. Apalagi dengan isu-isu yang bisa memecah persatuan kita sebagai bangsa dan negara.
Pak Jokowi kan mau menaiÂkkan gaji ASN (pegawai negeri sipil). Apakah ini termasuk strategi politik untuk mendaÂpatkan dukungan?Ya kami melihat sekali lagi sesuatu hal yang sifatnya positif untuk rakyat. Jadi sekali lagi kita harus melihat pemilu janÂgan sampai menutup keadaan politik kita, hal hal yang baik seperti desain di dalam APBN untuk rakyat, untuk membangun Indonesia Raya, dan melanjutÂkan kebijakan pembangunan dari pinggiran. Kesejahteraan bagi rakyat, dalam hal ini bagi PNS merupakan hal yang positif, yang tidak perlu kita kaitkan dengan upaya-upaya elektoral.
Pak Jokowi itu terpilih dari prestasinya melalui kepemimpiÂnan yang merakyat, bukan karÂena politik bansos sebagaimana terjadi secara massif pada tahun 2009 lalu.
Tahun 2008-2009 sebagaimaÂna kita ketahui terjadi politik bansos melalui BLT (bantuan langsung tunai), kemudian disÂtribusi raskin, segala sesuatunya dikitkan dengan elektoral pihak tertentu.
Pak Jokowi belajar dari itu dan kami kemudian tidak ingin menjadikan APBN hanya sekaÂdar alat elektoral.
Baru-baru ini Prabowo mengunjungi Wapres Jusuf Kalla (JK). Ada khawatiran enggak JK akan mendukung Prabowo-Sandiaga Uno?Jangankan JK, kalau Pak Prabowo-Sandi bertemu denÂgan Jokowi sebagai presiden pun pasti akan diterima. Kalau kami lihat jangan jadikan pemilu menuntup keadaan publik kita. Jangan jadikan pemilu menuÂtup tali silaturahim di antara pemimpin bangsa.
Ada konstestasi gagasan Indonesia tetap dijadikan ruang yang dibahas secara bersama-sama di antara para pemimpin dan rakyat itu sendiri. Jadi, jangan politisir dalam setiap pertemuan hanya karena pilpres.
Pertemuan positif berbicara tentang Indonesia ke depan itu seharusnya memang dilakukan oleh para pemimpin.
Etis enggak sih Prabowo ketemu JK?Sekali lagi, jangan tutup keadaban politik kita dengan mensimplifikasikan setiap pertemuan hanya pada aspek dukung menÂdukung paslon. Pertemuan silaÂturahim adalah hal yang positif yang perlu dilakukan.
Pak Prabowo banyak mengÂkritik, karena jurus itu yang bisa dilakukan. Tetapi rakyat bisa bertanya bagaimana rekam jejak beliau, rekam jejak di dalam memimpin koorporasi, itu saja banyak masalah.
Kemudian rekam jejak dalam keluarga beliau, rekam jejak dalam karier politik beliau, itu semua terbuka secara transparan, dan rakyat yang menilai hal tersebut. Apakah seorang layak menjadi pemimpin nasional ketika dalam prosesnya sudah diwarnai dengan praktik politik uang.
Jadi mari kita jadikan pemilu ini sebagai momentum untuk mencari pemimpin. Pemimpin yang tidak punya beban sejarah masa lalu, pemimpin yang tidak punya tradisi yang berlawanan dengan kemanusian. Pemimpin yang bersih, pemimpin yang tidak memperjuangkan keluÂarganya sebagai upaya untuk mendapatkan kepentingan sesÂaat, kepentingan modal, kepentÂingan kapital. Kita cari pemimpi untuk rakyat, untuk Indonesia.
Tanggapan Anda terkait Panwaslu yang meloloskan tiÂga bacaleg eks napi korupsi?Kalau dari kami sudah tegas sesuai instruksi yang diberikan, sudah sama yang disampaiÂkan kepada seluruh daerah. Alhasil kami mengikuti seluruh peraturan dari KPU. Sehingga mereka dua yang bekas pidana korupsi tidak diizinkan unÂtuk mencalonkan melalui PDI Perjuangan.
PDIP bisa memastikan hal itu?Iya, bisa kami pastikan bahÂwa PDI Perjuangan tidak ada. Baik dalam tingkat lokal mauÂpun nasional kami tidak perÂnah ada. Sementara di tingkat provinsi ada, kemudian kami lakukan pencoretan, itu hanya ada tiga. Dari seluruh daftar PDI Perjuangan yang paling sedikit, karena hanya ada tiga, itupun suÂdah kami lakukan pencoretan.
KPU kan sudah menetapÂkan daftar calon sementara, tapi di PDIP ternyata kemarin ada? Itu ada mis komunikasi dan mis koordinasi, namun sudah kami luruskan. Sehingga semua telah memenuhi syarat, kecuali satu yaitu pengganti dari KH Yusuf Supendi.
Tanggapan Anda soal pernyataan Ketua MPR Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam pidato di MPR?
Itu memang ada dalam dokuÂmen resmi pasangan Pak Jokowi dan Jusuf Kalla saat itu. Ada tiga persoalan pokok bangsa yaitu persoalan merosotnya kedaulaÂtan, persoalan ekonomi, dan kriÂsis identitas kita sebagai bangsa. Karena itulah Trisakti sebagai jawaban dan nawacita ditepatÂkan sebagai agenda prioritaskan dari Jokowi sebagai dokumen otentik, dokumen resmi kami tidak mengada-ada.
Terkait dengan pidato Zulhas, sebagai ketua MPR pidato terseÂbut melalui pembahasan berÂsama, mengingat pimpinan MPR itu kolektif kolegial. Tapi ada beberapa hal terkait dengan ekonomi yang disampaikan Pak Zul itu tidak ada dalam rancangan pidato sebelumnya. Sehingga itu merupakan kreatif dari Pak Zul. Tapi kami berharap sidang tahuÂnan di MPR dalam rangka mengÂgunakan momentum 17 Agustus, seharusnya mengendepankan aspek etika dan keadaban politik kita. ***
BERITA TERKAIT: