Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Soetrisno Bachir: Kita Tunggu Saja Saat Pendaftaran, Kalau Koalisi Sekarang Masih Bisa Berubah-ubah

Jumat, 13 Juli 2018, 10:46 WIB
Soetrisno Bachir: Kita Tunggu Saja Saat Pendaftaran, Kalau Koalisi Sekarang Masih Bisa Berubah-ubah
Soetrisno Bachir/Net
rmol news logo Hingga kini, Partai Amanat Nasional (PAN) belum memu­tuskan arah dukungannya. Partai berlambang matahari putih ini, dari sisi status bisa dikatakan sebagai barisan partai pendu­kung pemerintah, namun selama ini justru lebih sering terlihat mesra dengan Partai Gerindra, yang notabenenya sejak awal mengambil garis oposisi.

Lantas jelang Pilpres 2019, koalisi mana yang akan dipilih oleh PAN? Berikut pernyataan Ketua Dewan Penasihat PAN, Soetrisno Bachir:

Untuk saat ini bagaimana sikap PAN, apakah akan tetap mendukung Jokowi atau memil­ih mendukung Prabowo sebagai capres, mengingat masa waktu pendaftaran capres-cawapres tinggal sebulan lagi?
Kita tunggu saja perkemban­gan itu, kan masih ada waktu sekitar satu bulan untuk mereka para pimpinan partai, kalau saya kan sudah bukan pimpinan par­tai, saya ini kan ketua majelis penasihat partai.

Tapi Anda setuju tidak jika PAN nanti mengusung Amien Rais sebagai capres?

Lho gimana enggak setuju, toh itu sudah kesepakatan. Misalnya PAN dengan Gerindra dan PKS. Nah siapa pun nanti yang dis­epakati oleh para pimpinan tiga partai itu atau nanti bertambah lagi, ya harus disepakati oleh semua dong. Apakah capresnya itu Pak Prabowo Subianto, Pak Amien, apakah wapresnya itu Pak Muhaimin Iskandar, itu harus disepakati kalau memang itu merupakan kesepakatan dari empat partai itu. Politik kan seperti itu.

Berarti PAN sudah mantap berkoalisi dengan dengan PKS dan Gerindra?
Yang namanya politik itu keputusannya last minute. Memang semuanya itu sudah pasti mendukung calon tertentu? Nanti bisa saja berubah pada saat perdaftaran, jadi yang harus kita tunggu itu adalah pada saat pendaftaran. Siapa yang didaft­arkan menjadi capres-cawapres oleh partai apa, nah itu pada tanggal 4-10 Agustus. Nah yang ada saat ini, bisa saja berubah, namanya juga politik.

Apakah PAN masih menung­gu cawapresnya Jokowi su­paya mengetahui siapa lawan yang tepat?
Oh enggak. Itu biasa saja ka­lau rundingan-rundingan seperti itu. Misalnya saja pada Pilkada DKI, itu juga last minute, nah ini begitu juga kan. Jadi nggak anehlah.

Lalu apakah ada tokoh lain dari yang sudah ada saat ini?
Begini, hingga saat ini masyarakat masih menunggu keputu­san Mahkamah Konstitusi (MK). Kalau dilakukan survei, pasti dikehendaki agar presidential threshold itu nol persen. Karena itu berbarengan dengan pilpres. Nah mudah-mudahan mendap­atkan hidayah para pengambil keputusan atau majelis hakim di MK itu.

Sehingga menghasilkan nol persen. Jadi 14 partai politik itu bisa mencalonkan masing-mas­ing. Toh Rusia saja capresnya banyak, bahkan Putin itu dari independen itu bukan dari par­tai. Negara yang kita anggap otoriter saja, demokrasinya itu berjalan.

(Di Indonesia) jangankan independen, partai yang hanya memiliki suara kecil atau enggak punya suara masa enggak boleh. Padahal pemilunya bersamaan dengan pilpres.

Makanya ya mudah-mudahan para hakim mendapat hidayah. Ya kalau nggak saat ini, ya mudah-mudahan lima tahun lagi bisa terjadi. Nah kalau itu terjadi, maka rakyat bisa menda­patkan alternatif. Kan sekarang ada orang sekaliber Pak Rizal Ramli, namun dia kan enggak bisa maju karena enggak ada partai, namun kan kalau PT itu nol persen, dia sendiri atau ada partai kecil bisa mencalonkan Pak Rizal Ramli. Terus Pak Amien sendiri, meskipun PAN mendukungnya, tapi kan tetap saja tidak bisa maju juga, kar­ena masih tergantung dengan partai lain.

Nah kalau misalnya PT itu nol persen, nanti akan muncul itu para pemimpin-pemimpin yang memiliki kapasitas untuk memimpin negeri ini.

Untuk mempertegas, be­rarti PAN hingga saat ini be­lum berkoalisi dengan partai apapun?
Belum, itu kan masih cair. Toh yang saat ini masih berkoalisi saja nanti bisa pindah kok, sam­pai tanggal 10 Agustus nanti.

Lantas dengan adanya isu untuk menjadi cawapres Prabowo?
Oh itu kan dalam rangka aksi politik bisa saja, misalnya ka­lau calonnya ini, jangan dong, bagaimana kalau calonnya ini, jangan dong.

PAN ini selalu bersama den­gan PKS dan Partai Gerindra, lalu sekarang ini muncul wa­cana mencalonkan pasangan Prabowo-AHY, Anda menang­gapinya bagaimana?
Makanya jangan kaget di dunia politik itu. Tadinya AHY itu enggak disebut, bisa saja nanti itu yang disebut SBY-SBY-SBY. Nah kalau yang disebut itu beneran SBY, baru kita kaget, kalau yang disebut Megawati, baru kita kaget. Tapi kalau nanti yang muncul AHY, Anies Baswedan, Sandiaga Uno itu enggak kaget.

Untuk saat ini PAN masih ingin mengusung kader sendi­ri atau membiarkan calon dari mana saja?
Semua partai ingin men­calonkan kader sendiri. Tetapi kan harus realistis, wong par­tainya sendiri enggak cukup.

Realistisnya PAN hari ini seperti apa?
Nah itu yang dilakukan ko­munikasi, realistisnya itu pada perundingan. Perundingannya itu kan macam, logistiknya bagaimana, untuk saksinya ba­gaimana, saksi itu kan sekian banyak. Kira-kira anda punya uang berapa, gimana kalau eng­gak ada saksi, bisa dicurangi sama orang kita. Kecuali nanti negara yang membiayai semua pemilu itu, bukan KPUnya saja, tetapi sampai ke saksi-saksinya juga. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA