Ketika Allah SWT masih dalam level pemÂbahasan Ahadiyah belum ada cerita tentang manusia, bahkan alam semesta. Ketika Allah SWT memperkenalkan diri-Nya melalui pengungkapan nama-nama-Nya yang dikeÂnal dengan Al-Asma' al-Husna' maka cikal bakal manusia mulai berproses. Selanjutnya Insan Kamil bermanifestasi ke dalam level perjalanan manusia sebagai bagian dari Insan Kamil mengikuti proses kehadiran Lima Eksistensi (al-Hadharat al-Khamsah), yakni dari
Ahadiyyah, Wahidiyyah, Alam Jabarut, Alam Malakut, dan Alam Syahadah (tentang al-Hadharat al-Khamsah sudah dibahas dalam artikel terdahulu di dalam kolom ini). Secara sederhana perjalanan Insan Kamil bisa digambarkan semula berasal dari wuÂjud batin kemudian melakukan perjalanan spiritual menjadi wujud dhahir (
al-sair min al-bathin ila al-dhahir).
Gambaran lain bisa juga disebut dari wujud kebersatuan ke wujud keteruraian (
min al-ijmal ila al-tafshil), karena semakin keatas semakin menyatu (qur'an) dan semakin ke bawah semakin terpisah-pisah (furqan), sehingga dengan demikian bisa juga disebut
min al-qur'an ila al-furqan. Proses ini disebut dengan al-qaus al-nuzul, yang biasa disebut tanazul (membumi); karena itu maqam ini disebut maqam nuzul atau kalangan arifin menyebutnya maqam al-khalq. Maqam ini didalamnya berlaku ketentuan dhahir (
al-hukumah al-dhahiriyyah).
Ketika menjadi wujud dhahir, maka pada saat itu ia memanifestasikan nama kemaÂhapengasihan Tuhan (
Ism al-Rahmaniyyah). Disebut demikian karena keseluruhan makhluk dalam wujud ini mendapatkan rahmat rahmaniyyah-Nya. Setelah bermaniÂfestasi sebagai wujud dhahir ia lalu kembali melakukan perjalanan spiritual dari wujud dhahir ke wujud batin (
al-sair min al-adhahir ila al-bathin). Gambaran lain bisa juga disebut dari wujud keteruraian ke wujud keÂbersatuan (
min al-tafshil ila al-ijmal), karena semakin keatas semakin menyatu (qur'an) dan semakin ke bawah semakin terpisah-pisah (furqan), sehingga dengan demikian bisa juga disebut min al-furqan ila al-qur'an. Proses ini disebut dengan
al-qaus al-al-su'ud, yang biasa disebut taraqqi (melangit); karena itu maqam ini disebut maqam su'ud, atau kalangan arifin menyebutnya maqam al-Haq. Maqam ini didalamnya berlaku ketentuan batin (al-hukumah al-bathiniyyah).
Tahapan-tahapan perjalanan spiritual Insan Kamil ini diisyaratkan di dalam ayat: Latarkabunna tharaqan 'an thabaq (Sesungguhnya kalian melalui tingkat demi tingÂkat (dalam kehidupan)/
Q.S. al-Isyiqaq/84:19). Dalam ayat lain dikatakan: Dia mengatur uruÂsan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perÂhitunganmu. (
Q.S al-Sajadah/32:5).