Pernyataannya pun sejuk dan dingin. Maka, tak heran wajah beringin kini makin teduh.
Pada Senin (9/4), Airlangga yang kini Menteri Perindustrian menerima tim
Rakyat Merdeka, yaitu Kiki Iswara Darmayana, Ratna Susilowati, Kartika Sari, Aditya Nugroho dan Fotografer Khairizal Anwar. Saat wawancara, Airlangga didampingi Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily dan Wakil Ketua Koordinator Bidang Penggalangan Khusus Partai Golkar Rizal Mallarangeng.
Bagaimana mengubah dan meningkatkan citra Partai Golkar, yang selama ini dikenal sebagai salah satu partai tertua, agar bisa masuk dan diterima kalangan milenial? Pertama, Golkar itu partai terbuka dan proses politik di Golkar, itu termasuk yang paling demokratis. Terbukti dalam lima tahun terakhir, Partai Golkar punya lima ketua umum, yaitu (sebelum saya) ada Pak Aburizal Bakrie, Pak Agung Laksono, Pak Setya Novanto dan Pak Idrus Marham. Dalam semua mekanisme, tertib.
Kedua, soal karir politik. Saat ini rata-rata usia kader di tingkat pimpinan dan alat kelengkapan dewan, average di bawah 50 tahun. Jadi, ini menunjukkan bahwa Golkar mendorong orang-orang muda untuk tampil. Kesan di Golkar ada urut kacang, kita by pass. Bahwa ada peran-peran senior, tapi ada juga tokoh muda yang disiapkan untuk lebih banyak berperan di depan. Peran senior juga tetap mensupervisi para junior. Kami juga menghindari kesan “dia lagi, dia lagi†di Partai Golkar. Kalau masih seperti itu, kami kuatir nanti banyak kader pindah, karena merasa tak punya prospek karir politik di Golkar.
Kantor Golkar yang baru dibangun di Jakarta terlihat modern, tidak pakai pagar dan hijau. Mengapa dibuat begitu? Itu untuk membuat kesan Golkar tidak berjarak dengan masyarakat. Juga bisa mengubah citra partai. Kantor dibuat begitu agar masyarakat mudah masuk dan berinteraksi. Selama ini, ada kesan Golkar partai tua dan masyarakat umum seolah sulit masuk ke dalamnya. Nah, dengan wajah yang baru, diharapkan, anak-anak muda zaman milenial enteng berkomunikasi, dan mereka pun enteng bermain di wilayah-wilayah partai politik. Golkar juga mulai muncul di mal-mal, misalnya di FX Plaza (Senayan Jakarta) dan kami berkegiatan di sana. Kenapa di mall? Di sana tempat masyarakat berkumpul, banyak anak muda. Di sana mind set masyarakat bisa diubah, dan bisa jadi entreupener.
Jadi, sekarang ada program Golkar goes to mall ya?
Hmmm, tepatnya Golkar goes to the market, hahaha (tertawa). Dan salah satu market-nya ya di mall. Kita mengharapkan, pasar itu dekat dengan partai. Pasar adalah salah satu tempat publik berekspresi secara bebas. Di pasar atau mall, orang datang bersantai dengan keluarganya. Dan jika Golkar masuk ke sana, pendekatannya jadi terbuka dan tidak kaku. Terbuka dengan gagasan, ide dan masukan. Dengan situasi begitu, maka kondisi politik jadi lebih tenang.
Sebenarnya situasi politik sekarang bagaimana? Di mata masyarakat, partai-partai politik ribut melulu dan berebutan posisi. Kita berhasil memilih Gubernur Bank Indonesia, Deputi Gubernur Bank Indonesia, dan banyak keputusan strategis lainnya, dalam situasi yang relatif tenang. Lalu, partai pemenang pemilu akhirnya punya kursi pimpinan Dewan. Nah, itu kan bagian dari kerja-kerja politik, termasuk kerja Partai Golkar.
Beberapa kali pemilu, perolehan suara Partai Golkar termasuk papan atas. Tapi selalu gagal mengajukan calon presiden. Mengapa itu bisa terjadi, dan bagaimana strateginya, agar itu tidak terjadi lagi? Kita sudah pengalaman mengajukan calon presiden, juga pengalaman mengajukan presiden. Dalam politik, hal-hal seperti ini butuh momentum. Bukan cuma menyiapkan. Politik itu bukan seperti sekolahan. Begitu lulus, lalu langsung jadi. Politik butuh momentum. Ke depan ini, kita melihat dan menjaga momentum politik itu.
Menjelang pemilihan presiden, sudah banyak ketua-ketua umum partai politik memasang spanduk, baliho dan billboard agar dikenal. Bahkan ada yang terang-terangan ingin jadi cawapresnya Pak Jokowi. Mengapa Anda atau Partai Golkar tidak melakukan? Kita tidak ikut nyanyian orang lain. Kita dan Partai Golkar nyanyi dengan ritme tersendiri, hahaha (tertawa)
.
Dibandingkan dengan ketua-ketua umum Partai Golkar lain, Anda merasa mirip dengan gaya kepemimpinan siapa? Kita tidak mau membanding-bandingkan. Karena setiap zaman ada pemimpinnya, dan setiap pemimpin ada zamannya. Mulai dari Pak Akbar Tanjung, Pak Jusuf Kalla, Pak Aburizal Bakrie, Pak Agung Laksono, itu mentor saya semua.
Beberapa waktu lalu Pak Luhut Panjaitan bertemu dengan Pak Prabowo. Apakah itu bagian dari penugasan Golkar kepada Pak Luhut untuk membangun komunikasi dengan Pak Prabowo? Pak Prabowo dan Pak Luhut itu sudah berteman lama. Keduanya pernah sama-sama di militer dan sama-sama Kopassus. Jadi itu long history-lah. Kalau beliau-beliau itu ketemuan setiap minggu, atau rutin ya sah-sah saja kan.
Bagaimana hasil pertemuan mereka. Apakah ada laporan atau Pak Luhut menyampaikannya kepada Anda? Saya kira-kira tahu apa yang dibicarakan. Dan Pak Luhut juga sudah bicara kepada pers, apa yang disampaikan dalam pertemuan itu.
Menko Kemaritiman Luhut Panjaitan bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Jumat (6/4) di Restoran Sumire, Grand Hyatt, Jakarta. Kepada pers, Luhut menyebutnya sebagai pertemuan teman lama. Luhut menyarankan Prabowo agar maju lagi sebagai calon presiden di Pilpres mendatang. “Ya saya, malah saya bilang Pak Prabowo maju saja,†kata Luhut, saat ditanya keesokan harinya. Menurut Luhut, Prabowo saat ini sedang mempersiapkan diri untuk bertarung lagi, sebab sebelumnya sempat ragu karena faktor usia dan elektabilitas.
Buat Golkar lebih menarik mana dan lebih strategis mana, Pak Jokowi melawan Pak Prabowo atau figur lain, di pertarungan Pilpres? Hmm. Jadi, lawan itu akan kelihatan setelah tanggal 4, bulan Agustus nanti. Apalagi pemilunya bulan 4, tahun depan. Hahaha (tertawa). (Dalam Pemilu nanti Golkar mendapat nomor urut 4).
(Bersambung)
BERITA TERKAIT: