Bisa dibayangkan, para nara sumber merÂeka umumnya dari alumni-alumni Pondok PeÂsantren dan Perguruan Tinggi Islam yang suÂdah mendapatkan pencerahan dari para Kiai dan para Profesornya masing-masing. MerÂeka memperkenalkan Islam sebagai RahmaÂtan lil 'Alamin. Jarang sekali terdengar ada MT yang terkontaminasi dengan ajaran dan aliran kekerasan apalagi teroris. Bahkan merÂeka rata-rata berikrar untuk mengutuk para pelaku teroris yang tega menghilangkan nyaÂwa orang yang tak berdosa. Mulai dari anak-anak kecil yang tak tahu apa-apa sampai kepada para yang lansia yang sudah tidak punya pikiran apa-apa selain menyiapkan diri menghadap Allah Swt. Kaum ibu yang meruÂpakan kebanyakan anggota MT tentu paling sensitif dan serentak bereaksi untuk mengÂutuk kegiatan tersebut. Bahkan tidak sedikit MT yang menjalin kerjasama dengan aparat keamanan, khususnya kepolisian untuk ikut serta memberantas anasir-anasir teroris.
Kementerian Agama pernah mencanangÂkan setiap masjid dan mushalla harus memÂpunyai MT, kalau perlu MT-nya lebih dari satu. Misalnya ada MT khusus kaum remaja di Masjid, kaum lansia, dan kelompok yang berkebutuhan khusus. Melalui MT juga bisa dilakukan pemberdayaan ekonomi umat denÂgan mudah. Tidak sedikit MT saat ini mengelola bisnis dan koperasi dengan omset tidak bisa dikatakan kecil. MT yang sukses bisa menyalurkan pendanaannya kepada objek-objek yang produktif ditambah dengan sasaÂran yang memang dianjurkan untuk dibantu di dalam Islam. Sejumlah MT juga merintis usaha mikro dengan sentuhan dana secara terstruktur dari bank pemberi kredit mikro. Ada salah satu banks syari’ah sangat berÂhasil berkat kerjasama dengan MT-MT yang ada di daerah. Pengalaman bank tadi mendaÂpatkan kesan bahwa ibu-ibu yang tergabung di dalam MT lebih lancar membayar kredÂit dari pada kelompok-kelompok sosial lain. Kita masih ingat Muhammad Yunus dari BanÂglades sukses meraih Nobel dalam bidang ekonomi melalui MT-MT kaum ibu.
Inklusivisme Islam terlihat menjadi perilaku yang inheren dengan anggota MT. Jika ada anggota mereka sakit, meninggal dunia, dililit utang, atau dilanda musibah, mereka ramai-ramai hadir untuk meringankan beban mereÂka yang tertimpa musibah. Jika ada di antara mereka sukses dalam berbagai bidang merÂeka tidak saling melupakan satu sama lain. Mereka sangat terkesan secara emosional satu sama lain karena memang diikat oleh tali persaudaraan ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah. Mereka lebih gampang menghimpun dana jika ada kegiatan-kegiatan sosial keagamaan di dalam masyarakat. MisÂalnya ada perayaan 17 Agustusan, Maulid, Isra" Miraj, Halal bi Halal, khataman, dan perÂpisahan jika ada anggotanya hijrah ke temÂpat lain. Kehadiran MT di Indonesia sangat membantu untuk menyatukan segenap warÂga bangsa dan warga umat. Subhanallah.