Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Ali Djohar: Anak-anak Yang Ketagihan Sabu Dijadikan Kurir

Rabu, 07 Maret 2018, 10:43 WIB
Ali Djohar: Anak-anak Yang Ketagihan Sabu Dijadikan Kurir
Ali Djohar/Net
rmol news logo Anak-anak sangat rentan di­jadikan sasaran oleh pengedar narkoba. Mereka tidak hanya dijadikan pengguna, tetapi juga merangkap sebagai kurir. Menurut data yang diungkap Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Ali Djohar, saat ini ada satu juta anak yang sudah menjadi peng­guna narkoba. Berikut penuturan lengkapnya.

Satu juta anak itu yang hanya jadi pengguna atau yang mer­angkap sebagai bandar atau kurir?
Itu menjadi penyalahguna. Kalau yang jadi penyalahguna dan mer­angkap sebagai kurir itu lebih kecil jumlahnya, tidak semuanya.

Berapa jumlah pastinya yang merangkap itu?
Kalau jumlahnya tidak bisa saya sampaikan. Karena ini kan kasusnya terus bergulir, dan kami menjaga masa depan anak-anak itu supaya jangan sampai rusak.

Bagaimana modusnya sehingga mereka bisa dijadikan penggunan sekaligus kurir?
Berdasarkan pantauan kami dari berbagai kasus itu, yang terjadi adalah mereka diberi dulu. Setelah ketagihan baru mereka dimanfaatkan sebagai kurir untuk mengntar barang. Jadi sistemnya itu kalau bisa ngantar ke dua atau tiga tempat, mereka bisa dapat gratis satu.

Jenis narkobannya apa?
Jenis yang paling banyak itu yang jenis baru. Jadi itu berba­gai bahan kimia atau narkotika dicampur dengan berbagai mi­numan, dan makanan ringan yang disukai anak-anak kita.

Mereka bisa kena narkoba akibat pengaruh pergaulan?
Saya katakan terbesar itu akibat pergaulan di luar sekolah. Tapi ada juga akibat ketidakta­huan orang tua.

Jadi orang tuanya nunggu anak-anak yang masih usia dini di sekolah, lalu ada yang menawarkan obat pelangsing, minuman energi, dan ternyata manfaatnya betul karena men­gandung stimulan.

Dan itu diberikan juga ke­pada anaknya, sehingga mereka terpapar. Ada juga anak yang berusia satu tahun, dia ada di ruangan yang kecil, orang tu­anya menggunakan narkotika, methavitamin, dan asapnya itu terhirup oleh anaknya sehingga dia jadi ketagihan.

Daerah yang paling rawan?
Kalau kerawanan untuk narkotika itu dinamis. Setiap minggu, setiap bulan itu bisa berubah. Tapi untuk peringkat sesuai pop­ulasinya saat ini DKI Jakarta. Karena populasinya memang tinggi. Kedua Sumatera Utara, ketiga Jawa Timur. Tapi itu bisa berubah, bulan depan mungkin Sumatera Utara atau Jawa Timur yang tertinggi.

Dari segi usia, yang paling banyak terkena narkoba itu umur berapa?
Usia paling banyak itu 13-18 tahun. Karena saat itu mereka sedang mengalami perubahan secara psikologis dan sosial. Mereka pergaulannya juga baru, dan terutama pengaruh media sosial. Itu yang palig besar pen­garuhnya.

Terkait medsos, peredaran narkoba kan juga terjadi lewat medsos. Berapa besar peredaran via medsos ini?
Saya tidak bisa sebutkan jum­lahnya. Tapi para sindikat ini memang menggunakan media online sebagai alat transaksi, memperkenalkan produk, dan juga sarana pembayaran.

Sampai sekarang hal ini masih berjalan. Tentunya mereka terus mengubah modusnya dan meng­gunakan kode-kode tertentu. Itu yang kami butuh waktu untun menyelidikinya.

Dengan begitu mereka jadi lebih sulit dilacak?
Betul, jadi lebih sulit. Karena teknologi yang digunakan juga enggak kalah dengan yang di­gunakan penegak hukum. Itu masalahnya. Mereka juga punya floater-floater tertentu yang butuh waktu bagi kami untuk menembusnya.

Sebelumnya kan terdapat usaha penyelundupan narko­tika berton-ton. Apa yang BNN lakukan guna mencegah kejadian serupa terulang?
Kalau untuk penanggulangan narkotika yang masuk itu kan dari Selat Malaka. Sebetulnya bukan hanya Batam, dari Riau, dari Aceh, dari Dumai sepanjang Selat Malaka itu rawan terhadap penyelundupan narkotika. Yang dilakukan BNN adalah kami melakukan interdiksi.

Interdiksi adalah pencegahan di lautan supaya jangan sampai barang itu masuk ke daerah kita. Tentu kami menggandeng TNI AL, Bakamla, Bea Cukai, dan sebagainya. Itu yang dilakukan.

Lalu untuk yang sudah ter­lanjur masuk bagaimana?
Kalau sudah masuk sayangnya enggak ketahuan. Kalau keta­huan pasti seketika kami tindak. Tapi masalahnya, ada barang masuk itu secara legal.

Jadi yang masuk itu bukan narkotika. Tapi salah satu bahan yang masuk secara terpisah, impornya secara legal dengan alasan untuk produksi pabrik, bahan makanan, dan sebagain­ya. Nah, setelah di sini baru diracik.

Contohnya apa?
Banyak, misalnya happy green cair. Happy green itu kan bahan untuk membuat cat, atau mem­buat kertas. Ketika dicampurkan dengan bahan lain dia bisa men­jadi narkotika.

Ada yang bahannya dari majalah itu betul?

Dari majalah itu medianya. Jadi majalah itu bahan kertas dan tintanya, dicampur dengan bahan-bahan narkotika. Kita kan tahu kayak spidol baunya seperti aica aibon, bisa menimbulkan fly. Jadi berbagai cara yang mereka lakukan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA