Tetapi Martin Fernandez de Enciso yang juga ikut dalam ekspedisi bersama Vespucci, di dalam buku Summa de Geografia memberikan penjelasan yang berbeda. Menurutnya, masyarakat pribumi di tempat itu menyebut diri mereka dengan nama Veneciuela. De Enciso menduga, nama Venezuela berasal dari kata ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah kematian Presiden Hugo Chavez di tahun 2013, Venezuela menjadi salah satu negara yang paling disoroti di panggung internasional. Upaya Venezuela mempertahankan sumber daya alam berupa cadangan minyak di Sabuk Orinoco dari Exxon Mobil dan gerakan kaum oposisi menentang pengganti Chavez, Nicolas Maduro, menjadi topik utama berbagai pemberitaan.
Puncaknya adalah kecaman dari Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump yang disampaikan dalam Sidang Majelis Umum PBB tanggal 13 September 2017. Trump mengatakan, pemimpin Venezuela memaksa rakyat Venezuela menerima ideologi yang terbukti gagal. “Kita (masyarakat internasional) tidak dapat berdiam diri dan hanya menonton,†katanya.
Majalah RMOL membahas posisi terakhir Venezuela dalam dinamika politik global bersama Dutabesar Republik Bolivarian Venezuela Gladys F. Urbaneja Duran. Berikut petikannya:
Bisa Anda jelaskan apa yang sedang terjadi di Venezuela, dan mengapa Amerika Serikat mengajak komunitas internasional mengambil tindakan yang tergas terhadap Venezuela?Terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga saya dapat menyampaikan situasi yang sesungguhnya di negara saya. Pada dasarnya media (lokal) saat ini tidak memberitakan hal yang sebenarnya terjadi di negara saya. Mereka mendapatkan informasi dari media asing, sehingga mereka menterjemahkan apa yang disampaikan oleh media asing.
Saat ini kami sedang berusaha membangun masyarakat baru yang berbeda dari 40 tahun sebelum Presiden Hugo Chavez mulai berkuasa di tahun 1999. Era sebelum Presiden Chavez kami sebut sebagai era demokrasi representatif, dimulai sejak diktator Marcos Perez Jimenez digulingkan pada tahun 1958 dan berakhir pada tahun 1998 bersamaan dengan berakhirnya kekuasaan Rafael Caldera.
Di tahun 1999, sesaat setelah dilantik sebagai presiden, Presiden Chavez mengumumkan referendum untuk membentuk Majelis Konstituen yang mewakili semua kelompok masyarakat Venezuela.
Presiden Chavez ingin memulai proses ini, yang kami sebut revolusi Bolivarian yang menghasilkan pemerintahan Bolivarian. Dia ingin proses ini dimulai dengan konstitusi baru yang ditulis dan disetujui oleh semua rakyat, serta melibatkan partisipasi semua sektor masyarakat. Dengan konstitusi baru itu kami mulai membangun sistem keadilan sosial yang kami sebut sistem sosialisme berkeadilan.
Apa bedanya dengan sistem demokrasi yang sebelumnya?Ini semua untuk menciptakan perbedaan yang radikal dengan sistem yang ada selama 40 tahun sebelumnya. Sistem baru yang dimulai di era Presiden Chavez itu kami sebut sebagai demokrasi yang sebenarnya, yang partisipatif dan protagonis, serta menempatkan rakyat sebagai pihak yang utama dalam proses demokrasi.
Bisa Anda jelaskan apa saja yang dibangun berdasarkan Konstitusi Baru itu?Sejak tahun 2000 Presiden Chavez memulai banyak perubahan di dalam negeri. Bukan hanya membuat Konstitusi Baru, kami juga menyusun UU baru. Beberapa UU kami tulis ulang, karena ada bagian di dalamnya yang bisa kami pertahankan sementara bagian yang lain harus direformasi. Konstitusi Baru kami juga mencakup penghormatan terhadap HAM.
Apakah UU Hidrokarbon yang mengatur tatakelola sumber daya mineral Venezuela adalah hasil dari proses itu? Apa dampaknya?Ya. Kami menata ulang hubungan antara kepentingan ekonomi kami, khususnya di sektor industri migas, dengan perusahaan multinasional (MNCs) yang beroperasi di negeri kami. Presiden Chavez mengatakan, ini adalah nasionalisme baru dan nasionalisme yang asli. Sebelumnya yang ada adalah nasionalisme palsu
Mereka, pihak asing, tentu keberatan dengan reformasi ini. Sebagai reaksi, mereka semua, pihak asing dan MNCs, transnational power, berusaha menggulingkan Presiden Chavez pada tahun 2002.
Masyarakat internasional masih ingat, bagaimana respon rakyat Venezuela mempertahankan Presiden Chavez dan membawanya kembali ke Istana Miraflores. Ini berarti, rakyat Venezuela ingin agar Presiden Chavez melanjutkan revolusi Bolivarian.
Saat itu kita menyaksikan bagaimana revolusi Bolivarian Venezuela yang dimulai Presiden Chavez mendapat dukungan dari koalisi rakyat dan tentara.
Kudeta selama 48 jam itu sungguh memperlihatkan wajah fasis kelompok oposisi. Mereka membunuh rakyat, memenjarakan rakyat dan melucuti semua kekuasaan yang ada. Mereka membubarkan parlemen. Mereka ingin menghancurkan sistem sosialisme yang baru kami dirikan.
Bagaimana respon Presiden Chavez terhadap opoisisi?Setelah kudeta yang berlangsung hampir 48 jam itu berakhir, Presiden Chavez kembali mengajak kelompok oposisi yang terlibat dalam kudeta untuk ikut berpartisipasi dalam politik, mengajak mereka memulai kembali dari awal, dan mengampuni mereka.
Dia mengajak: ayo sampaikan proposal kalian, dan mari bersama kita bangun Venezuela.
Bisa Anda bayangkan, Presiden Chavez, sebagai pemimpin yang penting bukan hanya di Venezuela, tetapi juga di Amerika Latin dan dunia, dia ingin membawa tradisi baru dalam politik Venezuela, ia ingin proses politik dilakukan lewat pemilu secara damai.
Jadi, dia berusaha mengajak kembali kelompok oposisi. Tetapi ini sangat sulit, dari saat itu sampai sekarang. Kami tidak bisa memiliki oposisi yang demokratis, kami tidak bisa memiliki oposisi yang konstuktif.
Mereka, kelompok oposisi di Venezuela, memiliki karakteristik yang merusak dan menghancurkan revolusi kami. Oposisi Venezuela dipimpin oleh kelompok oligarki yang selama 40 tahun sebelumnya mendapatkan keuntungan dari proses politik yang tidak demokratis. Bahkan dari sejak Venezuela merdeka di abad ke-19.
Bisa Anda jelaskan perseteruan antara Venezuela dan Exxon Mobil yang dimenangkan Venezuela dalam dua pengadilan terpisah, di International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) pada tahun 2014 dan di pengadilan AS pada tahun 2017 ini…Exxon Mobil keberatan kami membatalkan kontrak yang mereka dapatkan di ladang minyak Orinoco Belt. Mereka membawa kasus ini ke tribunal internasional, dan kemudian ke AS, dan mereka mendapatkan sepuluh persen dari yang mereka tuntut kepada kami.
Kami memutuskan kontrak yang mereka dapatkan secara ilegal, dan kami tidak melihat ada hal positif dari kontrak itu untuk kedaulatan negara kami.
Dalam kasus ini kami tidak melakukan tindakan tanpa didasarkan hukum. Kami menggunakan instrumen hukum yang ada. Kami diminta pengadilan untuk membayar sepuluh persen dari yang mereka tuntut.
Setelah itu, Presiden Chavez sakit, sampai akhirnya meninggal dunia pada tahun 2013. Sejak itu, mereka pihak asing dan pihak di dalam negeri yang mau berkolaborasi dengan mereka, secara agresif menyerang ekonomi kami.
Bagaimana sikap Presiden Maduro yang menggantikan Presiden Chavez?Presiden Nicolas Maduro memutuskan untuk melanjutkan revolusi Bolivarian dan program nasionalisasi Venezuela.
Saat Persiden Maduro terpilih, kelompok oposisi tidak mengakui hasil pemilihan dan menuding pemilihan presiden di bulan April 2013 itu tidak transparan. Tetapi alasan sebenarnya adalah, mereka ingin mengakhiri sistem sosialisme Bolivarian.
Sejak tahun 2013, sudah empat tahun, kelompok oposisi selalu mencari alasan untuk menyulut kekerasan di jalanan, mensabotase ekonomi Venezuela, mensabotase perdagangan dan distribusi produk-produk utama yang dihasilkan Venezuela. Mereka ingin menghentikan proses industri di Venezuela. Mereka memancing kemarahan rakyat.
Penurunan harga minyak membuat kami semakin sulit dan harus kompromi untuk mengimpor barang-barang yang kami butuhkan karena kaum oposisi yang bekerjasama dengan kekuatan asing menguasai proses produksi sejak lebih dari 40 tahun lalu.
Kelompok oposisi kami merasa mendapatkan dukungan yang kuat dari pihak asing yang juga terganggu dengan nasionalisasi kami, dan mereka melanjutkan upaya untuk menghancurkan revolusi dan sosialisme Bolivarian.
Presiden Maduro tampaknya tetap berusaha melibatkan kubu oposisi dalam demokrasi?Ya, walaupun semua tahu apa yang dilakukan kelompok oposisi terhadap pemerintahan Presiden Maduro. Kelompok oposisi ini mengobarkan perlawanan di luar kerangka demokrasi. Mereka membangkitkan amarah rakyat di jalanan dari Maret sampai Juli 2017. Ini bukan demonstrasi yang demokratis karena membuat orang terluka dan menyebabkan kematian. Di Caracas saja, setidaknya 100 orang tewas karena benturan antara kelompok di jalanan.
Presiden Maduro terus mengajak dialog. Bahkan pihak-pihak lain di Amerika Latin yang bersimpati dengan kami juga berupaya untuk menyelenggarakan dialog. Tetapi keinginan kubu oposisi di Venezuela hanya satu, menghentikan revolusi Bolivarian dan sosialisme Bolivarian.
***
Pada tanggal 1 Desember 2017, dialog antara pemerintah Venezuela dan kubu koalisi oposisi Mesa Unidad Democrática (MUD) akhirnya digelar di Republik Dominika atas bantuan sejumlah negara.
“Terima kasih Tuhan, kami mencapai Mesa de Dialogo di Republik Domina untuk perdamaian dan kesejahteraan,†tweet Presiden Maduro sambil mengucapkan terima kasih kepada Presiden Republik Dominika Danilo Medina, mantan Perdana Menteri Spanyol Rodriguez Zapatero yang memberikan dukungan atas keberlangsungan dialog.
Presiden Maduro juga mengucapkan terima kasih kepada kubu oposisi MUD dan menyebut dialog itu sebagai jaminan masa depan yang lebih baik bagi Venezuela.
Dialog pun dihadiri Menlu Chile Heraldo Munoz, perwakilan dari Meksiko Luis Videgaray, mantan Menlu Bolivia Fernando Huanacuni, dan Menlu Nikaragua Denis Moncada.
Menurut Presiden Dominika Danilo Medina, pertemuan berjalan secara positif dan baik.
Sebelum dialog damai di Republika Dominika itu, pada tanggal 1 Mei 2017 Presiden Maduro mengundang semua pihak untuk terlibat dalam proses pemilihan Majelis Konstituen seperti di tahun 1999. Pada hari pelaksanaan pemilu, tanggal 30 Juli 2017, lebih dari delapan juta rakyat memberikan suara. Sementara kubu menolak dan mereka meminta pendukungnya di daerah-daerah yang mereka kuasai untuk tidak ikut memberikan suara.
***
Pada bulan September 2017 di hadapan Majelis Umum PBB, Presiden AS Donald J. Trump menyampaikan kecaman ke beberapa negara, termasuk Venezuela. Bagaimana pandangan Anda?Venezuela adalah negara yang mencintai perdamaian. Kami tidak memiliki senjata untuk menghancurkan negara lain, kami tidak punya nuklir, kami tidak pernah menyatakan perang melawan negara manapun.
Di masa lalu, di bawah kepemimpinan Jenderal Simon Bolivar, kami memperjuangkan kemerdekaan enam negara di Amerika Latin. Anda bisa lihat bahwa revolusi Bolivarian adalah revolusi pembebasan negara-negara terjajah dari kaum penjajah. Kami membantu kemerdekaan Kolombia, Panama, Ekuador, Bolivia dan Peru. Semua negara ini bersama Venezuela kami sebut sebagai negara Bolivarian.
Menurut Anda apa yang dipikirkan Trump sehingga mengeluarkan pernyataan keras itu?Kita semua tahu bahwa Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson adalah mantan CEO Exxon Mobil. Ini saja sudah menjelaskan motivasi AS terhadap negara kami. Anda tahu bahwa tujuan utama pemerintahan Donald Trump adalah menguasai minyak, termasuk minyak yang kami miliki. Venezuela adalah negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Cadangan minyak kami lebih dari 300 miliar barrels.
Tetapi dalam berbagai isu kelihatannya Presiden Trump dan Menlu Tillerson memiliki perbedaan pandangan…Ini juga berkaitan dengan isu geopolitik. Venezuela ada di utara Amerika Latin. Posisi kami sangat strategis. Sejak masa revolusi dulu, Jenderal Simon Biolivar mengatakan bahwa AS akan menjadi ancaman bagi negara-negara yang menginginkan kemerdekaan di Amerika Latin.
Sudah banyak keputusan pemerintahan AS yang mengkonfirmasi hal ini. Mereka menganggap bahwa Amerika Latin adalah halaman belakang AS. Artinya, mereka memandang kami sebagai bagian dari cadangan sumber daya alam mereka. Baik hutan kami, mineral, minyak, dan gas. Semua itu harus menjadi bagian dari cadangan energi AS di masa depan. Karena itu, mereka selalu ingin mengintervensi.
Jadi wajar saja bila ada pemerintahan di sebuah negara, khususnya di Amerika Latin, yang ingin memperkenalkan sistem baru yang lebih pro rakyat dan menjaga jarak dengan kaum kolonial, AS akan mengatakan kepada dunia bahwa pemerintahan di negara yang seperti itu adalah ancaman terhadap demokrasi dan keamanan serta perdamaian dunia.
Terkait dengan geopolitik global, bagaimana Anda melihat konflik antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China?Pertama, Venezuela membangun hubungan baik dan sangat kuat dengan Republik Rakyat China. Ketika berkuasa, Presiden Chavez meletakkan Venezuela kembali ke tengah percaturan dunia. Hal pertama yang dilakukannya adalah menyerukan agar Venezuela kembali membangun hubungan dengan negara OPEC (Organisasi Eksportir Minyak Dunia). Kami adalah produsen minyak dan harus berhubungan lagi dengan sesama produsen minyak. Kami punya hak untuk mendapatkan keuntungan dari minyak kami. Tahun 2000 kami menyelenggarakan Konferensi OPEC.
Kedua, Presiden Chavez mengajak kami untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara yang pernah masuk dalam kelompok emerging power. Presiden Chavez menghubungkan kami dengan Eropa dan Asia, seperti Rusia, Belarusia, China, dan India, juga dengan Afrika Selatan.
Kami melihat, BRICS (Brazil, Rusia, China, India dan Afrika Selatan) sebagai integrasi dari kelompok negara emerging power. BRICS merupakan model baru integrasi antara negara-negara berkembang.
Dalam integrasi itu yang penting adalah kerjasama, solidaritas, dan bukan untuk mendominasi. Integrasi itu juga bukan hanya mengenai perdagangan, tapi juga tentang hubugan antara masyarakat.
Kita bisa lihat perbedaan antara isu yang dibawa Trump dalam kunjungan ke Beijing (8-1- November 2017), dan isu yang dikedepankan Presiden Xi Jinping dalam pertemuan itu.
Presiden Xi Jinping mengedepankan isu-isu kemanusian dan hubungan baik antar masyarakat kedua negara, juga solidaritas. Tidak tentang dominasi. Sementara Presiden Trump sebaliknya.
Kita bisa melihat apa yang dilakukan AS selama 100 tahun terakhir di Amerika Latin. Mereka mendukung kediktatoran di Amerika Latin, dan menumbangkan pemerintahan yang memiliki pandangan sosialisme.
Bagaimana Venezuela merespon proposal One Belt One Road (OBOR) yang disampaikan RRC?Bagi kami proposal OBOR adalah proposal untuk membangun negara-negara yang sedang berkembang. Sehingga kami tidak melihatnya sebagai ancaman baru, melainkan sebagai peluang di depan mata.
[guh]