Dalam sambutannya, Amien Rais menyindir para "kecebong". "Biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu. Kepada para kecebong, teruskan percebonganmu, tapi kita tetap menuju tujuan kita," kata Amien Rais saat memberi sambutan.
Dalam media nasional istilah 'kecebong' adalah istilah yang diberikan kepada pendukung Presiden Joko Widodo.
Istilah itu muncul karena hobi Jokowi dalam memelihara kodok ketika menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Karena itu, para pendukung Jokowi disebut para 'cebongers'.
Julukan itu juga ditujukan kepada para pendukung Ahok karena kedua kelompok tersebut kerap saling mendukung satu sama lain.
Dalam sambutannya itu, Amien Rais menekankan tentang pentingnya tekad kalangan Muslim dalam memperjuangkan Islam. "Nabi Nuh dalam seratus tahun baru satu orang yang jadi pengikut. Kita ini cuma ditantang 'cebong-cebong'. Itu biasa, kita enggak boleh takut," kata Amien Rais.
Jamanout Kuper
Akibat tergolong generasi jamanout yang kuper, maka semula saya telmi mengenai heboh soal “kecebong†di jaman now. Semula saya cuma tahu bahwa kecebong identik dengan berudu yang merupakan tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup amfibia.
Berudu eksklusif hidup di air dan bernapas menggunakan insang, seperti ikan. Tahap akuatik (hidup di perairan) inilah yang membuat amfibia memperoleh namanya (amphibia = "hidup [pada tempat] berbeda-beda").
Kebanyakan berudu herbivora, memakan alga dan bagian-bagian tumbuhan. Beberapa spesies merupakan omnivora (pemakan segala). Namun setelah mengerti makna istilah “kecebong†di jaman now maka mohon dimaafkan bahwa saya tidak setuju dengan sindiran pak Amien terhadap “kecebongâ€.
Tidak setuju
Ketidak-setujuan saya terhadap pak Amien yang saya kagumi sebagai Lokomotif Reformasi analog dengan ketidak-setujuan saya terhadap Gus Dur yang saya hormati sebagai mahaguru kebangsaan saya.
Jika dulu saya tidak setuju Gus Dur menyamakan para anggota DPR dengan anak-anak di Taman Kanak-Kanak maka kini saya tidak setuju Pak Amien menyamakan pendukung Ahok dengan kecebong.
Ketidak-setujuan saya bukan berarti saya tidak menghormati Pak Amien dan Gus Dur namun murni berdasar ketidak-layakan belaka.
Menurut saya, baik anak-anak mau pun kecebong sama-sama tidak layak diseret masuk ke ranah politik. Sebab baik anak-anak mau pun kecebong sama-sama masih lugu, polos, tulus dan jujur maka sama sekali tidak punya pamrih apa pun apalagi pamrih harta benda, jabatan atau kekuasaan.
[***]Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi