WAWANCARA

Willem Rampangilei: Tren Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Meningkat, Soal Erupsi Kami Tak Tahu

Senin, 02 Oktober 2017, 10:16 WIB
Willem Rampangilei: Tren Aktivitas Vulkanik Gunung Agung Meningkat, Soal Erupsi Kami Tak Tahu
Willem Rampangilei/Net
rmol news logo Kesibukan pensiunan perwira TNI AL ini makin meningkat menyusul terjadinya pening­katan status aktivitas Gunung Agung dari siaga menjadi awas. Berdasarkan pantauan Willem bersama tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) aktivitas kegempaan Gunung Agung trennya terus meningkat. Tanda-tanda erupsi makin jelas dirasakan. Lantas apa saja yang sudah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memini­malisir terjadinya korban jiwa? Berikut penuturan Kepala BNPB Laksamana Muda (Purn) Willem Rampangilei kepada Rakyat Merdeka;

Bagaimana kondisi terkini gunung Agung?
Tadi (Sabtu pagi) sudah saya tanya langsung ke vulcanologi memang trennya ini aktivitas vulcanonya meningkat.

Apakah berpotensi erupsi?

Itu belum bisa dijawab (tim vulcanologi), sebab urusan gu­nung ini kan urusan alam sehing­ga tidak bisa dipastikan, seperti itulah jawaban dari pengamat setelah saya koordinasi selaku koordinator nasional. Jadi di­jelaskan oleh tim yang berada di sana, sekarang ini memang terjadi gempa vulkanik dangkal. Semalam itu setidaknya terjadi 43 kali gempa vulkanik dangkal dan gempa vulkanik dalam. Itu artinya, penambahan magma itu ada, lalu ada pergerakan ke atas. Itu kan gambarannya sama saja jika ada tekanan di dalam, lalu seperti ada celah bahasa jawanya ngowoh, tekanannya bisa kurang. Kesimpulannya ke­cenderungan aktivitas vulkanik itu meningkat, tetapi tetap saja masalah erupsi itu tidak bisa dipastikan, sebab masalah erupsi itu suatu ketidakpastian.

Biasanya kondisi pra-erupsi hingga sampai erupsi berapa lama?
Karena saya bukan orang vul­kanologi, jadi begini, kalau ada tenaga tidak tersalurkan maka semakin lama semakin menum­puk, jadi tinggal menunggu saja tutupan itu seberapa kuat.

Nah sekarang ini kalau kita lihat memang ada bunyi men­desis pada alat monitor, seperti orang ngowos gitu, berarti kan memang ada energi yang keluar. Jadi perbandingan antara energi yang keluar dan energi yang diproduksi. Jadi itulah faktor-faktor ketidakpastian itu jika dijelaskan orang awam seperti saya.

Untuk statusnya sendiri bagaimana?
Sekarang ini statusnya awas.

Sampai sejauh ini proses evakuasinya warga bagaima­na?
Kalau kita bicara masalah pengungsi, sudah dievakuasi. Evakuasi dilakukan sesuai an­camannya. Ancamannya itu adalah apabila gunung ini ter­jadi erupsi maka kawasan yang harus diamankan adalah radius sembilan kilometer, dan sekto­ral 12 kilometer. Misalkan arah selatan, tenggara dan utara, itu sudah ada gambarnya. Jadi itu yang harus diamankan, sehingga penduduknya harus dievakuasi. Karena ada pergerakan, maka mereka sudah mulai dievakuasi, baik secara mandiri maupun dikoordinir.

Hingga terakhir Anda me­mantau jumlah pengungsi sudah berapa?
Hingga Jumat (29/9) malam sejumlah 143.167 jiwa pengung­si di sembilan Kabupaten, 433 titik. Nah ini kebijakan kemarin, kan banyak orang tidak harus mengungsi namun ikut men­gungsi, ini lebih kepada praktik psikologi. Jadi dengan cara mer­eka mengungsi, mereka merasa lebih aman. Nah kebijakan pe­merintah daerah, dalam hal ini gubernur yaitu, bagi warga yang rumahnya di luar wilayah teran­cam bencana, maka untuk segera kembali ke rumahnya. Sebab kalau dari 27 desa yang teran­cam itu jumlah jiwanya sekitar 70 ribu, namun kenyataannya jumlah pengungsi hingga sekitar 140 ribu, itu dua kali lipat jum­lahnya. Karena kalau semakin banyak maka semakin sulit mengaturnya, semakin sulit juga logistiknya, seperti itulah kon­disinya. Terus komandan satgas dalam hal ini komandan Kodim, Letkol Firman memimpim untuk melakukan penyisiran bahwa warga di radius berbahaya itu sudah diamankan.

Berarti sekarang wilayah yang terancam dari erupsi itu sudah dikosongkan oleh warga?
Sudah clear, namun seka­rang ada permasalahan. Yaitu penduduk masih kembali ke kampung halamannya untuk memberi makan ternak yang jumlahnya itu sekitar 15 ribuan. Maka kita akan melakukan percepatan untuk melakukan evakuasi ternak.

Percepatan yang dimaksud dengan cara apa?
Kita akan menambah truk ang­kut untuk ternak. Bupati di sana sudah menyiapkan lahan sekitar 300 hektare yang berada di sem­bilan titik untuk menempatkan ternak yang dievakuasi. Dan pemerintah siap memberikan pa­kan makan ternak. Nah kita akan bicarakan mencari solusi ba­gaimana supaya proses evakuasi itu bisa cepat. Kita sempat ada solusi agar ternak yang baik itu dijual, namun kayaknya Bupati tidak setuju, menurutnya biar saja dievakuasi agar masyarakat yang dievakuasi ini ada keg­iatan. Sehingga keputusan itu semua diserahkan kepada daerah, khususnya kepada pemerintah Kabupaten Karangasem.

Untuk bandara dan fasilitas umum lainnya sudah mulai terganggu?
Jadi begini, (bandara) itu akan terganggu kalau terjadi erupsi. Karena kalau terjadi erupsi un­tuk bandara ini kan bahayanya abu vulkanik. Sehingga bandara tidak akan berfungsi. Kita sudah siapkan rencana, jika bandara ini tutup, maka bandara lain yang bisa digunakan bandara yang mana, misalnya Surabaya dan Lombok. Selain itu kita juga me­nyediakan transoprtasi laut, kita koordinasi bahwa TNI Angkatan Laut sudah menyiapkan dua kapal jika dibutuhkan.

Apa saja sih yang dilaku­kan pemerintah pusat untuk meminimalisir jatuhnya kor­ban jiwa?
Kita sudah melakukan antisi­pasi dari ancaman. Kita sudah mencari tahu informasi dari vulkanologi, kita lalu mening­katkan peringatan dini kepada masyarakat dan petugas, maka itu dibutuhkan komunikasi yang baik, lalu petugas tahu apa yang mereka harus sampaikan dan masyarakat mengerti apa yang harus mereka lakukan. Jadi itu yang kita lakukan. Kita juga punya rencana operasi kita ketika terjadinya erupsi. Yang pertama itu adalah listrik pasti padam karena PLN akan mematikan itu karena itu SOP-nya, lalu jika ada abu vulkanik air-air pasti tercemar, maka mulai dari sekarang kita sudah mita kepada masyarakat untuk menyimpan air dengan ditutup sehingga terjaga dari abu vul­kanik. Untuk masalah listik yang selalu dibutuhkan khususnya un­tuk rumah sakit dan penerangan masyarakat, maka kita sedang bicarakan ini semua untuk kita siapkan sebelum terjadi erupsi. Maka model operasi yang kita lakukan adalah erupsi terjadi, jadi kita sudah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan kalau sampai terjadi erupsi.

Sepertinya penanganan ben­cana Gunung Agung ini pemer­intah sangat solid ya?
Ya, jadi gambarannya seperti ini. Kami BNPB bersama ke­menterian dan lembaga dari pusat datang ke sini untuk memberikan pendampingan, namun penang­gung jawab paling depan adalah kabupaten yang terkena dampak bencana, lalu kabupaten seki­tarnya memberikan support ter­masuk dari pemerintah provinsi. Kita dari BNPB memberikan pendamping, manajemen skill, administrasi dan lainnya.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA