Bahkan naskah sederhana itu difitnah sebagai bagian dari gerakan memberangus kebebasan berpendapat yang telah dengan susah payah dihadirkan lewat demokrasi oleh Orde Reformasi di persada Nusantara masa kini.
Derita BerjemaahAkibat merasa diri menjadi korban fitnah bahwa saya ingin memberangus kebebasan berpendapat maka saya memanfaatkan hak sebagai warga Indonesia di alam demokrasi untuk mengungkapkan pendapat melalui naskah sederhana yang dimuat atas budi baik
Kantor Berita Politik RMOL yang sedang anda baca ini.
Bagi mereka yang tidak ingin membaca ungkapan pendapat saya silakan mengejawantahkan wejangan Gus Dur "Gitu Aja Kok Repot" dengan berhenti membaca naskah ini sampai di sini saja.
Bagi yang tetap ingin melanjutkan membaca naskah harap bertanggung jawab sendiri terhadap segenap reaksi negatif mulai dari sekedar tidak suka sampai muak.
Pertama: secara alasanologis saya bertanya kepada diri saya sendiri mengenai kenapa saya harus repot menulis naskah "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab". Setelah mawas diri ke sana ke mari, akhirnya saya dapat menyimpulkan alasan saya menulis naskah tidak setuju pranata hujat dan fitnah berdasar pengamatan atas sikap sesama manusia yang dihujat dan difitnah di samping sikap sesama manusia yang menghujat dan memfitnah.
Lazimnya, mereka yang dihujat dan difitnah merasa tidak senang namun sebaliknya mereka yang menghujat dan memfitnah merasa senang. Maka wajar para penghujat dan pemfitnah merasa tidak senang apabila diminta menghentikan perilaku yang mereka senangi.
Namun ternyata rasa sakit dihujat dan difitnah merupakan bukan suatu bentuk perasaan individual namun perasaan kolektif alias derita berjemaah. Yang ikut merasa sakit bahkan bisa lebih sakit ternyata bukan hanya sang korban dihujat dan difitnah belaka namun segenap anggota keluarga mulai dari semah, anak-anak, orang tua, sepupuh, sanak keluarga sampai ke para sahabat seiring sejalan dalam paham dan mazhab.
Ibarat ledakan sebuah bom bukan hanya membinasakan korban secara individual namun kolektif maka ledakan hujat dan fitnah bukan menyakiti seorang insan saja namun segenap anggota keluarga, handai taulan, sahabat sang insan yang dihujat dan difitnah berdasar "roso jiniwit katut" ikut merasakan derita sesama.
RamadhanSaya merasa tidak berhak sekaligus juga memang tidak mampu menasehati para penghujat dan pemfitnah yang saya yakin pasti memiliki alasan masing-masing sehingga tega hati melakukan hujat dan fitnah terhadap sesama manusia.
Namun selama menyarankan belum dilarang maka dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri untuk menyarankan agar di bulan suci Ramadhan ini marilah kita bersama merenungi makna luhur yang terkandung di dalam hadits jihad-Nafs: Al Sukuni meriwayatkan dari Abu Abdillah Al Shadiq bahwa ketika Nabi Muhammad SAW menyambut pasukan sariyyah kembali setelah memenangkan peperangan, Beliau bersabda: 'Selamat datang wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil tetapi masih harus melaksanakan jihad akbar!'. Ketika orang-orang bertanya tentang makna sabda itu, Rasul SAW menjawab: 'Jihad kecil adalah perjuangan menaklukkan musuh. Jihad akbar adalah jihad Al-Nafs, yaitu perjuangan menaklukkan diri sendiri!'.
Marhaban ya Ramadhan. Taqaballahu minna wa minkum. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1438 H.
[***]Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan