Tidak sedikit juga di antara mereka memiÂlih jalur lain, yaitu mengikuti jalur meditasi dan atau kontemplasi spiritual (spiritual contemplaÂtion). Meditasi secara terprogram banyak diÂlakukan secara profesional oleh lembaga-lemÂbaga terapi psikologi dan neurologi. Sedangkan kontemplasi spiritual banyak dilakukan oleh orÂganisasi-organisasi tarekat atau spiritual healÂing center yang akhir-akhir ini sudah mulai banÂyak dikenalkan di beberapa kota di Indonesia. Secara tradisional kontemplasi spiritual biasanÂya dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama diperkenalkan amalan-amalan seperti dzikir, wirid, tafakkur, dan tadzakkur.
Dzikir berarti mengingat atau menyebut. Dzikrullah biasa diartikan berarti menyebut atau mengingat (nama) Allah Swt. Dzikir adalah istilah generik bagi usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui kontemplasi spiritual. Praktek dzikir bukan hanya dalam bentuk meÂnyebut atau mengingat Nama-nama Allah Swt, tetapi melakukan berbagai jenis ibadah mahdÂhah termasuk dzikir, seperti shalat. Dalam Al- Qur’an, shalat disebut bagian dari zikir: Aqim al-shalat li dzikri (Dirikanlah salat untuk mengingat Aku). Bertasbih juga termasuk bagian dari dzikir dan kita diperintahkan oleh Allah untuk bertasÂbih setiap pagi dan petang: Wa sabbihu bukraÂtan wa ashila (Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang/Q.S. al-Ahdzab/33:42). Mengaji atau membaca Al-Qur’an juga terÂmasuk dzikir. Pokoknya apapun yang diupayaÂkan untuk mengingat dan mendekatkan diri keÂpada Allah termasuk dzikir.
Tujuan dzikir paling utama ialah untuk meÂnenangkan hati. Hal ini ditegaskan dalam ayat: Ala bi dzikr Allah tathmainn al-qulub (Ketahuilah dengan mengingat Allah akan menenteramkan hati). Orang-orang yang suka melakukan dzikir berarti telah melakukan upaya untuk menenterÂamkan jiwanya, meluruskan jalan pikirannya, menghaluskan budi pekertinya, dan melembutÂkan perasaannya. Semakin sering seseorang melakukan dzikir semakin banyak efek positif yang dapat diraih.
Dalam pandangan neurologi, dzikir adalah bagian upaya untuk menurunkan tensi dan frekuensi pergerakan otak dari tanya beta (13- 28 CPS) ke alpha (13-17 CPS), atau mungkin sampai menyentuh wilaya teta (3.5-7 CPS). SeÂmakin khusyuk seseorang dalam berdzikir seÂmakin menghemat energi, karena otak dalam posisi beta paling banyak menyedot energi. Befikir satu jam bisa setara dengan berolahraÂga setengah hari. Begadang dengan berdzikir kepada Allah Swt boleh jadi tidak mengganggu aktifitas kerja di kantor pada keesokan harinÂya karena dzikir yang khusyuk, sebenarnya hampir sama dengan tidur semalaman karena mengendalikan posisi otaknya ke posisi alpha atau teta. Berbeda jika begadang main games atau nonton bola semalaman, boleh jadi tidak masuk kerja keesokan harinya karena kelelaÂhan, mengingat pergerakan otak yang aktif saat main gemes atau nonton bola ialah suasana beta.