Sejak dahulu kala ilmu kepemimpinan kearifan lokal. Satu dari sekian banyak ajaran kepemimpinan tersirat pada lelakon Wayang Purwa: Wahyu Makutoromo di mana Batara Kresna mewejangkan Hasto Broto kepada Arjuna sebagai pegangan dan pedoman bagi seorang yang pemimpin.
Sebenarnya jauh lebih indah apabila Hasto Broto ditampilkan dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Jawa krama inggil. Namun akibat tidak semua kepala daerah menguasai bahasa Jawa serta keterbatasan ruang pada naskah ini maka mohon dimaafkan bahwa dengan segala keterbatasan kemampuan saya menampilkan Hasto Broto dalam bahasa Indonesia secara lebih ringkas tanpa terlalu kehilangan inti maknanya.
Batara Kresna menjelaskan kepada Arjuna bahwa seorang pemimpin sejati wajib bersikap dan berperilaku seperti delapan unsur alam yaitu: 1. Air yang mengalir secara tenang namun mengandung daya yang kuat . 2. Angin yang setiap saat hadir berada di mana pun saja terutama bersama rakyat yang sedang menghadapi masalah. 3. Bumi yang ikhlas menerima apa saja termasuk kritik tanpa menggerutu apalagi marah.
4. Matahari yang niscaya siaga memberikan sinar kehidupan sejahtera bagi rakyat. 5. Rembulan yang senantiasa berupaya memberikan terang bagi suasana gelap seperti di malam hari. 6. Bintang sebagai pedoman arah perjuangan bangsa, negara dan rakyat. 7. Awan yang memberi perlindungan keteduhan di tengah suasana gersang dan panas. 8. Api yang tanpa pandang bulu bersikap adil dalam membakar siapa saja yang melanggr tata krama dan hukum.
Ajaran kepemimpinan Hasto Broto bersifat universal maka siap diejawantahkan kapan saja, di mana saja oleh siapa saja yang mau dan mampu menghayati inti makna kepedomanan yang terkandung di dalam Hasto Broto.
Namun ibarat sebuah pisau maka Hasto Broto bisa berfungsi positif namun bisa juga negatif. Bisa konstruktif namun bisa juga destruktif. Bisa bermanfaat namun juga bisa berbahaya bagi negara, bangsa dan rakyat. Apabila didayagunakan untuk tujuan buruk seperti yang dilakukan oleh Kurawa, Dasamuka, Hitler, Stalin, Daendels maka sukma Hasto Broto langsung berubah menjadi kesaktian angkara murka menindas bahkan menghancurleburkan bangsa, negara dan rakyat.
Namun apabila Hasto Broto dihayati kemudian diejawantahkan menjadi sikap dan perilaku kepemimpinan yang dipersembahkan bukan bagi kepentingan kelompok, golongan, partai, SARA apalagi diri sendiri namun tulus bagi kepentingan negara, bangsa dan rakyat maka petuah Begawan Kesowo Sidi kepada Arjuna benar-benar berdayaguna sebagai pedoman kepemimpinan selaras dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Insya Allah, setiap calon kepala daerah yang terpilih oleh rakyat pada Pilkada 2017 untuk menjadi kepala daerah di daerah masing-masing berkenan menyimak, menghayati lalu mengejawantahkan Hasto Broto yang murni dan tulus dipersembahkan bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia. [***]
Penulis adalah pembelajar falsafah kepemimpinan
BERITA TERKAIT: