Selain e-KTP, petugas bea-cukai juga menemukan 32 kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), satu buku tabungan BCA dan satu kartu ATM. Semuanya dikirim dari Kamboja ke Indonesia melalui jasa titipan FedEx. Berikut peÂnuturan Heru Pambudi, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan;
Sebenarnya ada berapa banyak impor e-KTP palsu yang berhasil diamankan Ditjen Bea-Cukai?
KTP ini ada 36 dan 36 itu sebenarnya datanya palsu itu berbeda-beda. Namun dari 36 itu ada yang fotonya sama, dan jika kita kumpulkan KTP ini ada 19 foto orang yang sama. Artinya ada dua KTP menggunakan satu foto. Tapi data yang dituÂliskan di KTP ini berbeda. Pun demikian, KTP ini berkorelasi dengan NPW.
Anggota Komisi II DPR mendapat informasi jumlah e-KTP palsunya mencapai 450 ribu lembar?Saya tidak bisa komentar mengenai itu.
Pengiriman KTP palsu ini sebenarnya ditujukan ke siapa di Indonesia?Dokumen itu ditujukan keÂpada saudara Leo. Saya hanya bisa menyebutkan namanya saja. Pengirimannya Robbin Kamboja. Ini adalah peristiwa pertama yang dilakukan invesÂtigasi oleh Bea Cukai.
Apa dugaan sementara dari masuknya barang-barang tersebut?Kami secara bersama-sama dengan Ditjen Dukcapil (Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil), dan Polri telah melakukan pendalam-penÂdalaman. Kami menganalisa dan menduga impor ini ditunjukan untuk kepentingan melakukan kejahatan ekonomi.
Kejahatan ekonomi seperti apa?Baik itu dalam bentuk kejaÂhatan cyber, bisa juga dalam bentuk money laundry, bisa juga pada kegiatan prostitusi, judi onÂline, maupun kegiatan-kegiatan lain yang melanggar hukum.
Menut anda nantinya mau digunakan sebagai apa e-KTP palsu itu? Bisa jadi untuk membuat reÂkening bank. Dengan data KTP dan NPWP yang disamakan, mereka bisa membuka rekenÂing di bank. Nantinya rekening itu digunakan sebagai tempat menampung hasil kejahatan tersebut. Untuk itulah kenapa orang-orang kemudian juga menggunakan identitas palsu.
Tapi apakah data yang terÂekam di KTP itu asli sehingga bisa digunakan untuk memÂbuka rekening?Di dalam KTP ada chipnya. Jadi yang berbeda itu ada pada chipnya. Saya sudah mengecek, data yang ada di KTP dan yang ada di chipnya ini berbeda. Kita tidak bisa mengungkap seluÂruhnya karena kita masih tahap investigasi.
Berarti ada indikasi pemÂbobolan data dong...Kami sedang melakukan inÂvestigasi.
Menurut anda peredaran KTP palsu ini apa ada hubunÂgannya dengan pilkada serÂentak?Yang bisa kita sampaikan di sini, bahwa kita menindak 36 KTP dan 32 NPWP. Kita tidak bisa menyimpulkan, apakah ini terkait dengan yang lainÂnya termasuk soal pilkada. Ini lebih kepada kejahatan ekonoÂmi. Indikasinya justru pada kejahatan ekonomi. Mereka mengimpor ini dalam satu paket, jadi yang pasti digunakan untuk rencananya mereka melakukan kejahatan ekonomi.
Lantas langkah selanjutnya apa yang akan dilakukan unÂtuk mengungkap kasus ini?Kami terus melakukan penÂdalaman terhadap pihak-pihak terkait dan kita melakukannya dengan selain Ditjen Dukcapil, Ditjen Pajak kita juga koordiÂnasi dengan Polri dan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Kita juga ingin mengetahui lebih jauh, delegasi tersebut kira-kira tranÂsaksi keuangan berapa, oleh siapa terlibat. Itu saya kira ada beberapa hal terkait dengan moÂtif atau modus dari pada impor KTP dan NPWP.
Oh ya, saat kasus ini menÂcuat Komisi II mengaku sulit mendapatkan informasi dari Bea Cukai untuk mengonfiÂmasi kasus ini. Kenapa itu terjadi?Kita tidak pernah menolak untuk menyampaikan kepada pihak-pihak yang memang berÂhak untuk mengetahui. Jadi keÂmarin itu, sebenarnya tidak ada masalah, Komisi IIsudah diberiÂkan penjelasan dan data-data yang dibutuhkan. Saya sendiri yang kemudian bertemu kepada anggota Komisi II. ***
BERITA TERKAIT: