Harapan Dunia terhadap Indonesia (1)

Pengalaman Di Chile (1)

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 24 Oktober 2016, 09:22 WIB
Pengalaman Di Chile (1)
Nasaruddin Umar/Net
CHILE adalah sebuah Negara terletak di sebelah Barat Daya Benua Amerika Selatan, di antara pegunungan Andes dan Samudra Pasifik. Chile berben­tuk Negara republik (Republica de Chile) yang meraih ke­merdekaan dari Spanyol pada tgl 18 September 1810, den­gan ibu kota Santiago. Chile berpenduduk 17.800.00 (2004), menggunakan bahasa Spanyol dengan populasi penduduk be­ragama Katolik terbesar (70%), disusul Protestan (15%), Islam (0,03%) Ateis (8,3%), dll (6,67%). Negeri ini memiliki empat musim, yaitu Musim Gugur (Maret-Mei), Musim Dingin (Juni-Agustus), Musim Semi (September-Nopember), dan Musim Panas (Desember-Februari). Perbedaan waktu dengan Indonesia (WIB) +10 jam. Negeri ini memi­liki salahsatu di antara pantai terpanjang di dunia (4.300 KM).

Pada tgl 20-21 Oktober 2016, Chile kebagian sebagai tuan rumah pelaksana XXI FORO IBEROAMERICANO, semacam Forum Penjaminan Keuangan Dunia, yang dihadiri beberapa Negara dari berbagai kawasan. Indonesia dan Jepang dipilih sebagai negara yang mewakili Asia dalam pertemuan tersebut. Indonesia sendiri diwakili oleh PT Jamkrindo, sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang penjaminan. Penampilan Indonesia dan image dunia terhadap stabilitas ekonomi dan politik Indonesia mendapatkan perhatian khusus. Satu-satunya negara yang diagendakan khusus untuk ber-MoU oleh Negara Tuan Rumah hanya Indonesia. Di antara para pembicara dari berbagai negara banyak menyebut keberhasilan Indonesia melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang didukung penuh oleh pemerintah. Sebagai ang­gota delegasi, penulis merasa sangat berbangga negaranya disebut-sebut sebagai salahsatu negara yang tidak mengalami dampak krisis moneter dunia berkat kepiawaian dan kekompakan antara pemer­intah, dunia usaha, dan mastarakat.

Salahsatu keunikan lain yang diperkenalkan del­egasi Indonesia ialah Jamkrindo Syari'ah. Banyak negera seperti penasaran dan mereka ingin mema­hami substansi dan program seperti apa Jamkrindo Syari'ah itu. Ada sejumlah peserta menanyakan kepada penulis, selain aspek etika dan moral, apakah Syari'ah juga memiliki konstruksi tersendiri tentang dunia perekonomian, khususnya masalah penjaminan. Warga Chile yang mayoritas beragama Katolik menanyakan hal tersebut dikaitkan dengan pernyataan Paus Benedict XVI beberapa waktu lalu yang menyeroti krisis keuangan global karena ada sesuatu yang salah di dalam sistem perekonomian dunia saat ini. Ia berpendapat sistem moneter yang dikembangkan selama ini terlalu jauh men­inggalkan kaedah-kaedah etika-moral dan lebih mengedepankan free-market system. Paus lantas menyerukan perlunya kesadaran global untuk mempertimbangkan aspek moralitas di dalam dunia ekonomi, termasuk menjadikan perinsik ekonomi Syari’ah sebagai salahsatu alternatif solusi. Paus dengan fasih menyebut model profit sharing (mudharabah-musyarakah), yakni hubun­gan antara nasabah dan pemilik modal di dasarkan pada hubungan positif dan produktif. "The ethical principles on which Islamic finance is based may bring banks closer to their clients and to the true spirit which should mark every financial service." Ini tentu berbeda dengan lembaga keuangan Barat yang lebih mengedepankan free-market system yang menguntungkan pihak pemilik modal.

Gagasan Paus tersebut diartikulasikan oleh kolomnis senior bidang ekonomi dari Italia, Loretta Napoleoni dan Claudia Segre, sebagaimana dimuat di dalam media resmi Vatikan, L’Osservatore Romano, dengan judul "Islamic finance proposals and ideas for the West in crisis." Dalam artikel ini sang penulis menguraikan secara rinci unsur-unsur kekuatan ekonomi Islam. Ini bukti bahwa Islam membawa ajaran universal dan Indonesia diharapkan menjadi kiblat perekonomian yang bermoral.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA