Namunkeraguan itu berubah, begitu seluruh anggota DPD yang hadir dalam rapat paripurna luar biasa pada Selasa (11/10) menggelar pemilihan pimpinan DPD untuk mengisi kursi bekas Irman Gusman. Senator yang baÂru duduk menjabat satu periode di DPD ini langsung membuat dua kali kejutan.
Pertama yakni, saat pemilihan unsur pimpinan dari wilayah baÂrat. Pria yang berlatar belakang pengusaha ini jauh mengungguli 11 lawannya. Dia meraih suara tertinggi, yakni 59 suara dari total 117 suara. Jauh menÂgungguli nama populer seperti Parlindungan Purba dari Sumut, Instyawati Ayus dari Riau, Andi Surya dari Lampung, dan kanÂdidat lainnya. Soleh terpilih sebagai unsur pimpinan DPD dari wilayah barat.
Kejutan lainnya yakni saat kocok ulang susunan pimpinan DPD RI melawan Gusti Kanjeng Ratu Hemas dari Wilayah Tengah dan Farouk Muhammad dari Wilayah Timur. Lagi, Soleh jauh mengungguli dua seniornya di DPD ini dengan meraih 61 suara dari 116 anggota yang memÂberikan suara. Sementara, Gusti Kanjeng Ratu Hemas di urutan dua dengan 31 dukungan, dan Farouk 23 suara. Alhasil, kursi ketua DPD kembali dipegang senator wilayah bagian barat Indonesia.
Bagaimana ceritanya Saleh yang kurang populer bisa memeÂnangkan pemilihan ketua DPD waktu itu? Dan apa yang akan dilakukan di masa jabatan yang hanya enam bulan itu? Simak wawancara lengkapnya dengan
Rakyat Merdeka berikut ini:
Bagaimana ceritanya, anda yang disebut kurang populer bisa terpilih sebagai Ketua DPD?Ya sebetulnya saya pun maju untuk menjadi salah satu pimpiÂnan pun ini kan sebetulnya tadinya tidak begitu direncanakan. Lebih didasarkan kepada dorÂongan kawan-kawan anggota DPD sendiri.
Jadi kapan kemudian Anda mulai terpikir untuk menÂcalonkan diri?Nah, saya mengambil keputuÂsan untuk ikut menjadi pimpinan itu di hari Kamis. Ketika teman-teman bilang; Sudah, kayaknya dari calon-calon yang ada sebaiÂknya Pak Soleh mencalonkan saja.
Respons Anda waktu itu?Saya bilang, saya tidak punya persiapan apa-apa. Kan waktuÂnya sudah pendek. Saya susah menghubungi rekan-rekan angÂgota lain.
Apa kata mereka?Ndak, biar kami yang banÂtu, katanya. Yang penting Pak Soleh bersedia. Itu kan ada lebih kurang 11 orang waktu itu, mereka mewakili ada yang dari daerah barat, daerah tengah, dan daerah timur.
Itu yang menguatkan anda untuk mencalonkan diri?Ya, kalau misalnya rekan-rekan memang mau membantu, ya saya katakan mulai hari ini juga ikut bergerak. Nah, kemudian mereka berdiskusi mengajak kawan-kawan yang lain. Ketemu beberapa, bikin pertemuan, kemudian sepakat. Ya sudah, mengalir begitu saja.
Sesuai Tatib DPD yang baru, jabatan Anda ini hanya sekiÂtar 6 bulan saja dan kembali melakukan pemilihan pimpiÂnan yang baru. Apa prioritas anda?Ya saya pasti melanjutkan perjuangan untuk penguatan DPD itu ya. Amandemenlah ya. Amandemen kelima itu. Nah ini yang menjadi
concern anggota DPD sekarang.
Ada lagi yang lain?Kemudian, saya juga beruÂsaha untuk menciptakan suaÂsana yang kondusif di tubuh DPD sendiri. Supaya semua bisa fokus dan konsentrasi pada amandemen dan penguatan lemÂbaga. Kemudian ya sama-sama berjuang untuk kepentingan daerah.
Dalam pemilihan pimpinan DPD tahun depan, anda akan kembali bertarung?Ya saya melihat situasilah ya. Sekarang ini kan yang penting menyelamatkan lembaga ini. Tidak terjadi kekosongan dalam pimpinan, gitu kan. Nah kalau soal nanti setelah 2017 kita lihat dululah. Apa terus atau saya tidak melanjutkan.
Apa catatan penting anda pasÂcaterpilih sebagai ketua DPD?Saya pertama mengucapkan terima kasih kepada anggota yang sudah mempercayakan amanah ini kepada saya. Karena ini juga merupakan amanah yang sangat berat kan.
Berat kenapa?Saya masuk ke dalam sebuah lembaga tinggi negara, yang kondisinya dalam keadaan persepsi masyarakat yang sedikit minor. ***