Model kedua ialah
religious minded, ketiÂka seseorang merasa merangkul agamanya. Agama bagaikan berada di dalam genggaman, ke manapun ia pergi selalu bersamanya, naÂmun ia tidak merangkul dirinya melainkan dirinÂya yang menggenggam agama itu. Dampaknya, orang akan merasa lebih merdeka dan memiliki hamparan luas dan longgar untuk berekspresi dan berkreasi. Rambu-rambu pembatas itu tidak berdiri tegak di luar dirinya tetapi melekat di dalam dirinya, sehingga pandangannya luas tanpa terÂpantul oleh papan-papan perboden keagamaan. Hidup dan kehidupannya lebih dinamis karena merasa diberikan kebebasan penuh dari ajaran agamanya sendiri. Pada prinsipnya segala sesÂuatu boleh selain yang secara khusus dilarang. Jumlah larangan itu amat sedikit. Ia merasa lebih merdeka sebagai khalifah karena sikap pengÂhambaan dirinya kepada Tuhan tidak menghaÂlanginya untuk berkreasi dan berinisiatif dalam lingkungan hidupnya.
Model religiousness cenderung lebih tertutup dan sesekali mendekati garis keras karena ia meÂmandang hidup ini hitam-putih, artinya kalau buÂkan putih pasti hitam atau sebaliknya. Suasana batin ini lebih berpotensi untuk berbenturan satu sama lain karena sudah barang tentu ia harus teÂgas dan istiqamah terhadap keyakinan agama diÂanutnya. Orang lain yang tidak sepaham dirinya cenderung salah, karena ia merasa lebih sesuai dengan teks-teks ajaran agama. Sementara
reliÂgious minded cenderung lebih terbuka dan tidak khawatir ke manapun akan pergi, apapun yang akan dikerjakan. Sepanjang tidak melanggar prinsip-prinsip ajaran, maka sepanjang itu boleh dilakukan. Jalan hidup tidak hanya hitam-putih, tetapi ada sejumlah warna lain dimungkinkan di dalam Islam.
Pola-pola keagamaan
religious minded lebih relevan untuk dikembangkan, karena akan memÂberi ruang otonomi dan kemerdekaan lebih luas kepada manusia. Semua yang tidak bertentanÂgan dengan Islam itulah Islam, sebagaimana sabda Rasulullah: "Hikmah atau kebajikan ada di mana-mana, di manapun anda temukan amÂbillah karena itu milik Islam". Pola seperti ini juga lebih relevan dengan ayat: "Hai manusia, sesungÂguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laÂki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku suÂpaya kamu saling kenal mengenal. SesungguhÂnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu". (Q.S. A-Hujurat/49:13).
Keistimewaan pola ini juga lebih menjanjikan kedamaian, kesejukan, ketenteraman, dan keaÂdilan. Dalam masyarakat Indonesia yang konÂdisi objektif budaya, agama, dan kepercayaanÂnya sangat majemuk, model religious minded lebih relevan untuk dikembangkan dan sesungÂguhnya untuk ukuran Indoneisa, konsep ini lebÂih sesuai dengan konsep rahmatan
lil 'alamin yang sejati.
Allahu A'lam.