"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya TuÂhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana EngÂkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirÂman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang keÂpadamu dengan segera. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. al-Baqarah/2:260).
Kisah empat ekor burung tersebut mengingatkan kepada kita bahwa betapa mudahnya bagi Tuhan membuat sesuatu yang luar biasa dari dari contoh yang sederhana. Dari peristiwa itu ada yang memÂbuat hamba-Nya lebih percaya dan ada pula yang sebaliknya tetap kufur bahkan bertambah ingkar kepada-Nya. Kelompok Nabi Ibrahim bertambah yakin setelah Allah Swt mempertunjukkan kekuaÂsaanya dengan menghimpun dan menghidupkan kembali burung-burung yang sudah berserakan keÂmana-mana. Sebaliknya raja Tsamud bertambah inÂgkar setelah ia menyaksikan kekuasaan Allah yang dipertunjukkan di hadapannya (Q.S. al-A'raf/7:73), sebagaimana ditulis di dalam artikel terdahulu. BahÂkan menuduh Nabi Ibrahim sebagai tukang sihir.
Pelajaran berharga yang bisa kita peroleh dari kiÂsah dan perumpamaan di dalam Al-Qur'an ini ialah apa akibat yang diperoleh dan yang harus ditangÂgung oleh orang-orang yang beriman dan yang inÂgkar. Sang pembangkan seperti Fir’aun, Tsamud, dan 'Ad harus menanggung segala resiko yang meÂnyedihkan di akhir hayatnya sampai kelak di hari kemudian. Sedangkan para Nabi dan orang-orang yang mempercayainya dikenang dan sejarahnya dicatat dengan tinta emas dan bahagia sepanjang masa sampai di akhirat.
Pesan lainnya, jangan memandang enteng siaÂpapun, apapun, di manapun, karena semuanya adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan penuh perencanaan. Populasi burung yang sudah mati dan punah ternyata bisa muncul kembali dengan utuh seperti sedia kala. Ini isyarat pentingnya meÂmelihara populasi dan keseimbangan ekosistem untuk mendukung kelancaran hidup dan tugas maÂnusia sebagai hamba dan khalifah di bumi.
Hadirnya salahsatu nama surah yang disebut surah al-an'am (binatang) di samping penyebuÂtan secara langsung sejumlah binatang sebagai nama surah, seperti surah Al-Baqarah (sapi betiÂna), Al-Naml (semut), Al-'Ankabut (lanba-laba), Al-Fil (gaja), dan Al-Nahl (lebah) mengingatkan kita untuk memelihara hubungan harmonis kita dengan binatang dan burung-burung. Apalagi di dalam Al-Qur'an ditegaskan bahwa burung-burung pun sanÂgat tekun bertasbih kepada-Nya: "Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung denÂgan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihÂnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Q.S. al-Nur/24:41). ***