Gajah menjadi lambang kejantanan dan menÂjadi binatang pilihan Raja Abrahah untuk menyerang atau mengambil alih Ka’bah di Makkah. AbraÂhah ingin mengangkut bangunan Ka’bah ke Yaman agar kota Yaman bisa menjadi ibu kota spiritual, yang ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuÂru. Namun kisah dan penampilan gajah dalam Al-Qur'an, meskipun jantan, besar, dan kokoh tetapi harus mati tersungkur dan menyedihkan, yang terÂsisa hanya tulang belulangnya, mengikuti nasib tuannya, Abrahah, karena terkena lemparan batu-batu kecil burung-burung Ababil yang diutus TuÂhan untuk menghancurkan pasukan Abrahah. BanÂyak mendunduga, termasuk dalam Tafsir al-Manar, karya Muhammad Abduh, bahwa yang menyerang pasukan bergajah itu ialah semacam virus yang mematikan dalam waktu cepat. Dr. Opitz menduÂganya sebagai virus ebola, seperti yang pernah ditemukan di Afrika. Cara kerja virus itu membuat daging menjadi bonyok sehingga yang tersisa hanÂya tulang belulang.
Serangga kecil seperti lebah, semut, laba-laba, dan burung-burung memiliki tubuh yang kecil tetapi mengesankan prestasi positif. Lebah bisa mengoÂbati penyakit, semut menciptakan masyarakat sanÂtun dan bersatu, laba-laba melindungi Nabi di goa Hira dan memeroduksi saran yang simetris. Ini beÂrarti kebesaran sebuah postur bukan menjadi jaÂminan keunggulan. Boleh jadi sebuah postur keÂcil dan sederhana tetapi melahirkan sesuatu yang positif secara monumental. Gajah dalam surah ini menjadi pelajaran berharga buat kita bahwa sebeÂsar apapun makhluk pasti kekuasaan Sang Khalik lebih besar. Jika Allah menghendaki sebesar apapÂun sebuah kekuasaan tidak ada artinya bagi Allah Swt. Jika Allah menghendaki sesuatu maka cukup mengatakan "kun" maka terwujudlah sesuatu itu.
Serangkaian binatang dan serangga yang ditaÂmpilkan dalam Al-Qur'an membuktikan kepada kita bahwa silaturrahim dengan binatang merupakan bagian yang tak bisa dipandang enteng. Lahirnya kesadaran masif untuk memelihara ekosistem dan lingkungan hidup adalah ide yang wajib didukung. Selain karena itu perintah Tuhan juga untuk keÂmaslahatan umat manusia. Kelestarian komunitas manusia sangat ditentukan oleh kelestarian lingÂkungan hidup, termasuk tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan termasuk juga dengan alam seÂmesta secara keseluruhan. Tangan-tangan manuÂsia harus dijinakkan jika kita melestarikan alam ini, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akiÂbat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (Q.S. al-Nur/30:41).
Menjalin silaturrahim dalam arti memelihara ekosistem sangat penting artinya di dalam keÂhidupan ini. Semakin akrab kita dengan lingkunÂgan hidup semakin kondusif kehidupan kita di muka bumi ini. ***