Di dalam Al-Qur'an diungkapkan secara khusus perilaku semut yang tentu sangat berharÂga jika dijadikan pelajaran oleh umat manusia. Ayat itu ialah: "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak meÂnyadari". Maka dia (Sulaiman) tersenyum denÂgan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku, beriÂlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat- Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh". (Q.S. al-Naml/27:18:19).
Ada seorang peneliti biologi dari Australia mengungkapkan bahwa yang menjadi pemimpin komunitas semut ialah jenis betina (ratu), bukan jantan. Jika ini benar berarti sejalan denÂgan redaksi yang digunakan Al-Qur'an bahwa yang memimpin komunitas semut yang disakÂsikan oleh Nabi Sulaiman ialah komunitas yang dipimpin oleh semut betina, karena dikatakan "qalat" dengan huruf
ta al-ta'nits (
feminin shape) yang menunjukkan jenis perempuan/betina. KiÂsah ini juga mengingatkan kita dalam kisah laÂba-laba (al-Ãnkabut), yang ternyata yang memÂbuat sarang laba-laba yang begitu simetris ialah betina, yang mempunyai zat pemintal di dalam perutnya. Pejantan tidak memiliki zat itu. Ini menunjukkan kepada kita bahwa pemÂbedaan jantan dan betina, laki-laki dan peremÂpuan, ternyata amat penting artinya.
Baik menurut Al-Qur'an dan hadis maupun para peneliti menemukan bahwa komunitas seÂmut memiliki banyak keistimewaan. Komunitas semut konsisten menempuh garis perjalanan, tidak terpisah-pisah. Setiap kali berjumpa atau berpapasan satu sama lain mereka saling berÂciuman. Jika ada di antaranya yang sakit diÂangkut ramai-ramai di bawah ke sarang. Ahli biologi juga mengungkapkan solidaritas semut yang sangat tinggi. Setiapkali di antara mereka menemukan makanan maka setiap itu pula salÂing menyampaikan kepada kelompoknya lalu mereka makan berjamaah. Mereka juga tunÂduk kepada pimpinannya dan sebaliknya pimpiÂnannya juga sangat sayang terhadap komuniÂtasnya, sebagaimana tergambar di dalam ayat tersebut.
Kehadiran komunitas semut menjadi pelajaÂran besar bagi manusia, bahwa kerjasama, isÂtiqamah, dan solidaritas telah ditunjukkan kepaÂda semut. Kepemimpinan mereka sangat teratur sehingga satu sama lain memiliki kesetaraan. Pimpinannya juga tidak mau menang sendiri tetapi sama-sama mereka mencari nafkah. Jika ada di antara mereka mendapatkan rezki tidak dimakan sebelum komunitas lainnya datang beramai-ramai. Berbeda sebagian manusia, diÂhabiskan sendiri baru memberitahu orang lain.
Suhanallah. ***