Khusus burung hud-hud, Allah swt menceritakan panjang lebar di dalam Al-Qur'an seperti ayat-ayat berikut: "Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: Mengapa aku tidak meliÂhat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan menÂgazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-beÂnar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang". Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetaÂhui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerÂintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesÂuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadiÂkan mereka memandang indah perbuatan-perÂbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat peÂtunjuk". (Q.S. al-Nam/27:20-24)
Kehadiran burung Hud-hud menjadi salah satu faktor penting di dalam pemerintahan Nabi Sulaiman sebagaimana cuplikan kisah di atas. Ketika Nabi Sulaiman mengapel para peserta rapat, salah satu undangan rapat belum keliÂhatan, yaitu Hud-hud. Sebagai pemimpin yang tegas, ia berjanji akan menjatuhkan sanksi inÂdisipliner kepada kelompok burung Hud-hud. Namun hukuman itu batal dijatuhkan lantaran burung Hud-hud membawa berita menarik. Sebuah kerajaan yang dipimpin seorang ratu (Ratu Balqis) dan berhasil mengantar bangsanÂya menjadi negeri indah penuh pengampunan Tuhan (baldatun thayyibah wa Rabbun gafur). Ratu Balqis juga mendapatkan gelar "pemilik singgasana besar" (laha 'arsyun 'adhim). Kedua prestasi ini belum pernah terulang di dalam sejarah umat manusia.
Kecerdasan burung Hud-hud dalam menÂceritakan pengalamannya, maka Tuhan memÂberikan kepercayaan burung Hud-hud untuk mengantar surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis. Isi surat Nabi Sulaiman singkat: Akhirnya si burung Hud-hud meletakkan surat itu teÂpat di atas dada Ratu Balqis. Dalam suasana kaget, ia memanggil para pembesarnya untuk mendiskusikan peristwa baru saja dialaminya: "Wahai para pembesar berilah aku pertimbanÂgan dalam urusan ini, aku tidak pernah meÂmutuskan sesuatu persoalan sebelum kalian berada di dalam majlisku (27:32). Berkat keariÂfan dan kecerdasan yang dimiliki perempuan ratu ini, maka strateginya betul-betul membuat Nabi Sulaiman berfikir berat". Namun pada akhÂirnya Nabi Sulaiman atas izin Allah swt berhasil mengendalikan situasi, bahkan berhasil mengÂgabungkan dua negeri adidaya tersebut.
Peran burung Hud-hud yang menyampaikan adanya potensi musuh di negeri seberang diÂtanggapi serius Nabi Sulaiman dengan menÂgirim surat kepada ratu Balqis, pemimpin bangsa Saba'. Langkah pertama pendekatan Sulaiman mengirim surat diplomasi kepadanya yang diantar oleh burung Hud-hud. Dalam riwayat disebutkan burung Hud-hud meneroÂbos ke dalam lubang angin kemudian surat itu diletakkan di atas dada Ratu Balqis yang seÂdang beristirahat siang di tempat tidurnya seÂorang diri. Begitu membaca surat itu, langsung ia mengumpulkan para pembesarnya lalu menÂceritakan peristiwa aneh datangnya surat yang disebutnya dengan "surat mulia/kitab karim", karena intinya surat itu mengajak Ratu Balqis untuk menjalin "hubungan diplomatik" (Q.S. al-naml/27:29). Subhanallah. ***