KEAJAIBAN SILATURRAHMI (8)

Berguru dari Pohon (2)

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 20 Juli 2016, 09:58 WIB
Berguru dari Pohon (2)
nasaruddin umar:net
KETIKA melakukan studi lapangan tentang tokoh-tokoh mufassir terkemu­ka di sejumlah tempat di Timur Tengah, sampailah penulis ke kota Qom, Iran, kota tempat Al-'Allama Sayyid Muhammad Hu­sain Thabathabai, penulis kitab Tafsir Al-Mizan, salahsatu kitab tafsir tahlili yang cukup tebal, 20 jilid. Kitab Tafsir ini sangat menarik karena meskipun ia ditu­lis seorang Syi'ah tetapi mungkin salahsatu kitab Tafsir yang paling laris di dunia Sunni, termasuk di Indonesia ialah tafsir ini. Penulis meneliti mengapa kitab Tafsir ini laris di dunia sunni, ternyata kitab ini meriwayatkan sejum­lah hadis yang bersumber dari ulama-ulama yang selama ini polpuler di dunia sunni, sep­erti hardis-hadis dari Imam Bukhari, Muslim, Abu Dauwud, Nasai, dan Turmudzi. Bahkan sejumlah sahabat yang jarang ditemukan di dalam kitab-kitab syi'ah seperti Abi Hurairah ditemukan di dalam kitab tafsir ini. Sepertinya Syeikh Thabathabai dalam menulis kitab tafsir ini tidak banyak terpengaruh oleh dirinya seba­gai orang Syi'ah.

Saat mengunjungi rumah kediaman al-mar­hum wa al-magfurlah, penulis ditemani salah­seorang putra dan muridnya secara langsung pada jam 12 malam. Penulis ditunjukkan meja belajar Syeikh Thabathabai dalam ukuran ke­cil tanpa menggunaan kursi, berarti beliau duduk sila, terpasang di depan sebuah jendela menghadap ke sebuah pekarangan. Putranya menunjukkan karya-karya orisinal ayahnya, termasuk perpustakaan yang tidak terlalu be­sar, terpampang di sejumlah lemari buku.

Informasi sangat menarik ketika muridnya menceritakan peristiwa langka, ketika ia ber­sama murid-muridnya yang lain, Syeikh tidak bisa menjelaskan secara rinci pada satu ayat. Akan tetapi keesokan harinya Syeikh sudah menulis penjelasan panjang lebar makna ayat itu dan mengajarkannya kepada murid-murid­nya. Ketika ia ditanya darimana mendapatkan penjelasan detail ayat itu, maka Syeikh men­jawab, "aku mendapatkan penjelasan makna ayat ini dari ranting pohon itu", sambil menun­juk setangkai dahan yang menjulur di depan jendela kamar belajar Syeikh. Anehnya lagi, setelah Syeikh wafat maka pohon besar itu juga mati dan tumbang. Allahu a'lam.

Ternyata bukan hanya Nabi Musa yang bisa berguru dari sebuah pohon, tetapi juga sejum­lah hamba dan kekasih Tuhan yang lain ter­masuk Syeikh Thabathabai. Masih banyak lagi ulama lain yang akrab belajar dari pohon. Syeikh Syihabuddin Suhrawardi (1145-1234M) dalam kitabnya "Awarif al-Ma'arif", Abu Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi al-Naisaburi, dalam kitabnya "Risalah Qusyairiyyah", dan Syeikh Yusuf ibn Ismail al-Nabhani dalam kitabnya "Jami' Karamat al-Auliya'" (dua jilid), juga banyak menceritakan keajaiban alam se­bagai tempat untuk berguru dan mendapatkan pencerahan. Pantas Nabi Muhammad Saw selalu mewanti-wanti prajuritnya sebelum be­rangkat di medan perang agar jangan sampai merusak tanaman dan mematahkan ranting pohon. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA