KEAJAIBAN SILATURRAHMI (8)

Berguru Dari Pohon

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Selasa, 19 Juli 2016, 09:02 WIB
Berguru Dari Pohon
nasaruddin umar:net
NABI Musa dikenal sebagai orang dan Nabi paling cerdas. Begitu cerdasnya sehingga ia mampu berkomunikasi langsung dengan Allah Swt, sebagaimana dinyatakan adalam ayat: Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (Q.S. al-Nisa'/4:164). Nabi Musa juga satu-satunya yang yang dapat menaklukkan langsung rezim Fir'aun dengan menjebaknya di tengah laut. Mungkin karena kekhususan yang dimilikinya, sehingga suatu saat ia larut dengan pujian dari sahabatnya sebagai sang penakluk Fir’aun dan Nabi paling cerdas, sehingga Allah Swt menegurnya dengan cara memerintahkan­nya untuk terus belajar. Ia ditunjukkan seorang guru yang samasekali tidak popular. Sang guru dimaksud penampilan sehari-harinya hanya ne­layan kumuh, yang tak seorang pun mengenal­nya sebagai guru. Kisah ini diceritakan di dalam surah Al-Kahfi/18:60-82. Inti cerita dalam ayat tersebut meskipun Nabi Musa sudah berusa­ha tetapi gagal menjadi murid yang baik. Nabi Musa terus diminta belajar kearifan dan tidak boleh memandang enteng orang yang amat sederhana, karena boleh jadi ada orang sepi dari perhatian publik tetapi selebriti langit. Se­baliknya ada selebriti bumi tetapi tak satu pun mengenalnya di langit.

Nabi Musa terus berkelana dan akhirnya ditunjukkan seorang "guru" baru yang lebih unik lagi, karena ia bukan manusia tetapi sebatang pohon. Sang pohon inilah yang mengajarkan kearifan kepada Nabi Musa sebagaimana dijelaskan di dalam ayat: Maka tatkala Musa sam­pai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. al-Qashah/28:30)".

Tempat tumbuhnya pohon itu dilukiskan di sebuah tempat yang penuh dengan berkah atau suci. Ketika Nabi Musa ke tempat di sekitar po­hon itu, Nabi Musa diperintahkan untuk membu­ka alas kakinya, sebagaimana disebutkan da­lam ayat: Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua ter­ompahmu; sesungguhnya kamu berada di lem­bah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan di­wahyukan (kepadamu). (Q.S. Thaha/20:10-13)". Menurut Thabathabai dalam kitab Tafsir al-Miz­an-nya, pohon yang mengeluarkan suara me­manggil Nabi Musa dan mengajarinya kearifan ialah Kalam Allah Swt yang tersembunyi (mahji­ub) di balik pohon itu. Kalam Allah Swt memang sering diperdengarkan kepada hamba-hamba-Nya yang khusus di balik satu hijab (min wara' hijab), sebagaimana dijelaskan dalam ayat: Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bah­wa Allah berkata-kata dengan dia kecuali den­gan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malai­kat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-yura/42:51). Kejadian aneh pernah dicerita­kan murid Syekh Thabathabai ketika penulis berkunjung ke rumah beliau, ketika kesulitan memahami sebuah ayat tiba-tiba ia diajari oleh ranting pohon yang menjulur di depan jendela kamar belajarnya. Subhanallah. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA