KEAJAIBAN SILATURRAHMI (1)

Hakekat Silaturrahim

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Selasa, 12 Juli 2016, 09:17 WIB
Hakekat Silaturrahim
nasaruddin umar:net
RASA bahasa silaturrahim bisa difahami melalui pe­mahaman makna seman­tiknya yang berasal dari dua akar kata: Shilah dan ra­him. Kata shilah dalam ba­hasa Arab berasal dari kata: washala-yashilu-washlan, wushulan, shilah, yang se­cara harfiah berarti sampai ke sebuah tempat atau tujuan, menyambung, menggabungkan, dan berkelanjutan. Dari akar kata tersebut terbentuk sejumlah derifasi dan maknanya masing-masing. Jika dihubung­kan dengan derifasi maknanya yang lebih be­sar (isytiqaq al-kabir), huruf wa-sha-la yang kemudian membentuk sejumlah kata seperti: Washala (sampai, menyambung), washsha­la (menyampaikan), washil (tetap berfungsi), ittashala (berkelanjutan), shilah (perhubungan), washlun (tanda terima, resi), wushl (pertalian, perhubungan), washilah (keakraban, perkum­pulan), wushul (suka atau banyak memberi), washil (menyambung), aushal (persediaan), maushil (tempat pengembangan), muwashil (perhubungan), dan shalat (shalat). Cakupan dari berbagai makna tersebut dihubungkan dengan kata rahim.

Sedangkan kata rahim berasal dari akar kata rahima-yarham-marhamah, secara literal be­rarti menaruh kasih, mencintai, menyayangi dengan sangat dalam. Dari akar kata ini mun­cul kata lain misalnya: Rahmah (rahmat), al-Ra­him (Maha Penyayang), dan al-Rahman (Maha Pengasih). Dari akar kata yang sama juga lahir kata rahim, yaitu organ reproduksi, baik yang berada di dalam perut perempuan (rahim mik­rokosmos) maupun organ reproduksi alam raya (rahim makrokosmos), seperti perut bumi yang lazim disebut ibu pertiwi. Secara populer sila­turrahim sering diartikan menyambung tali cin­ta-kasih. Silaturrahim sering diidentikkan den­gan kata halal bi halal, mempunyai makna lebih dari sekadar bersalam-salaman antara satu dengan yang lain. Konsep silaturrahim di dalam Al-Qur'an dan sebagaimana dipraktikkan Rasu­lullah Saw, bukan hanya dengan sesama umat Islam, atau sesama umat manusia, tetapi leb­ih luas dari itu, meliputi seluruh makhluk mak­rokosmos, mikrokosmos, dan makhluk spiri­tual. Silaturrahim tidak dipilah dan dibedakan oleh atribut-atribut primordial manusia, seperti agama, ras, etnik, suku-bangsa, negara, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, dll.

Aktualisasi silaturrahim bisa diwujudkan den­gan para makhluk spiritual, seperti dengan para arwah yang telah wafat, para malaikat, dan para jin. Bagi para sufi, juga mempunyai kon­sep silaturrahim dengan Tuhan yang diistilah­kan dengan "taqarrub ilallah" (pendekatan diri kepada Allah Swt). Semakin harmonis silatur­rahim kepada para pihak maka semakin ting­gi kualitas dan martabat manusia itu. Semakin buruk silaturrahim itu maka semakin buruk pula kualitas dan martabat hidup manusia itu. "Sede­mikian dalam makna silaturrahim ini maka Nabi pernah bersabda: Kasih sayang itu tergantung di langit Arasy lalu Ia berkata barang siapa yang menjalin hubungan denganku maka akan dihubungkan dirinya dengan Tuhan, sebaliknya barangsiapa yang memutus shilaturrahim terh­adapku maka Allah pun akan memutus hubun­gan dengannya". Dalam hadis lain dikatakan: "Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia maka Allah SWT tidak akan menjalin hubungan dengannya".

Kekuatan silaturrahim menurut hadis Nabi bisa memperpanjang umur, menambah rezki, dan tolak bala. Apa yang dikatakan Nabi ini se­cara rasional bisa difahami bahwa orang yang memiliki banyak kolega baik maka sudah ba­rangtentu lebih banyak jembatan rahmat dan rezki yang bisa diakses. Allahu a'lam. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA