Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah dambaan setiap pasangan suami-istri. Sakinah secara sederhana bisa diartikan betah, berdiam, dan telaten. Mawaddah dan rahmah keduanya bisa berarti cinta. Bedanya mawaddÂah cinta yang lebih kritis, rasional, dan maskuÂlin. Sedangkan rahmah cinta yang lebih total, emosional, dan feminine. Mawaddah biasa disebut cinta seorang suami dan rahmah cinta seorang istri. Kombinasi antara cinta mawaddÂah dan cinta rahmah melahirkan keluarga sakiÂnah. Untuk mencapai keluarga sakinah yang penuh mawaddah dan rahmah, jelas bukan hanya membutuhkan kecukupan secara fisik atau materi semata, tetapi juga kasih sayang.
Di dalam Al-Qur'an keluarga sakinah dilukisÂkan di dalam ayat: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukÂmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Q.S. al-Rum/30:21). Ayat ini juga visi dan tujuan perkawinan dalam Islam. Dalam ayat tersebut bukan hanya menekankan kebutuhan biologis dan materi, tetapi juga kasih sayang satu sama lain, termasuk di antaranya pembantu, supir, dan orang-orang lain yang bekerja di rumah.
Berhasil tidaknya sebuah rumah tangga sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Di antaranya ialah kesediaan untuk saling menÂgakui kelemahan masing-masing. Masalah muÂlai muncul kala satu pihak tidak pernah mau mengakui kelemahan dan kesalahan, tetapi pihak lain yang diminta untuk menyesuaikan diri. Rumah tangga yang seperti ini akan menÂjadi masalah kalau hanya dipenuhi unsur kepÂerluan materi tanpa cnita kasih. Demikian pula sebaliknya cinta kasih tanpa materi juga banyak resikonya. Jika keduanya tidak bisa ditampilkan secara penuh maka iman dan tawakkal kepaÂda Tuhan akan menjadi solusi paling baik. KeÂluarga sakinah paling ideal manakala sebuah keluarga mampu menhadirkan keterpenuhan epat kebutuhan pokok keluarga, yaitu kebutuÂhan materi, kebutuhan kasih-sayang, dan kebuÂtuhan seksual, dan kekuatan iman para pihak. Namun yang paling penting di antara ketiganya ialah cinta dan kasih sayang.
Dalam ayat di atas diperkenalkan dua model cinta kasih sayang, yaitu mawaddah dan rahÂmah. Jika rumah tangga terlalu didominasi cinÂta mawaddah, maka rumah tangga cenderung monoton dan terlalu normatif, karena semuanya harus diukur berdasarkan logika. Sebaliknya jika rumah tangga terlalu didominasi cinta rahÂmah, maka rumah tangga didominasi kehiduÂpan bercinta tanpa menghitung masa depan keturunan yang lebih konstruktif. Yang ideal adalah kombinasi antara keduanya. Dalam hal-hal tertentu keluarga juga harus mengedepankan cinta kasih secara total kepada keluarga. Ada banyak hal yang tidak masuk akal tetapi terpaksa harus dilakukan demi keluarga. Sepenting apapun urusan kantor jika anak kita sakit dan membutuhkan keterlibatan kita maka harus mendapat prioritas. Rumah tangga yang sakinan sangat kontributif terhadap terwujudÂnya ketenangan batin. ***