Meraih Ketenangan Batin (38)

Mempertahankan Keluarga Sakinah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 29 Juni 2016, 09:23 WIB
Mempertahankan Keluarga Sakinah
nasaruddin umar:net
BAITI Jannati (rumahku surgaku), demikian pernah dilukiskan indahnya sebuah ke­lauarga sakinah oleh Nabi Muhammad Saw. Jika kelu­arga menjadi sakinah ditambah mawaddah dan rah­mah, maka separuh surga sudah dimiliki. Sebaliknya jika rumah tangga beran­takan, separuh neraka sudah terasakan. Sulit dibayangkan adanya ketenangan batin di da­lam sebuah rumah tangga yang bermasalah. Bahkan energi negatif dari lingkungan keluar­ga bisa terbawa-bawa ke kantor atau ke tem­pat kerja.

Keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah adalah dambaan setiap pasangan suami-istri. Sakinah secara sederhana bisa diartikan betah, berdiam, dan telaten. Mawaddah dan rahmah keduanya bisa berarti cinta. Bedanya mawadd­ah cinta yang lebih kritis, rasional, dan masku­lin. Sedangkan rahmah cinta yang lebih total, emosional, dan feminine. Mawaddah biasa disebut cinta seorang suami dan rahmah cinta seorang istri. Kombinasi antara cinta mawadd­ah dan cinta rahmah melahirkan keluarga saki­nah. Untuk mencapai keluarga sakinah yang penuh mawaddah dan rahmah, jelas bukan hanya membutuhkan kecukupan secara fisik atau materi semata, tetapi juga kasih sayang.

Di dalam Al-Qur'an keluarga sakinah dilukis­kan di dalam ayat: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk­mu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Q.S. al-Rum/30:21). Ayat ini juga visi dan tujuan perkawinan dalam Islam. Dalam ayat tersebut bukan hanya menekankan kebutuhan biologis dan materi, tetapi juga kasih sayang satu sama lain, termasuk di antaranya pembantu, supir, dan orang-orang lain yang bekerja di rumah.

Berhasil tidaknya sebuah rumah tangga sangat ditentukan oleh beberapa faktor. Di antaranya ialah kesediaan untuk saling men­gakui kelemahan masing-masing. Masalah mu­lai muncul kala satu pihak tidak pernah mau mengakui kelemahan dan kesalahan, tetapi pihak lain yang diminta untuk menyesuaikan diri. Rumah tangga yang seperti ini akan men­jadi masalah kalau hanya dipenuhi unsur kep­erluan materi tanpa cnita kasih. Demikian pula sebaliknya cinta kasih tanpa materi juga banyak resikonya. Jika keduanya tidak bisa ditampilkan secara penuh maka iman dan tawakkal kepa­da Tuhan akan menjadi solusi paling baik. Ke­luarga sakinah paling ideal manakala sebuah keluarga mampu menhadirkan keterpenuhan epat kebutuhan pokok keluarga, yaitu kebutu­han materi, kebutuhan kasih-sayang, dan kebu­tuhan seksual, dan kekuatan iman para pihak. Namun yang paling penting di antara ketiganya ialah cinta dan kasih sayang.

Dalam ayat di atas diperkenalkan dua model cinta kasih sayang, yaitu mawaddah dan rah­mah. Jika rumah tangga terlalu didominasi cin­ta mawaddah, maka rumah tangga cenderung monoton dan terlalu normatif, karena semuanya harus diukur berdasarkan logika. Sebaliknya jika rumah tangga terlalu didominasi cinta rah­mah, maka rumah tangga didominasi kehidu­pan bercinta tanpa menghitung masa depan keturunan yang lebih konstruktif. Yang ideal adalah kombinasi antara keduanya. Dalam hal-hal tertentu keluarga juga harus mengedepankan cinta kasih secara total kepada keluarga. Ada banyak hal yang tidak masuk akal tetapi terpaksa harus dilakukan demi keluarga. Sepenting apapun urusan kantor jika anak kita sakit dan membutuhkan keterlibatan kita maka harus mendapat prioritas. Rumah tangga yang sakinan sangat kontributif terhadap terwujud­nya ketenangan batin.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA