Kehusyukan jangan dibayangkan seseorang harus menyingkirkan seluruh pikiran lain selain hanya tertuju kepada Allah Swt, karena hal itu hampir mustahil. Khusyuk sebenarknya ialah merasakan ketenangan (thuma'ninah) saat orang menjalani ibadah. Di antara pengertian khusyuk menurut kalangan sufi ialah rasa taÂkut terus menerus dalam hati, tegaknya hati di hadapan Allah dengan penuh rasa kecemasan, berkecil hati di hadapan Allah Swt, menundukÂkan kepala dengan penuh ketulusan sebagai sebuah etika karena musyahadah kepada AlÂlah Swt, kegentaran hati ketika dikuasai oleh hakikat, muqaddimah atau pendahuluan bagi luapan anugerah, kegentaran hati secara tiÂba-tiba ketika kebenaran tersingkap secara tiÂba-tiba, orang yang hawa nafsu dalam dirinya padam, asap dalam dadanya reda, cahaya keÂcermelangan bersinar dalam hatinya sehingga syahwatnya mati dan hatinya hidup, maka seÂmua anggota badannya terasa khusyuk.
Nabi Muhammad Saw tidak pernah memberiÂkan definisi tegas tentang apa yang dimaksud khusyuk karena memang hal ini bersifat subjekÂtif. Hanya Allah Swt pernah mengingatkan: Aqim al-shalata li dikri (Dirikanlah shalat untuk menginÂgat Aku/Q.S. Thaha/20:40). Kemampuan mengÂingat Allah Swt sulit untuk distandarkan. Urusan kualitas pengabdian dan keyakinan, Allah Swt pernah menyatakan: Ittaqu Allah mastatha'tum (bertaqwalah kepada Allah sesuai dengan keÂmampuan kalian/Q.S. al-Tagabun/64:16).
Pemandangan dari Rasulullah pernah dipersakÂsikan, ketika ia memimpin shalat, cucunya Hasan dan Husain tiba-tiba keluar dari rumahnya yang hanya di antarai sebuah pintu. Hasan dan Husain naik kuda-kudaan di punggung Rasulullah ketika sedang sujud, hingga sujudnya lama sekali. NanÂti Rasulullah bangkit dari sujud setelah cucunya masuk kembali ke dalam rumahnya. Seusai shalat, ada makmum penasaran, karena tidak biasanya Rasulullah shalat dengan sujud yang amat lama. Rasulullah menjelaskan, sujud yang lama tadi dikarÂenakan cucu saya, Hasan dan Husain, keluar dari pintu kamar dan bertengger di punggungku ketika aku sujud. Saya khawatir mereka akan terjatuh kaÂlau aku bangkit dari sujud.
Dalam kesempatan lain, Rasulullah Saw perÂnah memimpin shalat jamaah lebih cepat dari biÂasanya. Terlalu cepat, lebih cepat dari pada shalat yang biasa dilakukan bersama para sahabat. SeÂusai shalat ia ditanya salah seorang sahabatnya, kenapa shalat kita kali ini lebih cepat dari biasanÂya ya Rasulullah? Rasulullah menjawab apakah engkau tidak mendengar ketika dalam shalat tadi ada anak kecil menangis di belakang, mungkin ibunya sedang shalat berjamaah bersama kita. Pertanyaan kita di sini, apa Rasulullah khusyuk atau tidak dalam shalat-shalat itu?
Disebutkan bahwa di antara tanda-tanda khusyuk adalah seorang hamba jika dimarahi, diÂsakiti, dan ditolak, maka semuanya itu diterima. Umat telah sepakat bahwa khusyuk itu tempatnya dalam hati. Diriwayatkan sebagian orang-orang 'arifin, bahwa ia melihat seorang laki-laki yang memperlihatkan sikap rendah hati dalam perilaku lahiriahnya, dengan mata memandang ke bawah dan kedua bahunya yang rendah, ia berkata kepaÂdanya: "Wahai sahabat, khusyuk itu di sini sambil menunjuk ke dadanya. Maka ia berkata: "Bukan di sini, dan menunjuk kedua bahunya." Nabi Saw pernah melihat seorang laki-laki yang sedang mengelus-elus jenggotnya dalam keadaan tenÂgah shalat, maka beliau bersabda: "Jika hatinya khusyuk, niscaya anggota badannya juga akan khusyuk." Mari kita melatih diri untuk meraih tingÂkatan khusyuk yang lebih tinggi. ***